Luoisme

Tradisi agama kepercayaan Tiongkok yang lahir pada Dinasti Ming

Luoisme (Hanzi: 罗教; Pinyin: Luōjiào, Luójiào; harfiah: 'Ajaran Luo') atau Luozuisme (Hanzi: 罗祖教; Pinyin: Luōzǔjiào, Luózǔjiào; harfiah: 'Ajaran Patriark Luo'), yang aslinya dikenal sebagai Wuweiisme (Hanzi: 無為教; Pinyin: Wúwéijiào; harfiah: 'agama non-aksi'),[1] merujuk kepada sebutan secara umum untuk berbagai organisasi-organisasi agama dari kepercayaan tradisional Tionghoa, yang mengikuti pengajaran Luo Menghong (羅夢鴻)[2] alias Luo Qing (羅清) atau Luozu ("Patriark Luo") dan ajarannya terdapat dalam skriptur utamanya, Wubuliuce "Lima Kitab dalam Enam Jilid" (五部六册).[3]

Luoisme
羅教
PenggolonganAgama keselamatan Tiongkok
Kitab suciWubuliuce (五部六册)
PendiriLuo Menghong
Didirikanakhir abad ke-15
Shandong
Nama lainWuweiisme (无为教), Luozuisme (罗祖教) Changshengdao (长生道 Way of the Eternal Life), Kendaraan Besar (大乘 Great Vehicle), Sancheng (三乘 Third Vehicle), Wukong (悟空 Nothing Emptiness), Wunian (无年 Timeless), Ajaran Yuandun (圆顿 Sudden Stillness), Yaoisme
Xihuatang (西華堂), di Tainan, Taiwan, yang didirikan tahun 1750. Kuil ini adalah salah satu kuil dari Sekte Bendera Emas (金幢教) yang berakar dari Luoisme

Patriark Luo dan ajarannya dianggap sebagai tokoh dan ajaran paling penting dan berpengaruh pada banyak sekali tradisi-tradisi keagamaan yang lahir di dinasti Ming dan Qing.[3] Berbagai kelompok sekte agama keselamatan dan agama rahasia seperti Sekte Abadi (長生教), Zhenkong (真空教), Zhaijiao (齋教), Longhua Jiao (龍華教), Xiantiandao (先天道) dan Yiguandao (一貫道) dapat ditelusuri berasal ajaran Luo ini.

Sekte-sekte yang dianggap sebagai Luoisme adalah:[4]

Sejarah

sunting

Di masa dinasti Ming (1368-1644) organisasi keagamaan tumbuh subur, sehingga banyak sekali agama rakyat dan agama keselamatan yang lahir dan bermunculan. Salah satu tokoh paling berpengaruh saat itu adalah seseorang bernama Luo Qing / Luo Menghong (羅清 /羅夢鴻) yang menulis Wubu Liuce / "Five Books in Six Volumes" (五部六冊). Luo Qing yang populer dengan sebutan Patriark Luo mendirikan sebuah aula untuk berkhotbah di daerah Simatai dan orang-orang yang menghadiri khotbahnya sebagian besar adalah para prajurit.[5] Dia kemudian menyebut dirinya Jalan Luo (羅道) dan memindahkan keluarganya ke Shijia. Luo Menghong dan ajarannya memberikan pengaruh yang besar terhadap pasukan dan penduduk setempat. Orang-orang yang percaya kepada Luo Menghong tidak hanya terbatas pada yang berpangkat dan yang punya jabatan tapi juga para perwira eselon bawah.[5] Ajaran dari Luo Qing ini kemudian dikenal dengan nama Luoisme / Luojiao (羅教) dan bermula dari dua kabupaten di Prefektur Chuzhou dan mulai berkembang di prefektur marjinal Zhejiang selatan.[6] Ajaran ini dikatakan menjalankan praktik keagamaan mereka secara bebas pada jaman pemerintahan Kaisar Zhengde (1505 - 1521) dari Dinasti Ming (1368 - 1644). Seperti halnya agama-agama lain, kematian sang pendiri menyebabkan fragmentasi dan diversifikasi ajarannya. Di dalam Ajaran Luo, situasinya ditandai dengan “tidak ada satu kitab suci dan tidak ada satu kelompok pun.” Dalam proses ini, Ajaran Luo mempengaruhi daerah-daerah di seluruh Tiongkok. Seiring berjalannya waktu, beberapa cabang dari ajaran ini tetap mempertahankan penampilan aslinya, sementara yang lain berubah tanpa bisa dikenali.[7] Beberapa kelompok sektarian lain seperti Huangtian Jiao (黄天教) dan Sekte Pancaran Merah (弘揚教) di masa itu juga terpengaruh dengan ajaran Luo ini, di sisi lain tradisi dan ajaran kelompok mereka juga mempengaruhi kelompok-kelompok Luoisme yang berkembang saat itu.[8]

