M. Nur El Ibrahimy
Mayor TNI M. Nur El-Ibrahimy (lahir : 1912 Idi, Aceh Timur) merupakan seorang Sejarahwan asal Aceh yang juga salah seorang penulis buku-buka sejarah Aceh. Beliau juga menantu dari Tgk. Daud Beureu'eh yang merupakan seorang mantan Gubernur Aceh. Ia merupakan anggota partai Majelis Syura Muslimin Indonesia (MASYUMI). Dibidang militer beliau pernah menjadi Mayor TNI Divisi 1 Gajah. mula-mula bekerja sebagai Direktur Sekolah Menengah Islam. Kemudian, ia menjabat sebagai Kepala Pendidikan Agama daerah Aceh dan kemudian Wakil Kepala Jawatan Agama daerah Aceh. Ditengah-tengah kancah perjuangan Kemerdekaan Indonesia, ia mendjadi anggota Badan Eksekutif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara. Pada bulan Desember 1949, ia berhenti dari jabatan tersebut dan menjadi anggota Dewan Pertahanan Daerah Provinsi Aceh.[1]
Mayor TNI M. Nur el Ibrahimy | |
---|---|
Nama asli | Muhammad Nur el Ibrahimy |
Lahir | 1912 Idi Rayeuk, Aceh Timur |
Pekerjaan | Tokoh pergerakan |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Universitas Al-Azhar |
Periode | Sebelum dan setelah kemerdekaan Indonesia |
Genre | Sejarah |
Tema | Sejarah pergerakan di Aceh dan Islam |
Aliran sastra | Pejuang Kemerdekaan Republik Indonesia angkatan '45 |
Karya terkenal |
|
Pasangan | Maryamah |
Kerabat | Tgk Daud Berue'eh (Mertua) |
Selayang pandang
suntingMayor TNI Muhammad Nur El Ibrahimy ibarat kaleidoskop dalam perjalanan sejarah Aceh. Al Khalik memberinya usia yang panjang sehingga ia dapat menyaksikan pergolakan demi pergolakan di negeri itu, sejak Perang Cumbok di masa awal kemerdekaan hingga pergolakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM)-yang kian menghebat dalam dua tahun terakhir ini. Dan Ibrahimy tidak hanya mengamati pergolakan dari jauh.[2]
Pada periode 1945-1950, ia terjun langsung ke kancah pertempuran. Ketika pertentangan antara kaum ulama dan para Uleebalang, dua kelompok dalam masyarakat Aceh yang secara tradisional berseberangan-memuncak dalam Perang Cumbok (sering juga disebut Peristiwa Cumbok), pria kelahiran Idi, Aceh Timur, ini memimpin pasukan dengan seribu anggota.
Pada 12 Januari 1946, ia membawa pasukannya dari Aceh Utara dan Pidie, lalu bergerak dari Bireun untuk menyerang kalangan Cumbok. Lebih merupakan perang saudara, Peristiwa Cumbok dapat diatasi pada tahun 1946 itu juga.[3]
Pertautan Ibrahimy dengan Teungku Daud Beureuh yang sangat dimuliakan oleh rakyat Aceh-terjalin melalui pernikahannya dengan Maryamah Nur, anak pertama sang Teungku Daud Beureu'eh. Keduanya telah bersama selama 62 tahun. Namun, sembilan tahun terakhir, Mariamah tak bisa lagi bercakap-cakap. Ia terbaring tanpa sadar di tempat tidur akibat stroke.[4][5][6]
Pendidikan dan Karier
suntingDi masa mudanya (1930-1935), ia belajar di Universitas Al-Azhar, Kairo. Ketika Aceh bergolak di awal kemerdekaan, Ibrahimy memilih aktif dalam dinas ketentaraan. Pada 1946, ia diangkat menjadi Kepala Staf Penerangan dan Pendidikan Tentara Rakyat Indonesia, Divisi Gajah 1 Aceh, dengan pangkat mayor. Dari bidang militer, ayah empat anak ini kemudian pindah ke dunia parlemen. Ia menjadi anggota DPR RI selama dua periode. Dalam periode pertama (1950-1955), ia mewakili Daerah Aceh. Periode berikutnya (1955-1960), ia duduk sebagai wakil dari Partai Masyumi.
