Mercusuar Iskandariyah

mercusuar di Iskandariyah, Mesir Kuno
(Dialihkan dari Mercusuar iskandariyah)

Mercusuar Iskandariyah atau Pharos Alexandria (dari bahasa Yunani o Φάρος της Αλεξάνδρειας) adalah sebuah mercusuar yang dibangun pada abad ke-3 SM di pulau Pharos berdekatan dengan kota Iskandariyah kuno, Mesir Kuno. Ketinggiannya diperkirakan melebihi 115 meter dan merupakan antara struktur tertinggi ciptaan manusia selama beratus-ratus tahun. Antipater dari Sidon telah menyenaraikannya dalam senarai Tujuh Keajaiban Dunianya.

Rekaan gambar mercusuar yang dibuat tahun 1909.

Sejarah

sunting

Kawasan pesisiran pantai merupakan tanah rata dan kurang sesuai sebagai pelabuhan karena tidak mempunyai panduan untuk pedagang dan pelayar. Oleh karena itu, sebuah mercusuar yang dilengkapi dengan api dan cermin pantulan telah dibangun.

Pembangunan

sunting

Bangunan mercusuar dirancang oleh Sostratus dari Snidus atas petunjuk Satrap (Gubernur) Ptolemeus I, seorang panglima Alexander Agung. Selepas Alexander meninggal dunia, Ptolemeus memproklamasikan diri sebagai raja baru dan mengarahkan pembangunan mercusuar. Bangunan ini disiapkan semasa pemerintahan anaknya, Ptolemeus II Philadelphus.

Menurut legenda, Sostratus dihalang oleh Ptolemeus meletakkan namanya di bangunan. Namun, Sostratus juga mengukir namanya di tapak bangunan itu, serta prasasti: Sostratus, anak Dexiphanes dari Cnidia membaktikan bangunan ini kepada Dewa-Dewa, bagi pihak pelayar dan penjelajah. Prasasti itu disorokkan di bawah selapis gips, dan di bagian luarnya tertulis satu lagi prasasti mengagungkan Ptolemeus.

Cerita-cerita dongeng pula menyatakan bahawa rumah api ini dapat dilihat dari jarak sejauh 56 km. Bangunan ini dibangun menggunakan batu berwarna muda dan mempunyai tiga bahagian: bahagian segi empat tepat bawah dengan teras pusat, bagian delapan sisi tengah dan bagian bulat atas. Sebuah cermin besar yang memantul cahaya matahari diletakkan di mercunya, manakala api digunakan pada waktu malam. Arca Dewa Laut, Poseidon didirikan di puncaknya pada zaman Kekaisaran Romawi.

Dinding bangunan mampu menahan ombak air laut. Bangunan ini berdiri kokoh dan merupakan antara tujuh keajaiban terakhir (kecuali Piramida Giza) yang roboh.

Kemusnahan

sunting

Dua gempa bumi pada 1303 dan 1323 telah meruntuhkan bangunan agung ini.