Kepemimpinan patriark Yin dan patriark Yao

sunting

Di abad ke-16, ajaran Luo meluas ke Prefektur Chu, di mana Yin Ji'nan (殷继南) / Ying Ji'nan (應继南) mengorganisir kelompok agama yang terkonsolidasi dan meminta anggotanya untuk melafalkan lima kitab suci yang ditulis oleh Patriark Luo. Kelompok ini menyebut dirinya “Aliran Sejati Wuwei” (无为正派).[9] Berdasarkan arsip sejarah, diketahui bahwa Yin Ji'nan sendiri merupakan murid dari Lu Benshi (盧本師) dan pada awalnya berasal dari kelompok Huangtian Jiao.[10][11] Patriark Yin kemudian menklaim bahwa dirinya adalah titisan dari Patriark Luo.[12] Karena karisma dari patriark Luo, Yin Ji'nan mempunyai banyak pengikut, dan gerakan kelompoknya kemudian dikenal sebagai kelompok Luoisme bagian selatan dan berhasil menyebar ke seluruh provinsi asal mereka, Fujian, Jiangxi, dan provinsi-provinsi selatan di sekitarnya.[13] Selain menjunjung tinggi ajaran Luo Qing, ia juga mengadopsi beberapa tradisi Hunyuan dari Huangtian Jiao yang mempunyai keyakinan Maitreyanisme, keyakinan pada Tiga Masa Pancaran, pemujaan terhadap Wusheng Laomu dan Buddha Maitreya.[14][13][10] Pada tahun 1576, Yin Jinan dipenjara selama enam tahun di Tiantai (天台), tetapi setelah dibebaskan dari penjara, dia terus berkhotbah, dan dalam beberapa bulan kemudian ditangkap lagi dan dihukum mati oleh pemerintah pada tahun 1582.[15] Setelah kematiannya, murid perempuan Qiong Xiao (瓊孃) melanjutkan kepemimpinan.[16] Pada masa Yin Ji'neng (殷继能), kelompok ini menyebar ke lebih dari sepuluh kabupaten di timur dan barat Zhejiang.

Empat puluh tahun kemudian, pada tahun 1621, Yao Wenyu (姚文宇) yang berasal dari Kabupaten Qingyuan, Prefektur Chu pergi ke Wuyi, Zhejiang, untuk berkotbah dan mengembangkan sekte ini.[17] Patriark Yao menyebut dirinya adalah titisan dari Patriark Yin.[18] Dalam beberapa dekade berikutnya ketika dia memimpin sekte ini, agama ini berpengaruh sampai ke Zhejiang dan meluas ke Jiangxi, Fujian, Jiangsu dan Anhui. Sayangnya, Yang Dingchen dan putranya, sepasang panglima perang setempat, membunuh Yao pada tahun 1646.[17] Bersama dengan Luo Qing, Yin Ji'nan dan Yao Wenyu dipuja oleh gerakan ini sebagai tiga patriark. Hingga awal tahun 1950-an di beberapa daerah, keturunan Yao Wenyu terus dihormati secara luas karena dianggap mewujudkan karisma, daya tarik dan legitimasi dari leluhur mereka.[18]

