Marbangun Hardjowirogo

Marbangun Hardjowirogo (lahir Surakarta, 1916 - meninggal ?) adalah seorang antropolog lulusan pertama dari Fakultas Sastra, Universitas Indonesia, pada tahun 1954; tetapi ia lebih dikenal sebagai wartawan.[1] Sebelum Perang Dunia II, dia kuliah di Rechtshogeschool (RHS) sebelum pindah ke Faculteit der Letteren en Wijsbegeerte yang kemudian menjadi Fakultas Sastra UI.

Pada zaman pendudukan Jepang, dia bekerja untuk Sendenbu, Barisan Propaganda Jepang, di Jakarta, di mana dia ditugaskan untuk mengepalai artis-artis Indonesia.

Di zaman revolusi, dia bekerja untuk harian Nasional di Yogyakarta dan, setelah kemerdekaan dia pulang ke Jakarta.[1] Pada waktu itu dia menggunakan nama samaran Marsan untuk kolomnya yang sangat digemari para pembaca. Kolom Marsan ini juga diterbitkan di Harian Umum di Semarang setelah harian Nasional tutup terbit. Di Majalah Nasional dia juga mempunyai kolom sudut yang berjudul Sok Tau yang dipergunakan oleh dia untuk meluncurkan komentar-komentar baik mengenai kawan-kawannya maupun anggauta-anggauta keluarga dan politisi yang perlu ditegur! Tulisan-tulisan ini pernah diterbitkan dalam suatu buku kompilasi berjudul Marsania.

Dia pernah dicari-cari oleh pelajar pejuang karena salah satu tulisannya dianggap merugikan mereka.[1] Oleh karena itu, dia terpaksa bersembunyi di Surabaya.[1]

Dia mengepalai Lembaga Pers dan Pendapat Umum sejak tahun 1955-1959 dan memberikan kuliah di Sekolah Tinggi Publisistik dan di Akademi Penerangan.[1] Setelah itu ia ditawari untuk menjadi Pegawai Sekretariat PBB di New York.[1]

Setelah pensiun dari PBB pada tahun 1974, dia melanjutkan kariernya sebagai kolumnist untuk beberapa suratkabar di Jakarta, di antaranya Sinar Harapan dan Suara Pembangunan. Dengan menggunakan nama samaran Margo, dia menulis dan memberikan komentar mengenai situasi politik dan budaya di Indonesia, meneruskan tradisi yang dimulainya dengan kolom Marsan pada harian Nasional.

... sesudah Mochtar Lubis memberikan ceramahnya yang berjudul "Manusia Indonesia", tergelitik juga keinginan saya untuk menulis katakanlah counterpart, imbangannya yang tidak dimaksudkan untuk menandinginya dari segi suku Jawa.[2] Melainkan untuk membuat semacam komplemen, pelengkap dari apa yang sementara ini sudah diketahui oleh wartawan yang namanya tak asing lagi di dalam dan di luar negeri ....

— Marbangun Hardjowirogo

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f "Marbangun Hardjowirogo" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-05-28. Diakses tanggal 2014-06-24. 
  2. ^ Drs.Marbangun Hardjowirogo. Manusia Jawa. CV. Haji Masagung.