Lokomotif DSM 55 adalah lokomotif uap buatan Werkspoor N.V., Belanda. Dengan semakin meningkatnya volume barang yang akan diangkut, maka DSM mendatangkan 6 lokomotif uap tipe C2 yang kemudian diberi nomor DSM 50 – 55, 6 lokomotif tipe C2 ini didatangkan dari pabrik Werkspoor (Belanda) pada tahun 1920. Lokomotif D11 digunakan untuk menarik rangkaian kereta campuran terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang, Dengan kecepatan 68 km/jam, maka lokomotif ini dapat mempersingkat waktu tempuh rangkaian kereta api rute Medan – Pematangsiantar (106 km) menjadi 3 jam 16 menit, Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 68 km/jam dan memiliki daya 750 HP (horse power), dan juga Lokomotif ini dilengkapi dengan lampu lokomotif dan lampu semboyan yang cahayanya dihasilkan dari turbogenerator, dari 6 lokomotif tipe C2 (dengan nomor DSM 50 – 55), saat ini masih tersisa 1 buah yaitu DSM 55.[1]
Perusahaan kereta api Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) merupakan perusahaan kereta api yang menyelenggarakan angkutan komoditi perkebunan di Sumatera Utara, sehingga angkutan penumpang tidak menjadi prioritas utama. Stasiun–stasiun umumnya melayani rangkaian gerbong barang sehingga fasilitas–fasilitas untuk angkutan penumpang menjadi tidak terpenuhi. Dengan adanya jalan rel milik DSM ini maka perusahaan perkebunan tidak perlu susah payah membeli truk guna mengangkut komoditinya ke pelabuhan, serta dapat mengurangi kepadatan arus lalu lintas di jalan raya.
Komoditi perkebunan itu berupa karet, kelapa sawit, daun nanas, batang pisang, coklat, tembakau dan sebagainya. Mengingat kereta api merupakan sarana transportasi utama angkutan komoditas perkebunan dari pedalaman menuju pusat Kota Medan, maka DSM membangun jalan rel kualitas kelas 1 dengan panjang 202 km sehingga jalan rel ini dapat dilalui oleh lokomotif dengan beban yang lebih berat dan dapat dilalui oleh lokomotif dengan kecepatan tinggi.
Pada tahun 1886 – 1921, DSM telah berhasil membangun jalan rel dengan panjang total 440 km. Dengan semakin meningkatnya volume barang yang akan diangkut, maka DSM mendatangkan 6 lokomotif uap tipe C2 yang kemudian diberi nomor DSM 50 – 55. 6 lokomotif tipe C2 ini didatangkan dari pabrik Werkspoor (Belanda) pada tahun 1920. Lokomotif D11 digunakan untuk menarik rangkaian kereta campuran terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang.
Dengan kecepatan 68 km/jam, maka lokomotif ini dapat mempersingkat waktu tempuh rangkaian kereta api rute Medan – Pematangsiantar (106 km) menjadi 3 jam 16 menit. Dampak akhir adalah aktifitas perekonomian menjadi meningkat sehinggga kota Medan dan Sumatera Utara menjadi kawasan yang maju dan sekaligus sebagai pusat perkebunan di Indonesia.
Lokomotif tipe C2 memiliki susunan roda 2-6-4T. Berat keseluruhan 51,4 ton. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 68 km/jam dan memiliki daya 750 HP (horse power). Lokomotif ini dilengkapi dengan lampu lokomotif dan lampu semboyan yang cahayanya dihasilkan dari turbogenerator.
Dari 6 lokomotif tipe C2 (dengan nomor DSM 50 – 55), saat ini masih tersisa 1 buah yaitu DSM 55. DSM 55 dipajang di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta.[2]