Pada masa Dinasti Qing, keluarga Yao menjadi keluarga turun-temurun untuk pekerjaan misionaris dan “Aliran Sejati Wuwei” berubah nama menjadi Sekte Vegetarian Para Sesepuh (Laoguan zhaijiao 老官斋教). Kelompok-kelompok Luoisme saat itu terpecah-pecah menjadi banyak kelompok dan dikenal dengan banyak nama antara lain Sekte Patriark Luo (Luozu jiao 罗祖教), Sekte Mahayana (Dacheng Jiao 大乘教) , Ajaran Tiga Kendaraan (Sancheng jiao 三乘教), Sekte Bunga Naga (Longhua jiao 龙华教), Sekte Kue Beras (Ciba jiao 糍粑教), atau Sekte Satu Aksara (Yizi jiao 一字教). Di antara nama-nama tersebut, “Laoguan zhaijiao” adalah yang paling terkenal. Pihak berwenang menyebutnya “Ajaran Vegetarian” atau “Bandit Vegetarian”.[17]

Secara umum Luoisme sebenarnya terbagi menjadi 2 cabang utama, yaitu Wuwei jiao (無為教), sekte Mahayana / Dacheng Jiao (大乘教).[19]

Wuwei Jiao

sunting

Wuwei Jiao adalah aliran murni dari Luoisme, yang mengacu pada prinsip ketenangan dan wuwei, sama seperti yang patriark Luo ajarkan. Konsep ajarannya juga digabungkan dengan konsep Buddha tentang kesunyataan dan wuwei dalam Taoisme untuk membentuk pemikiran mendasar dari konsep wuwei. Para pemimpin kultus ini terdiri dari keturunan Patriark Luo dan tujuh murid besarnya yang beberapa merupakan putra, putri, cucu dan cicitnya antara lain Luo Fozheng (罗佛正), Luo Foguang (罗佛广), Luo Wenju (罗文举), dan Luo Congshan (罗从善).[20] Kelompok ini dianggap sebagai cabang-cabang kelompok yang paling murni yang masih mempertahankan ajaran-ajaran dan tradisi asli dari patriark Luo di kemudian hari dalam sejarah.[21]

Sekte Mahayana

sunting

Sedangkan sekte Mahayana (大乘教) pada masa Dinasti Ming dibagi menjadi dua kelompok, Timur dan Barat. Kelompok Barat adalah Sekte Mahayana Barat (西大乘教) yang didirikan di desa Huang, Beijing oleh Bodhisatva Lǚ (呂菩薩). [22] Salah satu dari kelompok barat adalah Sekte Mahayana Gunung Jizu (鸡足山大乘教) yang didirikan oleh Zhang Baotai (张保太) di Yunnan. Sedangkan kelompok timur adalah Sekte Mahayana Timur (東大乘教) juga dikenal sebagai Wenxiang jiao (闻香教), Hongfeng jiao (弘封教) dan Qingchamen jiao (清茶门教).[20] Pendiri sekte ini adalah Luo Foguang (罗佛广), putri Patriark Luo, dan Wang Sen (王森), menantu Luo Foguang. Kemudian, Wang dikirim ke Shifokou dari Prefektur Luan di Zhili untuk melakukan pekerjaan misionaris. Pada akhir zaman Ming, Sekte Mahayana Timur pimpinan Wang Sen menjadi agama yang sangat berpengaruh dan dikatakan memiliki lebih dari dua juta pengikut di enam provinsi.[20] Sekte ini juga menjalin hubungan dengan para kasim yang berkuasa dan orang-orang berpangkat.[20] Akhirnya, sekte ini melakukan pemberontakan tapi ditekan oleh pihak berwenang.[20] Pada masa Dinasti Qing, sekte Mahayana Timur berganti nama menjadi Ajaran Teh Murni (清茶门教) dan para anggota kelompok Wang Sen pergi ke berbagai provinsi untuk menyebarluaskan ajaran ini, namun pada tahun ke-20 dan ke-21 Jiaqing, semua pengikutnya ditangkap, dan hal ini menjadi pukulan telak bagi aliran ini.[9] Salah satu cabang yang tersisa dari ajaran ini adalah Yuandun Jiao (圆顿教), yang didirikan oleh Zhang Hao (张豪) dari Zhili. Ajaran ini diperkenalkan ke Jiangxi pada tahun keenam Kangxi (1667) oleh Luo Weiqun (羅蔚群) / Luo Weixing (罗维行) dari Zhili. Kelompok yang menyebar di Jiangxi inilah yang menjadi cikal bakal dari banyak sekte-sekte baru yang menjadi populer dan terkenal antara lain Xiantian Jiao (先天教), Yiguan Dao (一贯道) dan Tongshan She (同善社). Dengan kata lain, Yiguandao, Xiantian Jiao, dan Tongshan She memiliki asal usul yang sama, tetapi berkembang di jalur yang berbeda.[9]

