Mesin cetak digunakan untuk membuat banyak salinan halaman yang identik. Kini digunakan untuk mencetak buku dan surat kabar. Kini segalanya dilakukan secara otomatis. Saat mesin cetak ditemukan oleh Johannes Gutenberg, ia harus meletakkan huruf bersama-sama. Tiap huruf ada di balok logam dalam sebuah bingkai. Lalu ia bisa memindahkan kertas dan tinta di atasnya, mirip seperti prangko. Huruf itu akan meninggalkan beberapa tinta di kertas itu.

Sejarah sunting

Bentuk pencetakan yang sangat sederhana dapat ditemukan di Tiongkok dan Korea sekitar tahun 175 AD. Tampilan yang terbalik di atas kayu, dan kemudian perunggu telah dibuat pada tahun ini. Alat ini kemudian dibubuhi tinta kemudian ditempatkan di atas secarik kertas dan digosok dengan lembut menggunakan sebuah tongkat bambu.

Terobosan besar datang sekitar tahun 1440 oleh Johannes Gutenberg dari kota Mainz, Jerman. Gutenberg menciptakan sebuah metode pengecoran potongan-potongan huruf di atas campuran logam yang terbuat dari timah. Potongan-potongan ini dapat ditekankan ke atas halaman berteks untuk percetakan. Metode penemuan pencetakan oleh Gutenberg secara keseluruhan bergantung kepada beberapa elemennya di atas penggabungan beberapa teknologi dari Asia Timur seperti kertas, pencetakan dari balok kayu dan mungkin pencetakan yang dapat dipindahkan, ciptaan Bi Shen, ditambah dengan permintaan yang meningkat dari masyarakat Eropa untuk pengurangan harga buku-buku yang terbuat dari kertas. Metode pengetikan ini bertahan selama sekitar 500 tahun.

Pada tahun 1424, perpustakaan Universitas Cambridge hanya memiliki 122 buku masing-masing mempunyai nilai setara dengan sebuah pertanian atau kebun anggur. Permintaan untuk buku-buku ini didorong dengan naiknya tingkat melek huruf di antara orang-orang kelas menengah dan mahasiswa di Eropa Barat. Pada saat itu, Renaissance masih dalam awal perkembangannya dan masyarakat lambat laun menghilangkan kemonopolian pendeta atas tingkat melek huruf.

Pada saat pencetakan dari balok kayu tiba di Eropa kira-kira pada saat yang bersamaan dengan tibanya kertas, metode ini tidak secocok metode yang digunakan di Timur untuk komunikasi sastra. Pencetakan blok lebih serasi untuk penulisan Tiongkok karena posisi hurufnya tidak kritis, tetapi keberadaan lebih dari 5.000 huruf dasar membuat teknologi orang peran dasar membuat teknologi cetakan Tiongkok yang dapat berpindah-pindah menjadi tidak efisien dan secara ekonomi tidak praktis, dalam istilah keuntungan untuk penerbit buku Tiongkok Kuno. Hal ini berbeda dengan abjad bahasa Latin, kebutuhan akan penjajaran barisan yang tepat dan sebuah karakter yang sederhana menempatkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan sebagai kemajuan luar biasa untuk masyarakat Barat.

Penggunaan mesin cetak merupakan sebuah kunci perbedaan teknologi yang memberikan penemu Eropa keuntungan atas rekanan mereka yang berasal dari Tiongkok, yaitu mesin cetak yang berbasis sekrup yang digunakan dalam produksi anggur dan minyak zaitun. Hal ini merupakan kecanggihan mesin kira-kira pada tahun 1000, alat yang digunakan untuk mengaplikasikan tekanan di atas bidang yang datar merupakan alat yang biasa digunakan di Eropa.

Dampak Sejarah sunting

Pencetakan seperti yang berkembang di Asia Timur tidak memakai mesin cetak seperti di kasus Gutenberg. Walaupun penemuan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan di Tiongkok dan Korea mendahului mesin cetak Gutenberg, dampak mesin cetak dan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan di Asia Timur tidak mempunyai pengaruh besar seperti pada masyarakat Eropa Barat. Hal ini mungkin karena jumlah pekerja yang terlibat dalam memanipulasikan ribuan tablet porselen sangat besar, atau di Korea, tablet logam, yang diperlukan dalam penggunaan penulisan huruf Tionghoa. Namun, ratusan ribu buku, atas subyek yang berkisar antara pelajaran-pelajaran Konfusianisme hingga ilmu pengetahuan dan ilmu pasti, dicetak menggunakan teknologi yang lebih tua dari percetakan dari balok kayu, membuat kebudayaan percetakan dunia pertama.

Dampak dari mesin cetak Gutenberg di Eropa hampir sama dengan perkembangan tulisan, penemuan abjad atau Internet, hingga ke efeknya di masyarakat. Seperti tulisan tidak menggantikan berbicara, percetakan tidak pernah mencapai posisi kekuasaan yang total. Naskah yang ditulis tangan terus dihasilkan, dan berbagai macam model grafik komunikasi terus menerus memengaruhi satu sama lain.

