Masjid Arqam Baburahman

masjid di Indonesia
(Dialihkan dari Masjid Apung Palu)

Masjid Arqam Baburahman (bahasa Arab: مسجد أرقم بابرحمان) atau yang lebih dikenal dengan Masjid Terapung Palu[1][2] (bahasa Arab: المسجد العائم فلو) adalah sebuah masjid bersejarah yang berada di pesisir Teluk Palu, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia, dekat dengan Pantai Talise.[3] Masjid ini dibangun pada tanggal 19 Januari 2011 dan selesai pada awal tahun 2012. Pada 28 September 2018, masjid ini rusak berat dan tenggelam sebagian akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda di Pulau Sulawesi.[4] Hingga tahun 2022, masjid ini mulai dibangun kembali.[5]

Masjid Arqam Baburahman
مسجد أرقم بابرحمان
PetaKoordinat: 0°53′2.5″S 119°51′13.9″E / 0.884028°S 119.853861°E / -0.884028; 119.853861
Agama
AfiliasiIslam
Provinsi Sulawesi Tengah
Lokasi
LokasiPalu
Negara Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturTimur Tengah
Didirikan2011 (direnovasi pada periode tahun 2022-2024)
Kubah5

Sejarah

sunting

Masjid Terapung Palu diresmikan pada tahun 2011 di lahan seluas 121 meter persegi, dan mampu menampung hingga 200 jamaah.[6] Awalnya masjid ini dibangun oleh salah seorang pengusaha SPBU yang bernama Muhammad Hasan Bajamal.[7] Masjid ini menjadi tujuan wisata dan ikon kota Palu.[1] Masjid ini didedikasikan untuk cendekiawan Muslim abad ke-17 dari Sumatera Barat, Datuk Karama, yang berjasa besar dalam penyebaran Islam di wilayah Palu.[2]

Keunikan masjid ini adalah kubahnya dapat bercahaya 7 warna saat malam hari. Ketujuh warna cahayanya adalah merah, jingga, hijau, unggu, biru, merah muda dan putih.[8] Warnanya berganti-ganti dalam hitungan detik. Pilar-pilar masjidnya tertancap 10 meter ke dalam laut, yang membuat masjid ini disebut "masjid terapung".[3]

Gempa bumi 2018

sunting

Selama peristiwa gempa bumi Sulawesi 2018, masjid ini dilanda beberapa tsunami yang meruntuhkan pilar yang menopang masjid yang mengapung di teluk. Dengan demikian, sebagian masjid terendam di lautan. Namun, bangunan itu tetap utuh. Dikabarkan, gelombang tersebut masuk melalui pintu belakang masjid dan menembus pintu depan, hal itulah yang menyebabkan masjid tergenang air. Dinding jendela juga runtuh dan kaca-kacanya pecah. Namun pengeras suara untuk azan masih berfungsi tanpa cacat.[1]

Pasca tsunami, masyarakat Palu, khususnya muslim tradisionalis yang menganut mistisisme Islam, menegaskan bahwa masjid tersebut bertahan karena kekuatan ilahiah dari para Wali Sanga yang menjaga masjid tersebut. Masjid ini dan masjid organisasi Islam Alkhairaat adalah beberapa masjid yang masih bertahan setelah tsunami.[2] Hingga April 2021, sebagian masjid masih terendam air.[9]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Nasib Masjid Apung Palu Setelah Terpapar Tsunami Tempo. Retrieved May 1, 2021.
  2. ^ a b c Nourse, Jennifer. The mosques that survived Palu’s tsunami and what that means. The Conversation. Retrieved May 1, 2021.
  3. ^ a b "Kisah Masjid Terapung di Palu yang Mengusir Maksiat". travel.detik.com. 2 Juli 2014. Diakses tanggal 18 Mei 2017. 
  4. ^ "Kondisi Masjid Arkham Babu Rahman Pasca-gempa Palu". kompas.com. 4 Oktober 2018. Diakses tanggal 10 Mei 2019. 
  5. ^ antaranews.com (2019-08-02). "Masjid Terapung "saksi bisu" tsunami Palu bakal jadi objek wisata". Antara News. Diakses tanggal 2022-12-25. 
  6. ^ "Kisah Di Balik Keindahan Masjid terapung di Palu". soloraya.com. 14 Juli 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-11-27. Diakses tanggal 18 Mei 2017. 
  7. ^ "Masjid Terapung, Saksi Bisu Tsunami Palu yang Akan Jadi Destinasi Wisata Religi". kumparan. Diakses tanggal 2022-12-25. 
  8. ^ "Palu Punya Masjid Terapung dengan Kubah 7 Warna". travel.detik.com. 28 Maret 2014. Diakses tanggal 18 Mei 2017. 
  9. ^ Ngabuburit di sekitar Masjid Terapung Arkam Babu Rahman. Antaranews.com. Retrieved May 1, 2021.