Kelompok yang berasal dari sekte Mahayana Timur ini terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu sekte Bunga Naga (龍華教), sekte Bendera Emas / Jinchuang Jiao (金幢教), dan Sekte Teratai Hijau (青莲教) / Xiantiandao. Ketiganya ini yang kemudian dikenal sebagai Sekte Vegetarian (Zhaijiao 斋教).[9]

Luoisme di kalangan Pelaut

sunting

Selama masa transisi dinasti Ming ke Qing, salah satu cabang dari Luoisme menjadi aktif di wilayah perairan yang luas, yang berpusat di Grand Canal (Terusan Besar) dan didukung oleh sungai-sungai lainnya.[23] Sejak pertengahan dinasti Ming, ada pelaut pengangkut biji-bijian yang menganut Luoisme. Sebagian besar dari mereka adalah tentara yang bertugas di Pos Penjagaan Miyun di utara Zhili.[24] Mereka menyembah patriark Luo, membaca sutra dan menjalankan pola hidup bervegetarian.[25] Pada akhir zaman Ming, Luoisme meluas ke Hangzhou dan membangun kuil-kuil, oleh karena itu, banyak pelaut yang memeluk ajaran ini. Kemudian, para pengikutnya saling terhubung melalui ikatan agama dan menjadikan kuil-kuil Ajaran Luo sebagai basis mereka. Pengikut Ajaran Luo menyebar ke seluruh penjuru Grand Canal dan jumlahnya mencapai sekitar empat puluh atau lima puluh ribu orang.[24] Sekte ini mengembangkan suatu jenis asosiasi perdagangan, yang disatukan oleh keyakinan pada Ajaran Luo. Di abad ke 18, kelompok ini menjadi salah satu perkumpulan rahasia terbesar di Tiongkok. Kelompok ini yang menjadi cikal bakal dari kelompok Geng Hijau.[23]

Abad ke-18 sampai sekarang

sunting

Sepanjang abad ke-18 dan awal abad ke-19, pemerintah Qing berulang kali menindak kelompok-kelompok lokal Luoisme tanpa menghancurkan kelompok yang lebih besar. Para pejabat lokal biasanya merasa bahwa para pengikut Luoisme tidak menimbulkan ancaman bagi ketertiban lokal dan membiarkan mereka, selama tidak ada insiden kekerasan yang memaksa mereka untuk mengambil tindakan.[18] Kelompok Laoguan Zhaijiao tercatat pernah melakukan tindakan kekerasan di Fujian utara pada awal 1948 yang dipicu oleh penangkapan pemimpin lokal mereka yang bernama Chen Guangyao (陳光耀) bersama dengan anggota-anggota lainnya.[26] Pemberontakan ini dengan cepat ditumpas oleh para milisi lokal dan pasukan pemerintahan.[27]

Pada tahun 1895, kelompok Laoguan Zhaijiao mengambil alih fungsi pemerintahan di Kabupaten Gutian, yang menyebabkan Pembantaian Kucheng.[28] Di tahun itu Longhua Jiao dari kelompok Zhaijiao menyerang para misionaris asal Inggris karena merasa dihina oleh mereka. Hasilnya adalah pembantaian berdarah terhadap pria, wanita dan anak-anak, semuanya berjumlah 11 orang.[29]

Zhenkongdao (真空道 “Jalan Kehampaan Sejati”) yang didirikan di Anhui pada tahun 1860-an, adalah cabang Luoisme lain yang mempromosikan meditasi, penyembuhan, dan pembacaan kitab suci.[30] Kelompok ini meluas ke Fujian pada akhir abad ke-19, dan dari sana menyebar ke seluruh wilayah selatan Tiongkok dan kelompok etnis Tionghoa di Asia Tenggara.[30]

