Lokomotif BB10
Lokomotif BB10 merupakan generasi pertama dari lokomotif tipe Mallet yang beroperasi di Indonesia. Lokomotif ini dibeli oleh perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) sebanyak 16 unit dari dua pabrik yang berbeda. 12 unit lokomotif BB 10 dibeli dari pabrik Hartmann (Jerman) dan 4 unit lokomotif BB 10 dibeli dari pabrik Schwartzkopff (Jerman). Lokomotif ini didatangkan pada tahun 1899–1908. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar residu.[1]
Lokomotif BB10 | |||||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
| |||||||||||||||||||
| |||||||||||||||||||
|
Di awal kariernya, Lokomotif uap BB10 digunakan untuk menarik rangkaian kereta api yang mengangkut hasil bumi, perkebunan dan penumpang yang ada pada rute Bogor–Bandung. Jalur kereta api rute Bogor–Bandung dibuka pada tahun 1884. Lokomotif ini memiliki tekanan gandar yang sesuai dan cukup kuat untuk mendaki dan menyusuri jalur kereta api yang melalui topografi pegunungan. Lokomotif BB10 juga beroperasi di Rangkasbitung dan Banjar. Pada masa pendudukan jepang di Indonesia, lokomotif BB10 juga beroperasi di rute Saketi–Bayah (80 km). Pemerintah Jepang membangun jalan rel rute Saketi–Bayah (80 km) pada tahun 1942-1945 untuk mengangkut batu bara dari tambang batu bara Cikotok (Banten).
Lokomotif BB10 memiliki silinder uap tekanan tinggi dan silinder uap tekanan rendah yang terpisah. Kedua silinder ini menyalurkan uap untuk menggerakkan roda-roda penggerak. Posisi roda penggerak ini terpisah pada dua bagian yang berbeda. Bagian pertama (depan), roda penggerak yang berada pada bogie tersendiri yang dapat bergerak ke kanan/kiri mengikuti jalur rel sedangkan bagian kedua (belakang), roda-roda penggerak yang fix pada frame lokomotif. Lokomotif BB10 memiliki susunan roda 0-4-4-2T. 0-4-4-2T artinya tidak memiliki roda idle di depan, 2 roda penggerak di depan, 2 roda penggerak di belakang dan 1 roda idle di belakang. Kode T berarti memiliki tangki. Lokomotif BB10 memiliki panjang 10.560 mm, daya 465 hp (horse power) dan berat 44,1 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan 50 km/jam.
Dari 16 unit lokomotif BB10, saat ini hanya tersisa 1 unit, yaitu BB10 12. Lokomotif BB10 12 dipajang di Museum Kereta Api Ambarawa (Jawa Tengah).
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 110. ISBN 978-602-0818-55-9.