Maapam
Maapam adalah tradisi memasak apam yang telah dilakukan oleh masyarakat Pasaman Barat sejak zaman nenek moyang, memasak apam sudah menjadi tradisi unik yang berasal dari daerah Pasaman Barat yang sudah diwariskan secara turun-temurun.[1] Tradisi Maapam biasanya dilakukan oleh masyarakat untuk menyambut datangnya bulan suci ramadan, sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan karena kembali dipertemukan dengan bulan penuh keberkahan. Bahan-bahan pembuat apam yaitu tepung beras yang sudah ditumbuk, santan kelapa, garam, gula, dan gula aren. Semua bahan dicampur menjadi satu, lalu diaduk hingga menjadi adonan putih. Memasak apam masih menggunakan tungku api atau alat memasak tradisional dengan kuali dari besi.[2] Rekor terbanyak memasak apam dicetak oleh masyarakat Pasaman Barat pada tahun 2020 yang diikuti oleh banyak partisipan dengan rekor 1.074 tungku.[3]
Sejarah
suntingTradisi maapam sudah menjadi tradisi unik yang berasal dari Pasaman Barat yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Tradisi ini menjadi bentuk dari kerja sama atau gotong royong yang terjadi dalam masyarakat, tradisi maapam tidak hanya dilakukan pada acara-acara besar. Maapam juga dilakukan pada saat bulan Rajab, dengan tujuan bersedekah dan berdoa untuk anak-anak yang sudah meninggal.
Referensi
sunting- ^ "Mengenal Maapam, Tradisi Memasak Apam Khas Pasaman Barat Sambut Bulan Ramadan". merdeka.com. Diakses tanggal 2024-08-18.
- ^ Pratiwi, Yunia (2024-02-08). "Mengenal Tradisi Maapam untuk Memperingati Isra Miraj". Tempo. Diakses tanggal 2024-08-18.
- ^ tedihouse. "Memasak Apam di Tungku Terbanyak". MURI: Museum Rekor Dunia Indonesia. Diakses tanggal 2024-08-18.