Fahombo

olahraga tradisional di Indonesia
(Dialihkan dari Lompat Batu)

Lompat batu (Nias: fahombo atau hombo batu) adalah tradisi masyarakat Nias. Tradisi sebelumnya merupakan ritual pendewasaan masyarakat Nias ini banyak dilakukan di Pulau Nias dan menjadi pertunjukan khas dari daerah tersebut. Lompat batu diperuntukan untuk para pemuda Nias. Mereka harus melompati susunan bangunan batu setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 cm atau lebih.

Tradisi fahombo Nias.

Latar belakang

sunting

Suku asli Nusantara umumnya menghubungkan aktivitas fisik dengan praktik kesukuan; umumnya ritual, seni, kebugaran fisik dan bela diri. Tari perang dan pertempuran ritual pada suku Nusantara menjadi contoh awal dari "ritualisasi" latihan fisik di Indonesia modern. Beberapa ritual suku asli Indonesia sangat mirip dengan olahraga, seperti tradisi Fahombo Nias untuk ritual pendewasaan yang mirip dengan lari gawang dan lompat jauh di atletik.

Tata cara

sunting
 
Uang kertas edisi tahun 1992 Rp 1000 edaran Bank Indonesia yang menggambarkan ritual "fahombo" Nias.

Pada masa lampau, pemuda Nias akan mencoba untuk melompati batu setinggi lebih dari 2 meter, dan jika mereka berhasil mereka akan menjadi laki-laki dewasa dan dapat bergabung sebagai prajurit untuk berperang dan menikah. Sejak usia 10 tahun, anak laki-laki di Pulau Nias akan bersiap untuk melakukan giliran "Fahombo" mereka. Sebagai ritual, Fahombo dianggap sangat serius dalam adat Nias. Anak lelaki akan melompati batu tersebut untuk mendapat status kedewasaan mereka, dengan mengenakan busana pejuang Nias, menandakan bahwa mereka telah siap bertempur dan memikul tanggung jawab laki-laki dewasa.[1]

Batu yang harus dilompati dalam Fahombo berbentuk seperti sebuah monumen piramida dengan permukaan atas datar. Tingginya tidak kurang dari 2 meter, dengan lebar sekitar 1 meter, dan tebal 40 cm. Pelompat tidak hanya melompati tumpukan batu tersebut, tetapi ia juga harus memiliki teknik untuk mendarat. Jika pelompat mendarat dengan posisi yang salah, dapat menyebabkan cedera otot atau patah tulang. Pada masa lampau, di atas papan batu bahkan ditutupi dengan paku dan bambu runcing, yang menunjukkan betapa seriusnya ritual ini di mata Suku Nias. Secara taktis dalam peperangan, tradisi Fahombo ini juga berarti melatih prajurit muda untuk tangkas dan gesit dalam melompati dinding pertahanan musuh mereka, dengan obor di satu tangan dan pedang di malam hari.

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Haryani NasuXon 2019, hlm. 39.

Daftar pustaka

sunting

Pranala luar

sunting