Masalah bahasa agama

Masalah bahasa agama mempertimbangkan kemungkinan berbicara tentang Tuhan secara bermakna jika konsepsi tradisional tentang Tuhan sebagai zat yang maha gaib, tak terbatas, dan kekal, diterima. Konsepsi tradisional tentang Tuhan tersebut membuat sulit untuk menjelaskan Tuhan, sehingga bahasa agama berpotensi menjadi tidak berarti. Teori-teori bahasa agama berusaha untuk menunjukkan bahwa bahasa tersebut tidak bermakna, atau mencoba untuk menunjukkan bagaimana bahasa agama masih bisa bermakna.

Secara tradisional, bahasa agama dijelaskan secara via negativa, analogi, simbolisme, atau mitos, yang masing-masing menggambarkan cara berbicara tentang Tuhan dalam bahasa manusia. Via negativa dalam hal ini yaitu cara mengacu pada Tuhan dengan menurut pada apa yang bukan Tuhan. Kemudian, analogi yaitu menggunakan standar (pemahaman) manusia dalam membandingkan kualitas-kualitas ilahiah. Simbolisme yaitu penggambaran non-harfiah berkaitan dengan pengalaman yang tak terlukiskan. Dan interpretasi mitologis agama sebagai cara untuk mengungkap kebenaran hakiki di balik cerita-cerita agama. Penjelasan-penjelasan alternatif tersebut menjadikannya rentan terhadap fungsi politis, performatif, atau imperatif.