Madrasah Al-Shaulatiyah

sekolah di Arab Saudi
(Dialihkan dari Madrasah al-shaulatiyah)


Madrasah Al-Shaulatiyah (bahasa Arab: ar:المدرسة الصولتية; Bahasa Urdu ur:مدرسہ صولتیہ; Bahasa Inggris en:Madrasah as-Sawlatiyah) merupakan salah satu madrasah legendaris di tanah suci Makkah yang didirikan oleh seorang Ulama besar imigran India, Syekh Rahmatullah Ibnu Khalil al-Hindi al-Dahlawi.[1] Madrasah Al-Shaulathiyah adalah madrasah pertama didirikan pada tahun 1292 H di Kerajaan Arab Saudi,[2] Shaulathiyah adalah madrasah swasta pertama didirikan di sana,[3] sehingga gaungnya menggema ke seluruh dunia. Madrasah ini menghasilkan Ulama-ulama besar dunia, termasuk dari Nusantara.[4] Shaulatiyah merupakan madrasah tradisional di tengah deru pembaruan pendidikan di Hijaz yang dilancarkan Kesultanan Utsmaniyah,[1] salah satu institusi pendidikan Islam yang cukup terkenal di Makkah di kalangan masyarakat India, Pakistan dan lain-lain termasuk juga komunitas Islam dari dunia Melayu pada saat itu.[5]

Madrasah Al-Shaulatiyah
المدرسة الصولتية
Alamat
Al Kakiyyah, 24352


Informasi
JenisPondok pesantren
AfiliasiIslam;
Madrasah Darul Ulum, Deoband, India
Didirikan1292 H
PendiriSyekh Rahmatullah al-Kairanawi al-Hindi
Lain-lain
AlumniDaftar alumni Madrasah Al-Shaulatiyah
Moto

Sejarah singkat

sunting

Diantara ulama-ulama yang pernah menimba ilmu pengetahuan di Pesantren Shaulathiyah adalah Syeikh Musthafa Husein pendiri Pondok Pesantren Musthafawiyah, Purba Baru, Almarhum Syeikh Hamdan Abbas (pernah menjabat Ketua MUI Sumatera Utara) bahkan senioran dari Syeikh Majid Salim Rahmatullah, almarhum Syeikh Mahmud Syihabuddin (ulama Sumatera Utara yang pernah menjadi guru di Masjidil Haram) adalah alumnus Shaulathiyah, dan banyak lagi ulama-ulama kharismatik di Indonesia terinspirasi untuk mendirikan pesantren di tanah air ini. Dengan arti kata, pesantren-pesantren yang ada di Indonesia banyak berhutang budi kepada Ma’had Shaulathiyah. Bahkan sampai sekarang kurikulum pesantren yang ada di Indonesia tidak jauh berbeda dengan kurikulum yang dipelajari di Ma’had Shaulathiyah.

—  H. M. Nasir, LC, MA; 2012 ; Wakil Sekretaris Dewan Fatwa Pengurus Besar Al Washliyah [6]

Pendiri madrasah ini adalah salah seorang keturunan Sayyidina Utsman bin Affan,[5][7] yang lahir dan berasal dari Delhi, India, sehingga sering diasosiasikan dengan Muslimin Anak Benua India. Murid terbanyak di madsarah ini justru dari Nusantara,[1] 95% siswa di Shaulatiyah berasal dari Indonesia.[4] Bagi masyarakat Melayu, selain mendapat pendidikan di Masjidil Haram banyak juga yang memasuki Madrasah Al-Shaulatiyah.[5] Keakraban orang-orang Indonesia dengan orang India juga ditandai dengan banyaknya Muslim Nusantara yang menuntut ilmu di Madrasah Shaulatiyah, yang dari namanya dinisbatkan kepada perempuan dermawan asal India, Begum Shaulatun Nisa, yang telah menjadi donatur tunggal pembangunan madrasah tersebut.[8] Madrasah Shaulatiyah adalah madrasah tradisional di abad ke-20 yang banyak beraviliasi dengan Madrasah Darul Ulum di Deoband, India.[9]