Hingga penindasan agama secara nasional oleh Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1950-an, Ajaran Luoisme masih dapat ditemukan di seluruh provinsi Jiangsu, Zhejiang, Jiangxi, Fujian, dan Taiwan.[31] Akan tetapi represi tersebut telah menyebabkan penurunan secara drastis pada aliran-aliran Luoisme. Beberapa kuil dan vihara ada yang bertahan, tapi banyak sekali yang ditutup.[32] Di Provinsi Fujian saat ini, masih ada sejumlah kecil pengikutnya. Namun demikian, para pengikut ini menyebut diri mereka sebagai umat Buddha dan bergabung dengan perkumpulan Buddha setempat.[17] Di Taiwan sendiri meskipun tidak ditekan seperti di Tiongkok, kelompok-kelompok Luoisme banyak yang kehilangan pijakan dan tidak bertahan. Tapi karena tidak ditindas, ada banyak sekali peninggalan-peninggalan sumber-sumber literasi, bangunan dan artifak-artifak yang masih bertahan dan dimuseumkan di Taiwan.[32]

 
Dehua Tang (德化堂), kuil ini adalah salah satu dari dua kuil yang tersisa di Taiwan yang merupakan kuil yang didirikan Sekte Bunga Naga. Kuil ini didedikasikan untuk memuja Guan Yin.

Kitab Suci

sunting

Teks utama Luojiao adalah lima buku yang ditulis oleh patriark Luo, disebut Wubuliuce / Lima Kitab dalam Enam Jilid (五部六册) atau juga terkadang dinamakan Lima Buku dalam Enam Volume, berjudul Baojuan (寶眷).[33] Buku ini dicetak untuk pertama kali di tahun 1509.[34] Judul-judul dari Lima Kitab dalam Enam Jilid biasanya disingkat karena sangat panjang. Judul-judul dalam buku tersebut adalah sebagai berikut:[35]

 
Kitab Wubuliuce (五部六冊), yang merupakan kitab dari Luoisme
  1. Gulungan tentang Praktik Pahit dan Pencerahan di Sang Jalan (苦功悟道卷) (satu jilid, tidak ada subdivisi) (singkatan: Gulungan tentang Praktik Pahit [苦功卷])
  2. Gulungan Meratapi Dunia dan Tanpa Tindakan (嘆世無為卷) (satu jilid; tiga belas subbagian) (singkatan: Gulungan Meratapi Dunia [嘆世卷])
  3. Gulungan Kunci untuk Menghancurkan Ajaran Sesat dan Memunculkan Bukti (破邪顯証鑰匙卷) (dua jilid; dua puluh empat subbagian) (singkatan: Gulungan Penghancuran Ajaran Sesat [破邪卷])
  4. Gulungan Berharga tentang Keyakinan Ortodoks dan Menghilangkan Keraguan Tanpa Pembinaan dan Secara Spontan (正信除疑無修証自在寶卷) (satu jilid; dua puluh lima subbagian) (singkatan: Gulungan Keyakinan Ortodoks [正信寶卷])
  5. Gulungan Berharga [Seteguh] Gunung Tai yang Tinggi dan Tak Tergoyahkan dari Karma yang Menyimpulkan dari Akar yang Mendalam (巍巍不動泰山深根d寶卷) (satu jilid; dua puluh empat bagian) (singkatan: Gulungan Gunung Tai [泰山寶卷])

Pada tahun ke-46 Pemerintahan kaisar Wanli di Dinasti Ming (1618), Lima Kitab dalam Enam Jilid ini dibakar oleh Kementerian Ritual Nanjing.[36]

Doktrin dan Ajaran

sunting

Wusheng Laomu

sunting

Patriark Luo sendiri sebenarnya tidak pernah menyebutkan Lao Mu dalam kitab tulisannya (Wubuliuce) dan menkritik tradisi Teratai Putih dan Maitreyanisme sebagai ajaran yang menyimpang.[37][33] Dalam tulisan-tulisan asli Luo, prinsip yang dianut adalah “Kekosongan Sejati” (真空 Zhēnkōng) yang merupakan ibu dari segala hal.[38] Kata-kata dari patriark Luo dalam kitabnya adalah sebagai berikut:

