Meditasi jalan atau meditasi berjalan adalah salah satu bentuk meditasi yang dipraktikkan dalam Vipassana.[1] Seseorang yang mempraktikkan meditasi ini harus mencatat (noting) setiap pergerakannya secara sadar dalam hati.

Dalam sutta

sunting

Meditasi berjalan bersama meditasi duduk, meditasi berdiri dan meditasi berbaring adalah empat postur meditasi yang disebutkan dalam Mahasatipatthana Sutta (Khotbah Panjang Tentang Landasan-landasan Perhatian) yang menjadi fondasi Vipassana Bhavana.[2]

Kemudian, seorang bhikkhu, ketika sedang berjalan, mengetahui bahwa ia sedang berjalan, ketika sedang berdiri, mengetahui bahwa ia sedang berdiri, ketika sedang duduk, mengetahui bahwa ia sedang duduk, ketika sedang berbaring, mengetahui bahwa ia sedang berbaring. Dalam cara bagaimanapun jasmaninya diposisikan, ia mengetahuinya sebagaimana adanya.

Di dalam Bhayabherava Sutta (Majjhima Nikaya 4), jika Buddha sedang bermeditasi jalan dan rasa takut muncul, ia akan terus berjalan sampai rasa takutnya lenyap dan hanya setelah itu ia akan mengganti posisi ke postur meditasi lainnya.[3][4]

…Brahmana, ketika saya sedang berjalan, ketakutan dan kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berdiri, duduk atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan kegentaran itu. Ketika saya sedang berdiri, ketakutan dan kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, duduk atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan kegentaran itu. Ketika saya sedang duduk, ketakutan dan kegentaran muncul pada diriku; saya tidak berjalan, berdiri atau berbaring hingga saya dapat melenyapkan ketakutan dan kegentaran itu…

Ananda

sunting

Sebelum mencapai tataran Arahat, murid dan asisten Buddha, Ananda mempraktikkan meditasi berjalan sepanjang malam. Meditasi ini dilakukkannya sebelum dimulainya Konsili Besar Pertama. Saat itu, di dalam kelompok 500 bhikkhu, ia sendiri yang masih seorang Sotapanna, sementara 499 telah mencapai tataran kesucian Arahat (tingkat kesucian tertinggi).[1] Begitu gelisahnya Ananda, karena belum bisa mencapai tataran Arahat, ia bermeditasi jalan sepanjang malam.[1] Akhirnya ia menyadari bahwa ia terlalu bersemangat namun kurang konsentrasi. Saat hendak beristirahat, di antara posisi duduk dan akan membaringkan tubuhnya, ia berhasil mencapai tataran Arahat.[1]

Moggallana

sunting

Meditasi berjalan adalah salah satu metode yang diajarkan Buddha kepada Bhikkhu Moggallana, saat muridnya tersebut merasa mengantuk dan kehilangan konsentrasi. [5]

...Jika rasa kantuk belum hilang, maka kamu harus bertekad, meditasi jalan, berjalan bolak-balik. Dengan mengendalikan indera, pikiran tidak berkeliaran ke luar. Dengan demikian, anda akan dapat mengatasi rasa kantuk.

Metode

sunting

Dalam memulai meditasi berjalan, seseorang harus menegakkan badannya secara lambat-lambat.[1] Kemudian, dalam persiapan untuk mulai berjalan, harus dilakukan dengan perlahan-lahan. Kepala ditegakkan dengan pandangan mata ke bawah kira-kira sejauh 2 meter ke depan.[6]

Dalam setiap langkah kaki, dimulai dari gerakan mengangkat kaki hingga menurunkannya, semua dilakukan secara sadar. Ketika berjalan, setiap pijakan atau langkah kaki kanan atau kiri, secara bergantian harus dicatat dalam hati. Jikalau berjalan dalam langkah cepat atau berjalan dalam jarak yang jauh, dalam setiap pijakan dicatat “langkah kanan...langkah kiri” atau “berjalan...berjalan”.[1] Namun, apabila berjalan dalam gerakan yang lambat, pencatatan setiap pijakan dapat dibagi menjadi tiga bagian: “angkat..., dorong / maju (ke depan)....turun”.[1] Langkah berikutnya baru dimulai ketika satu langkah terdahulu selesai, artinya ketika satu kaki belum selesai diturunkan, kaki satunya belum boleh digerakkan (dimulai).

Selama meditasi berjalan berlangsung, seseorang mungkin bisa merasakan sakit, lelah atau sensasi-sensasi (misal rasa hangat).[1] Ini juga harus dicatat. Setelah itu seseorang bisa kembali melakukan gerakan berjalan lagi sambil mencatat.

Pencatatan gerakan dalam batin

sunting

Pencatatan tiap langkah atau gerakan berjalan secara lambat dapat dilakukan sebanyak beberapa kali.[6] Ketika mengangkat kaki dapat dicatat sebanyak 3 kali, “angkat, angkat, angkat”, saat mendorong (maju) dicatat 5 kali “maju, maju, maju, maju, maju”, serta ketika menginjakkan kaki ke lantai dicatat 3 kali “turun, turun, turun”.[6]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e f g h The Satipatthana Vipassana Meditation. A collection of Basic Mindfulness Exercise. From the Discourses of The Venerable Mahasi Sayadaw Agga Maha Pandita. Jinavamsa Bhikkhu. Hal 62-69
  2. ^ DN 22: Mahāsatipaṭṭhana Sutta - Khotbah Panjang Tentang Landasan-landasan Perhatian, dhammacitta. Akses: 24 April 2024.
  3. ^ Hidup Senang Mati Tenang - Kumpulan Artikel dan Ceramah Ajahn Brahm. Ajahn Brahm. Ehipassiko Foundation. Cetakan 4. (2011) Hal 217
  4. ^ Bhayabherava Sutta, samaggi phala. Akses: 23 April 2024.
  5. ^ Kurikulum Dhamma Tingkat Dua (Buku Satu). Vipassana Graha (2020). Bandung. Hal 112-113
  6. ^ a b c Satipatthana (Empat Objek Perhatian Penuh). Jalan Tunggal Pemurnian Makhluk dari Kekotoran Batin / Kilesa. Sukhesikarama. Bhikkhu Gunasiri.