Masjid Jami An-Nawawi
Masjid Jami' An-Nawawi adalah masjid yang terletak di kecamatan Tanara, Serang, Banten. Masjid ini berada tak jauh dari komplek pemakaman Tanara, yaitu sekitar 1 km ke arah utara. Masjid tersebut terletak di sebuah kampung bernama Pesisir, desa Pedaleman. Tak ada orang yang tahu kapan persisnya masjid ini didirikan oleh Syekh Nawawi. Namun, jika mengetahui bahwa Syekh Nawawi dilahirkan pada tahun 1813 Masehi, maka kemungkinan besar masjid ini didirikan antara tahun 1850 hingga 1860-an.
Syekh Nawawi mendirikan rumah, mengelola pesantren, dan memimpin masjid di kampung ini. Namun, karena ia memperoleh intimidasi pejajah Belanda, ia kemudian hijrah ke Mekkah. Ia tidak tenang hidup di Tanara. Dia lalu tinggal di mekkah hingga akhir hayatnya. Makamnya pun di sana, yaitu di Ma'la, Mekkah. Sebagian karyanya ditulis di sana, sebagian lagi di Tanara.
Pemberian nama masjid yang diambil dari pendakwah Syekh Nawawi al-Bantani tentu bukan kebetulan. Pasalnya, di masjid ini ia dulu berjuang dan berdakwah. Sebagian hidupnya dijalani di sana. Meski sudah tak tampak seperti dulu, masjid ini tetap menyimpan kenangan tersendiri bagi masyarakat Tanara.
Bagian-bagian masjid
suntingSetelah Syekh Nawawi ke Mekkah, semua urusan masjid dan pesantren dikelola Kyai Arsyad Gasir. Ia tak lain adalah pamannya sendiri, yang juga merupakan muridnya. Pada masa dia, masjid mengalami pemugaran untuk pertama kalinya. Saat itulah, bangunan masjid diganti dengan bahan dari batu bata dan semen. Unsur kayu mulai dihilangkan.
Di dalam masjid ada empat tiang pondasi. Diameternya mencapai 50 cm, tingginya sekitar lima meter. Empat tiang ini dibangun pada masa Kyai Arsyad. Empat tiang mengandung nilai filosofis, yang menggambarkan empat sahabat dekat nabi, yaitu Abu Bakar Al-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Empat tiang itu pun, menurut cerita, didirikan kyai Arsyad dengan diawali berpuasa selama 40 hari. Itulah sebabnya, masjid ini berpondasi empat tiang untik mengingat apa yang telah dilakukan Kyai Arsyad. Sebagian masyarakat sangat menolak bila tiang tersebut. Mereka menganggap bahwa bagian tiang adalah peninggalan Kyai Arsyad yang patut dipertahankan.
Saat Syekh Nawawi masih di Tanara, jamaah mengambil air wudhu dari sumur yang letaknya di luar depan mihrab imam. Kini, sumur tersebut sudah tidak ada lagi. Di samping itu, di depan mihrab imam bagian luar juga terdapat air kolam. Luasnya sekitar 4x4 meeter. Kolam ini, konon, merupakan peninggalan Kyai Arsyad. Namun, kolam itu jarang digunakan. Jamaah biasanya berwudhu di bagian tempat biasa.
Lokasi dan aksesibilitas
suntingLetak masjid ini sangat jauh dari pusat kota. Jika Anda berangkat dari Kota Serang, lalu mengendarai transportasi umum ke Tanara, maka Anda akan mengalami kesulitan. Pasalnya, Anda hanya bisa sampai di Pasar Tirtayasa (Jonjing). Sementara itu, dari Tirtayasa, tak ada angkutan umum menuju Tanra. Kalaupun ada, itu jarang sekali. Itulah sebabnya, Anda harus naik ojek sekitar 10 km.
Lain halnya jika Anda naik kendaraan pribadi. Dari Jakarta, ada dua alternatif jalur menuju ke sana, yaitu dari arah kota Serang dan dari arah kota Tangerang. Dari kota Serang, Andamelewati Ciruas, Pontang, dan Tirtayasa. Sementara dari arah Tangerang, Anda melewati Kota Bumi, Sepatan, Mauk, dan Kronjo. Sepanjang jalan itu, Anda tanya saja pada orang. Hampir semua orang tahu di mana kampung Tanara.[1]
Referensi
sunting- ^ Majalah Hidayah edisi 93 Mei 2009 halaman 126-129