Tiba-tiba, setelah mencapai satu langkah, hati saya penuh dengan sukacita yang luar biasa. Saya menyadari bahwa tidak ada jalan kembali ke yang bukan wujud dan juga tidak ada jalan kembali ke yang berwujud, Aku adalah Kekosongan Sejati. Ibu (niang 娘) adalah saya dan saya adalah Ibu, pada dasarnya tidak ada dualitas. Batin adalah kosong, lahir adalah kosong, Aku adalah Kekosongan Sejati.[39]

Dalam perkembangannya kelompok-kelompok pengikutnya menintepretasikan tulisan dalam kitab tersebut sebagai Ibu Mulia Abadi (無生老母 Wúshēng Lǎomǔ), sosok dewi dari tradisi Teratai Putih yang populer di kalangan masyarakat.[40] Keyakinan ini dianut oleh kelompok Luoisme di daerah selatan yang dipimpin Yin Ji'nan yang berasal dari Huangtianjiao yang juga mempunyai tradisi menyembah Lao Mu.[10] Beberapa simbol-simbol seperti Wuji (舞技 “Yang Tak Terbatas”), Zhen (真 “Sejati”, “Kebenaran Sejati”), Gufo (古佛 “Buddha Kuno”) diasosiasikan sebagai sifat dari sosok Ibu Suci Abadi yang bertempat di Istana Bidadari Agung.[38] Meskipun dalam kitab suci Luo Menghong, Yang Mutlak digambarkan secara impersonal, tapi juga disebutkan tentang Wuji Shengzu (Patriark Suci Tanpa Batas) dan simbol Ibu (Mu atau Niang), sehingga oleh pengikutnya diasosiasikan sebagai Laomu.[38]

Tiga Masa Pancaran

sunting

Pada abad ke-17, ajaran Luo digabungkan dengan kepercayaan rakyat lainnya, yaitu milenarianisme Maitreya dan pemujaan terhadap Laomu.[41] Dalam representasi mitologi baru dari Luoisme, manusia adalah anak-anak dari dewi primordial.[41] Karena tersesat dengan dunia fana, mereka telah melupakan asal-usul surgawi mereka, dan karenanya sang Ibu mengirim utusan untuk mengingatkan anak-anaknya agar kembali ke surga di Tiga Masa Pancaran, yaitu Dipankara, Gautama, dan Maitreya yang akan datang.[41] Eskatologi Tiga Masa Pancaran sendiri sebenarnya juga merupakan tradisi Teratai Putih dan Maitreyanisme yang secara keras dikritik dalam tulisan asli patriark Luo. Tapi pada perkembangannya, Luoisme yang dipimpin oleh Yin Ji'nan menggunakan doktrin ini sebagai bagian dari dasar keyakinan sekte.[42] Keyakinan ini merupakan tradisi Hunyuan dari Huangtiandao, kelompok asal Yin Ji'nan yang memang bukan kelompok Luoisme.[10] Dalam sebagian besar kitab suci agama keselamatan, ketiga periode ini dikenal sebagai Periode Pancaran Hijau (清陽 qingyang), Pancaran Merah (紅陽 hongyang), dan Pancaran Putih (白陽 baiyang).[43]

Inisiasi sebagai Jalan Keselamatan

sunting

Patriark Luo mengajarkan bahwa ritual membaca parita dan menyebut nama Buddha Amitabha saja tidaklah cukup untuk mencapai alam Sukhavati. Ia ingin para pengikutnya untuk juga menjalankan praktik disiplin pada diri, dan menyebutkan bahwa Tanah Suci Sukhavati itu adalah di dalam diri setiap manusia, bukannya di luaran.[44] Banyak kelompok Luoisme yang mempunyai keyakinan pada Tanah Suci Amitabha yang diidentifikasikan dengan Pertemuan Bunga Naga (龍華會). Dalam kosmologi Zhaijiao, dijelaskan bahwa selama 3 kali pertemuan Bunga Naga, pertemuan pertama berfokus pada membangkitkan Alkimia Batin, pertemuan kedua berfokus pada meditasi gaya Zen, sedangkan pertemuan ketiga akan berfokus pada “Prinsip Kitab Suci Sejati Tanpa Kata-kata” (無字真經).[45]

