Megat Iskandar Syah dari Melaka

Sultan Malaka kedua
(Dialihkan dari Megat Iskandar Syah)

Sultan Megat Iskandar Syah adalah raja ke-2 Kesultanan Melayu Melaka yang naik tahta setelah kemangkatan ayahnya Parameswara.

Megat Iskandar Syah
Paduka Sri Sultan Maharaja
Raja Melaka ke-2
Berkuasa1414–1424
Penobatan1414
PendahuluParameswara
PenerusSultan Muhammad Syah
KelahiranRaja Ahmad
PasanganPutri Kamarul Ajaib
Keturunan
WangsaMauli
DinastiMelaka
AyahParameswara
IbuPutri Ratna Kemala
AgamaIslam

Sultan Megat Iskandar Syah adalah anak Parameswara dari permaisurinya, Putri Ratna Kemala, putri Raja Samudera Pasai.

Identitas

sunting

Sumber-sumber Cina mencatat bahwa Sultan Megat Iskandar Syah adalah putra kandung Parameswara. Catatan Sejarah Melayu juga menyebutkan putra Iskandar Syah juga dikenal dengan sebutan Raja Besar Muda, Raja Kecil Besar, Raja Ahmad dan Sultan Megat.

Dalam buku Admiral Zheng He & Southeast Asia yang diterbitkan oleh Institut Studi Asia Tenggara Singapura tahun 2005 , Profesor Wang Gungwu , dalam makalahnya The First Three Rulers of Melaka , yang diterbitkan pada tahun 1968, mengemukakan bahwa Sultan Megat Iskandar Syah adalah penguasa kedua Malaka. Catatan sejarah Ming menyebut Parameswara sebagai Bai-li-mi-su-la (拜里迷蘇剌) dan putranya Mu-gan Sa-yu-ti-er-sha (母幹撒于的兒沙) atau Megat Iskandar Syah. Parameswara telah mengunjungi Tiongkok pada tahun 1411 dan bertemu dengan Kaisar.[1]

Menurut Sejarah Ming , "Pangeran Mugansakandi'ersha (Megat Iskandar Syah) membayar upeti kepada Kaisar Yongle pada tahun 1414. Setelah diberitahu bahwa ayahnya telah meninggal, Kaisar memberinya koin emas dan memberinya gelar warisan. Setelah itu Iskandar Syah sering membayar upeti kepada Kaisar."[2]

Pemerintahan

sunting

Melaka terus berkembang di bawah pemerintahan Sultan Megat. Dua kawasan penambangan timah terdapat di bagian utara Melaka yang mana kawasan tersebut dijaga ketat oleh pengawal kerajaan. Saat itu, timah digunakan sebagai mata uang di Malaka. Sebagian besar kapal tongkang asal Tiongkok yang singgah di Melaka dikenai pajak.

Arang dan resin diproduksi di kawasan hutan. Pohon sagu banyak ditemui di persawahan, sedangkan muara dan pesisir pantai banyak ditumbuhi pohon nipah. Berbagai jenis tanaman dibudidayakan seperti pisang, tebu, ubi jalar, ubi jalar, nanas dan kentang, serta berbagai jenis sayuran seperti bawang merah, jahe, sawi, labu kuning dan semangka. Hewan ternak seperti bebek, ayam, kerbau, dan kambing juga dipelihara. Namun peternakan kerbau dan kambing pada saat itu masih sangat jarang karena harga pasar yang tinggi.

Kota Melaka dilindungi oleh tembok yang dibangun di sepanjang kawasan pantai. Tembok tersebut memiliki empat gerbang yang masing-masing dijaga ketat oleh penjaga. Sebuah benteng berpagar juga dibangun di dalam kawasan kota Malaka dimana beberapa gudang digunakan sebagai pusat perbendaharaan dan perbekalan pemerintah.

Sultan Megat Iskandar Syah bersama permaisuri, pangeran, dan pejabat tinggi telah melakukan kunjungan resmi kedua ke Tiongkok. Dalam kunjungan tersebut, Sultan Malaka meminta bantuan Kaisar Tiongkok untuk melawan kekerasan pemerintah Siam. Oleh karena itu, pada tahun 1419, Kaisar Tiongkok mengirimkan wakilnya ke Siam untuk memperingatkan mereka agar tidak mengganggu Malaka. Hubungan Kaisar Tiongkok dengan Sultan Malaka juga semakin diperkuat dengan dikirimkannya beberapa wakil yang dipimpin oleh para pangeran Malaka pada tahun 1420, 1421, dan 1423. Pada tahun 1424, Sultan Megat Iskandar Syah mangkat.[3]

Rujukan

sunting
Didahului oleh:
Parameswara
Sultan Malaka
1414-1424
Diteruskan oleh:
Sultan Muhammad Syah


  1. ^ Wang, G. (2005). "The first three rulers of Malacca". Dalam L., Suryadinata. Admiral Zheng He and Southeast Asia. International Zheng He Society / Institute of Southeast Asian Studies. hlm. 26–41. ISBN 9812303294. 
  2. ^ "明史/卷325". 
  3. ^ "Sejarah Ming Jilid 325. Biografi 213".