Mesin cetak juga merupakan faktor pendiri dari himpunan ilmuwan yang dengan mudah menceritakan penemuan mereka lewat pendirian jurnal ilmiah yang disebarkan secara luas. Hal ini membantu mereka membawa masuk revolusi ilmiah. Kepengarangan menjadi lebih berarti dan menguntungkan karena adanya mesin cetak. Tiba-tiba hal ini menjadi penting siapa yang mengatakan atau menulis apa, dan apa yang merupakan perumusan dan masa susunan yang tepat. Hal Ini memperbolehkan pengarang untuk menyebutkan persis referensi, yang menghasilkan peraturan, "Satu orang Pengarang, satu kerja (hak), satu potong informasi" (Giesecke, 1989; 325). Sebelumnya, pengarang bukan sesuatu yang penting, sejak salinan Aristotle yang dibuat di Paris tidak akan identik dengan yang asli di Bologna. Untuk banyak karya sebelum mesin cetak, nama pengarang secara menyeluruh hilang.

Karena proses mencetak menjamin bahwa informasi yang sama jatuh pada halaman yang sama, halaman yang diberi nomor, daftar isi, dan indeks menjadi biasa, meskipun mereka dulunya belum dikenal. Proses membaca juga diubah, lambat laun berubah dalam beberapa abad dari pengukuran lisan sampai membaca pribadi. Ketersediaan bahan cetak yang luas juga menyebabkan kenaikan drastis di tingkat melek huruf dewasa di seluruh Eropa.

Dalam lima puluh atau enam puluh tahun penemuan mesin cetak, seluruh peraturan klasik sudah dicetak ulang dan disebarluaskan di seluruh Eropa (Eisenstein, 1969; 52). Sejak lebih banyak orang mempunyai akses terhadap pengetahuan baik baru maupun lama, lebih banyak orang dapat membicarakan karya ini. Selanjutnya, sejak produksi buku adalah perusahaan yang lebih komersial, undang-undang hak cipta pertama disahkan untuk melindungi apa yang sekarang disebut hak-hak kepemilikan intelektual. Sedetik perkembangan popularisasi pengetahuan ini adalah kemunduran bahasa Latin sebagai bahasa kebanyakan karya yang diterbitkan, untuk digantikan oleh bahasa sehari-hari di masing-masing bidang, menambah jenis karya yang diterbitkan. Secara paradoksal, kata yang di cetak juga membantu untuk mempersatukan dan menstandardisasi ejaan dan sintaksis logat asli, dan mempunyai efek yang mengurangi keanekaragaman mereka. Kenaikan dalam kepentingan bahasa nasional yang bertentangan dengan masyarakat Eropa Latin disebutkan sebagai salah satu sebab kenaikan nasionalisme di Eropa. msak

Mesin Cetak Gutenberg sunting

Karya Johannes Gutenberg dalam mesin cetak di mulai sekitar 1436 ketika dia sedang bekerja sama dengan Andreas Dritzehan, seseorang yang pernah dibimbing oleh Gutenberg dalam pemotongan batu permata, dan Andreas Heilmann, pemilik pabrik kertas. Tetapi rekor resmi itu baru muncul pada tahun 1439 ketika ada gugatan hukum melawan Gutenberg; saksi-saksi yang ada membicarakan mengenai cetakan Gutenberg, inventaris logam (termasuk timah), dan cetakan ketikannya.

Masyarakat di Eropa pada saat itu juga sedang mengembangkan cetakan yang dapat dipindah-pindahkan, termasuk pandai emas Procopius Waldfoghel dari Prancis dan Laurens Janszoon Coster dari Belanda. Tetapi, mereka tidak dikenal karena telah menyumbang kemajuan spesifik kepada mesin cetak.

Gutenberg adalah orang pertama yang membuat cetakan dari campuran timbal, timah, dan antimon yang kritis untuk menghasilkan cetakan tahan lama yang menghasilkan buku cetak bermutu tinggi dan terbukti menjadi lebih cocok untuk percetakan daripada cetakan tanah liat, kayu atau perunggu yang diciptakan di Asia Timur. Hal ini merupakan sebuah pengetahuan yang didapatnya pada saat Gutenberg bekerja untuk seorang pandai emas professional. Untuk membuat cetakan timbal ini, Gutenberg menggunakan sesuatu yang membuat penemuannya dipertimbangkan sebagai penemuan yang paling cerdik, matriks istimewa memungkinkan pembentukan cetakan baru yang cepat dan tepat dari kerangka yang seragam.

Gutenberg juga diakui karena memperkenalkan tinta berbasis minyak yang lebih tahan lama dibandingkan tinta berbasis air yang dulu dipergunakan. Sebagai bahan percetakan dia menggunakan naskah yang terbuat dari kulit binatang dan kertas, yang terakhir diperkenalkan di Eropa dari Tiongkok dengan menggunakan cara orang Arab beberapa abad yang lalu.

