Madoja Bine adalah salah satu adat istiadat yang ada di masyarakat suku Bugis, Sulawesi selatan. Ini merupakan ritual masyarakat agraris dalam proses bertani. Maddoja Bine berasal dari bahasa Bugis. Maddoja diartikan sebagi begadang, berjaga, dan tidak tidur, Sedangkan bine diartikan sebagai benih. Jadi secara keseluruhan, Ritual ini dapat diartikan sebagai ritual yang dilakukan dengan berjaga di malam sembari menunggu padi yang direndam sebelum ditabur di persemaian keesokan harinya. Ritual ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Sangiang Dwi (Dewi beras dalam suku bugis). [1]

Pelaksanaan

sunting

Proses pelaksanaan ritual ini dilakukan sembari menunggu padi yang direndam dimulai dengan pembacaan mantra atau dosa yang dibacakan oleh sanro wanua, kemudian dilanjutkan dengan Massureq atau pembacaan sureq La Galigo (Sebuah karya sastra yang membahas mengenai proses awal keberadaan manusia bugis). Pembacaan sureq dilakukan untuk menghibur dan mengiringi Sangiang Dwi ke tempat persemaiannya. Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa penutup dengan memohon keselamatan kepada sang pencipta.

Referensi

sunting
  1. ^ "Madoja Bine". Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2021. Diakses tanggal 2024-10-05.