Kini, dengan uang pensiun sebagai anggota DPR, H.M. Nur El Ibrahimy hidup sederhana. Fisiknya sudah amat rapuh. Namun, ingatannya akan detail-detail sejarah Aceh seperti menggetarkan kembali saraf-sarafnya yang tua.
”Beberapa kemelut berdarah membuat Aceh hancur dan terbelakang. Tapi sejarah harus tetap ditulis-bahkan dari kehancuran-untuk memberikan ikhtisar kebenaran kepada generasi yang lebih kemudian,” tulis Ibrahimy di salah satu bukunya.[7][8]
Karya tulis
sunting- Tgk. M. Daud Beureueh : Peranannya dalam Pergolakan di Aceh
- Kisah Kembalinya Tgk. Mohd. Daud Beureueh Ke Pangkuan Republik Indonesia [9]
- Mata Rantai Yang Hilang Dari Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Indonesia Di Aceh (Memoar)[10]
- Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh [11]
- Inggris dalam Pergolakan Timur Tengah
- Perang Minyak di Timur Tengah[12]
- Mata Rantai Yang Hilang
- Pengantar Pemahaman Ilmu Mantiq
- Catur politik imprialis dinegara-negara Islam Timur Tengah[13]
Referensi
sunting- ^ M.Pd, Dr Wildan (2020-05-06). Nasionalisme dan Sastra: Doktrin, Misi, dan Teknik Penyampaian Nasionalisme dalam Novel A. Hasjmy. Syiah Kuala University Press. ISBN 978-623-264-057-3.
- ^ Sujamto (1988). Daerah Istimewa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bina Aksara.
- ^ TEMPO, Tim BUKU (2016-02-26). Seri Tempo: Daud Beureueh. Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 978-979-9110-55-8.
- ^ "Airmata Penunduk Abu Daud". Dayah Al Athiyah Tahfizh Al Quran. 2019-08-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-20. Diakses tanggal 2022-06-17.
- ^ "Air Mata Bung Karno Meleleh di Aceh". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia. 2015-10-09. Diakses tanggal 2022-06-17.
- ^ "PUSA(Persatuan Ulama Seluruh Aceh) 1. Sejarah Lahirnya PUSA". 123dok.com. Diakses tanggal 2022-06-17.
- ^ "Wawancara M. Nur El Ibrahimy dengan Majalah TEMPO, Setahun Sebelum Beliau Wafat". Baranom. 2013-05-21. Diakses tanggal 2022-06-17.
- ^ "Jasa Rakyat Aceh dan Balasan "Pengkhianatan" Pemerintah Indonesia - Indonesiainside.id". 2020-06-05. Diakses tanggal 2022-06-18.
- ^ M. Nur el Ibrahimy (2001). Peranan Tgk. Muhammad Daud Beureu-eh dalam pergolakan Aceh: "manager" Aceh daerah modal tergolong penyelamat Republik Indonesia mengapa akhirnya naik ke gunung? (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Media Da'wah. OCLC 969537616.
- ^ Ibrahimy, Nur El; (1996). Mata Rantai Yang Hilang (dalam bahasa Indonesia). Grasindo. ISBN 978-979-669-013-8.
- ^ M. Nur el Ibrahimy (1993). Selayang pandang langkah diplomasi Kerajaan Aceh (dalam bahasa Indonesian). Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. ISBN 978-979-553-287-3. OCLC 30382677.
- ^ M. Nur el Ibrahimy (1955). Perang minjak di Timmur Tengah (dalam bahasa Indonesian). Bandung: Alma'arif. OCLC 28627679.
- ^ M. Nur el Ibrahimy (1955). Tjatur politik imprialis dinegara-negara Islam Timur Tengah (dalam bahasa Indonesian). Bandung: Alma'arif. OCLC 4434936.