Pelajar & Alumni

sunting
 
Madrasah Al-Shaulatiyah

K.H. Hasyim Asy’ary (pendiri Nahdlatul Ulama), K.H. Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), K.H. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (pendiri Nahdlatul Wathan Lombok-NTB), Lalu Muhammad Faeshal bin Lalu Abdul Hanan Praya Lombok Tengah (Pendiri Ponpes Manhalul Ulum Praya) pernah belajar di Madrasah Shaulathiyah,[2] demikian pula dengan Sayyid Muhsin al-Musawwa (pendiri Dar al-Ulum di Makkah).[5] Pada tahun 1346 H/1928 M, Syaikh Yasin bin Isa Al-Faddani pernah melanjutkan pendidikan ke Madrasah ash-Shaulatiyah al-Hindiyah, menimba ilmu disana selama kurang lebih 7 tahun. Guru-guru beliau selama di Madrasah ash-Shaulatiyah adalah Syaikh Muhktar Utsman Makhdum, Syaikh Hasan al-Masysyath dan Sayyid Muhsin bin Ali al-Musawwa.[10].

 
Madrasah Al-Shaulatiyah [11]

Selain itu, adapula Syaikh Ismail Utsman Zain (1352- 1414 H), seorang ulama asal Yaman yang menetap dan mengajar di Madrasah Saulatiyah, Makkah selama 23 tahun. [12] Nama besar lainya yang berkaitan dengan madrasah ini adalah, adalah Tengku Mahmud Zuhdi al-Fathani, Syaikhul Islam Selangor, adalah seorang ulama yang pernah mengajar di Madrasah Shaulatiyah.[13] Sebelumnya, adalah Syeikh Ahmad al-Fathani yang mendidik Tengku Mahmud Zuhdi sendiri dan memasukkannya ke Maktab Saulatiyah.[14]

Lokasi Madrasah Al-Shaulatiyah pada mulanya berada sepelemparan batu dari Masjidil Haram, sampai kemudian dengan adanya proyek perluasan Masjidil Haram, Madrasah Shaulatiyah dipindah ke Kakiyah.[7] Gedung kedua yang didirikan pada 1320 H saat Perang Dunia pertama, batu pertama diletakkan dengan dihadiri para Ulama dan Masyaikh Makkah, kemudian pembangunan dihentikan karena masih ada perang dunia, lalu dilanjutkan pembangunannya dan baru selesai pada 1343 H.[7]

Catatan Akhir

sunting
  1. ^ a b c Ucu 2017
  2. ^ a b Azyumardi Azra, penulis buku Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII; dalam Nasir, H. M. (2012-12-14). "Taushiyah Syeikh Majid Mas'ud Salim Rahmatullah". Waspada. Medan. hlm. Mimbar Ju'at - B10. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  3. ^ Abdullah Al-Baghdadi, dalam Nasir, H. M. (2012-12-14). "Taushiyah Syeikh Majid Mas'ud Salim Rahmatullah". Waspada. Medan. hlm. Mimbar Ju'at - B10. Diakses tanggal 2018-04-03. 
  4. ^ a b Mumazziq 2018, "Majalah NU dan Santri Indonesia di Mekkah"
  5. ^ a b c d Abdullah 2006
  6. ^ (Nasir 2012)
  7. ^ a b c Syaikh Majid Said Masud Rahmatullah Al-Utsmani 2016, dalam Saifulloh, Mohammad (2016-09-09). "Jejak Hadratus Syeh KH Hasyim Asy'ari di Makkah". Okezone.com. Diakses tanggal 2018-04-12. 
  8. ^ Mumazziq 2018, "Relasi Ulama India dan Nusantara"
  9. ^ Han 2015
  10. ^ Jam'Iyah Tilawatil Quran 2017.
  11. ^ جريدة الرياض 2012.
  12. ^ Majalah Santri Dayah 2013.
  13. ^ Abdullah 2008
  14. ^ Abdullah 2004

Daftar Pustaka

sunting

Lihat Pula

sunting