Kelompok-kelompok Luoisme memiliki semacam proses inisiasi pada pengikut baru yang disebut “transmisi terpisah di luar ajaran” (教外別傳) dalam beberapa tingkatan sebagai bentuk transmisi oral untuk kebenaran yang lebih mendalam dan menggunakan karakter 普 sebagai affiliasi bagi mereka yang telah diinisiasi.[32] Ada tiga tingkatan inisiasi, di mana orang yang diinisiasi akan diberikan syair dan mengucapkan semacam sumpah di mana yang melanggar akan dikenai hukuman supernatural dari langit.[46] Di tahun 1604, pejabat Fujian menggambarkan penyebaran ajaran kelompok-kelompok ini dan pratik mereka sebagai "sebuah mantra saat malam hari di ruang rahasia".[46] Praktik-praktik estoris yang dilakukan di sini adalah pembukaan pintu suci (玄關), transmisi ucapan/mantra rahasia (口決) dan segel hati.[42] Kelompok Luoisme yang dipimpin Yin Ji'nan sangat menekankan pentingnya pembukaan pintu suci ini. Proses transmisi ini juga disebut akan membuat para pengikutnya yang telah diinisiasi akan terbebas dari gerbang neraka dan setan yang mengawal orang yang baru saja meninggal ke alam baka (無常).[47]

Praktik ini kemungkinan berasal dari tradisi Hunyuan pai (渾圓派) atau juga dikenal sebagai Hongyang Jiao (弘陽教) yang didirikan oleh Piaogao (飄高) pada tahun 1594.[48] Pembukaan Pintu suci dan transmisi mantra rahasia, yang dibuktikan dalam beberapa kitab suci mereka, menunjukkan pentingnya ritual inisiasi ini bagi kelompok-kelompok Luoisme. Kelompok mereka meyakini keanggotaan adalah golongan orang-orang terpilih, yang ditakdirkan untuk bertemu dengan ajaran yang benar, merupakan prasyarat untuk saling mendukung dan juga untuk keselamatan. Hanya mereka yang “ditakdirkan” (有緣人) yang akan diselamatkan.[49]

Ikonpobia

sunting

Patriark Luo menolak pemujaan terhadap benda-benda seperti patung, kitab suci, gambar dan sejenisnya dan menganggap itu adalah sesuatu yang berhala.[33] Pandangan yang diyakini adalah semua orang itu dianggap sebagai Buddha, sehingga pemujaan terhadap Buddha menjadi tidak berguna.[46] Menurut Bernard J. Ter Har, keyakinan dan pratek dari Luoisme di awal berdirinya mempunyai kemiripan dengan tradisi Kristen (terutama Protestan) yang menolak adanya pemujaan terhadap patung dan leluhur.[50] Zhuhong (袾宏), salah satu bikhu Buddhisme yang paling terkenal di masa itu mengkritik Wubuliuce atas penolakan para pengikut Luoisme yang menolak penyembahan pada patung.[51]

Vegetarianisme

sunting

Para pengikut Luoisme tidak mau makan daging karena meyakini bahwa hal tersebut melibatkan penyembelihan mahluk hidup (menyebabkan karma buruk) dan tidak minum alkohol karena itu menyebabkan hilangnya kesadaran (menyebabkan kemelekatan).[12] Pola makan yang diterapkan oleh Zhaijiao dari Luoisme mengacu pada istilah Zhai (斋) yang mengindikasikan pola makan ideal ala Buddhis yang menghindari daging, ikan, anggur dan lima macam rempah-rempah (bawang merah, bawang putih, bawang bombay, kucai, lokio).[52] Di kalangan kekaisaran, istilah ini menunjukkan serangkaian praktik pemurnian yang harus dilakukan oleh semua peserta dalam Pengorbanan di Altar Bundar (yaitu pengorbanan yang dipersembahkan ke surga oleh kaisar) selama tiga hari sebelum acara tersebut.[52]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Ma 2011, hlm. 169.
  2. ^ Nadeau 2012, hlm. 230.
  3. ^ a b Seiwert 2003, hlm. 214-215.
  4. ^ Ma 2011, hlm. 172-178.
  5. ^ a b Ma 2011, hlm. 171.
  6. ^ ter Haar 2015, hlm. 50.
  7. ^ Ma 2011, hlm. 171-172.
  8. ^ Seiwert 2003, hlm. 444.
  9. ^ a b c d Ma 2011, hlm. 174.
  10. ^ a b c d 秦, 宝琦. "清代青莲教源流考". 中國人民大學清史研究. 
  11. ^ ter Haar 2015, hlm. 52.
  12. ^ a b ter Haar 2015, hlm. 2.
  13. ^ a b Seiwert 2003, hlm. 251-257.
  14. ^ Overmyer, Daniel L. (2012). 寶卷——十六至十七世紀中國宗教經卷導論. 北京: 中央編譯出版社. ISBN 7511710999. 
  15. ^ Seiwert 2003, hlm. 252-253.
  16. ^ 羅, 士傑 (2015). 民間教派、宗教家庭與地方社會——以十七至十九世紀中葉浙江慶元姚氏家族為中心《臺大歷史學報》 (PDF). 臺灣大學. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-07-22. 
  17. ^ a b c d Ma 2011, hlm. 175.
  18. ^ a b c ter Haar 2015, hlm. 3.
  19. ^ Ma 2011, hlm. 173-175.
  20. ^ a b c d e Ma 2011, hlm. 173.
  21. ^ Ma 2011, hlm. 172.
  22. ^ Ma 2011, hlm. 325.
  23. ^ a b Ma 2011, hlm. 167.
  24. ^ a b Ma 2011, hlm. 176.
  25. ^ ter Haar 2015, hlm. 22.
  26. ^ ter Haar 2014, hlm. 163.
  27. ^ Seiwert 2003, hlm. 251.
  28. ^ Sato, Kimihiko. "The Ku-t'ien Anti-missionary Incident (1895) : Vegetarian Sect, the shadow of Sino-Japanese War, and the conversion of the missionary diplomacy of the UK and U.S." 
  29. ^ ter Haar 2015, hlm. 8.
  30. ^ a b Goossaert 2011, hlm. 209.
  31. ^ ter Haar 2015, hlm. 1.
  32. ^ a b c ter Haar 2015, hlm. 4.
  33. ^ a b c 歐, 大年 (1993). 《中國民間宗教教派研究》. 劉心勇譯. 上海: 上海古籍出版社. ISBN 7532513696. 
  34. ^ Seiwert 2003, hlm. 209.
  35. ^ ter Haar 2015, hlm. 18.
  36. ^ Mou, Zhongjian (2023). A Brief History of the Relationship Between Confucianism, Daoism, and Buddhism. Singapore: Springer Verlag. ISBN 9811972087. 
  37. ^ ter Haar 2015, hlm. 121.
  38. ^ a b c Seiwert 2003, hlm. 387.
  39. ^ Seiwert 2003, hlm. 220.
  40. ^ Seiwert 2003, hlm. 331, 444.
  41. ^ a b c Nadeau 2012, hlm. 231.
  42. ^ a b Seiwert 2003, hlm. 253.
  43. ^ Seiwert 2003, hlm. 327.
  44. ^ Ter Haar 2015, hlm. 18.
  45. ^ Jones 1999, hlm. 18.
  46. ^ a b c ter Haar 2015, hlm. 27.
  47. ^ ter Haar 2015, hlm. 33.
  48. ^ Seiwert 2003, hlm. 254.
  49. ^ Seiwert 2003, hlm. 265-266.
  50. ^ ter Haar 2015, hlm. 6.
  51. ^ ter Haar 2015, hlm. 23.
  52. ^ a b Jones 1999, hlm. 15.

Daftar Pustaka

sunting
  • Seiwert, Hubert Michael (2003), Popular Religious Movements and Heterodox Sects in Chinese History, Brill, ISBN 9004131469 
  • Ma, Xisha; Meng, Huiying (2011), Popular Religion and Shamanism, BRILL, ISBN 9004174559 
  • Nadeau, Randall L. (2012), The Wiley-Blackwell Companion to Chinese Religions, John Wiley & Sons 
  • ter Haar, Bernard J. (2015), A Lay Buddhist Movement in Late Imperial China, University of Hawai Press, ISBN 9780824853389 
  • Goossaert, Vincent, David Palmer (2011), The Religious Question in Modern China, University of Chicago Press, ISBN 0226304167 
  • Jones, Charles B (1999), Buddhism In Taiwan Religion And The State 1660-1990, Univ of Hawaii Pr, ISBN 0824820614 

Pranala luar

sunting