Di dalam kitabnya, Gutenberg membuat percobaan terhadap percetakan berwarna untuk beberapa bagian awal halaman, tersedia hanya dalam beberapa salinan. Karya baru-barunya, The Mainz Psalter yang dikeluarkan pada tahun 1453, sepertinya di disain oleh Gutenberg tetapi diterbitkan di bawah terbitan penggantinya, Johann Fust dan Peter Schöffer, menggunakan huruf cetak awal berwarna merah dan biru yang rumit.

Majalah Life menganggap Mesin Cetak adalah penemuan yang paling luar biasa pada 1000 tahun terakhir. Penting untuk disadari bahwa abjad mungkin merupakan kunci keberhasilan mesin cetak.

Revolusi Percetakan sunting

Revolusi Percetakan terjadi ketika penyebaran mesin cetak memfasilitasi sirkulasi luas informasi dan gagasan, berperan sebagai "agen perubahan" melalui masyarakat yang mencapainya.[1] Kebutuhan akan Alkitab dan literatur keagamaan lainnya, terutama di dunia baru, adalah salah satu faktor utama yang membawa pencetakan ke dalam dunia umum.[2] Mesin cetak juga memainkan peran utama dalam menggalang dukungan, dan perlawanan, selama Revolusi Amerika dan Revolusi Prancis melalui surat kabar, pamflet, dan buletin.[3] Kemunculan mesin cetak juga membawa masalah seputar sensorship dan kebebasan pers.[4]

Produksi Massal dan Penyebaran Buku Terbitan sunting

 
Penyebaran mesin cetak pada abad ke-15 dari Mainz, Jerman
 
Produksi buku Eropa meningkat dari beberapa juta hingga sekitar satu miliar salinan dalam waktu kurang dari empat abad.[5]

Penemuan mesin cetak tipe yang dapat bergerak secara mekanis mengakibatkan peningkatan besar dalam aktivitas pencetakan di seluruh Eropa hanya dalam beberapa dekade. Dari sebuah toko cetak tunggal di Mainz, Jerman, pencetakan telah menyebar ke tidak kurang dari sekitar 270 kota di Eropa Tengah, Barat, dan Timur pada akhir abad ke-15.[6] Pada tahun 1480, sudah ada percetakan yang aktif di 110 tempat berbeda di Jerman, Italia, Prancis, Spanyol, Belanda, Belgia, Swiss, Inggris, Bohemia, dan Polandia. Mulai saat itu, diasumsikan bahwa "buku terbitan menjadi digunakan secara universal di Eropa". Di Italia, pusat pencetakan awal, toko-toko cetak telah didirikan di 77 kota pada tahun 1500. Pada akhir abad berikutnya, 151 lokasi di Italia pernah melihat aktivitas pencetakan, dengan total hampir tiga ribu pencetak yang diketahui aktif. Meskipun begitu banyaknya, pusat-pusat pencetakan segera muncul; oleh karena itu, sepertiga dari pencetak Italia menerbitkan di Venice.[7]

Pada tahun 1500, mesin cetak yang beroperasi di seluruh Eropa Barat telah memproduksi lebih dari dua puluh juta salinan. Pada abad berikutnya, produksi mereka meningkat sepuluh kali lipat menjadi perkiraan 150 hingga 200 juta salinan.

Pada sekitar tahun 1600, mesin cetak di Eropa mampu menghasilkan antara 1.500[8] dan 3.600 cetakan per hari kerja.[9] Sebagai perbandingan, pencetakan di Asia Timur, di mana bagian belakang kertas digosokkan secara manual ke halaman,[10] tidak melebihi produksi empat puluh halaman per hari.[11]

Dari karya-karya Erasmus, setidaknya 750.000 salinan terjual hanya selama masa hidupnya sendiri (1469–1536).[12] Pada awal zaman Reformasi, potensi revolusioner pencetakan massal membuat pangeran-pangeran dan paus sama-sama terkejut. Dalam periode 1518 hingga 1524, publikasi buku di Jerman saja melonjak tujuh kali lipat; antara 1518 dan 1520, traktat Luther disebarkan dalam 300.000 salinan cetak.[13]

Kecepatan produksi teks tipografi, serta penurunan tajam dalam biaya unit, mengarah pada penerbitan koran pertama (lihat Relation), yang membuka bidang baru sepenuhnya untuk menyampaikan informasi terbaru kepada publik.[14]

Incunable adalah karya cetak sebelum abad ke-16 yang masih ada dan dikoleksi oleh banyak perpustakaan di Eropa dan Amerika Utara.[15]

Peredaran Informasi dan Ide sunting

 
"Pahatan Modern Book Printing", memperingati penemuan Gutenberg dalam rangka Piala Dunia 2006 di Jerman

Mesin cetak juga merupakan faktor dalam pembentukan komunitas ilmuwan yang dapat dengan mudah berkomunikasi temuan-temuan mereka melalui pembentukan jurnal ilmiah yang tersebar luas, membantu memulai revolusi ilmiah.[16] Karena mesin cetak, penulisan penulis menjadi lebih berarti dan menguntungkan. Tiba-tiba menjadi penting siapa yang mengatakan atau menulis apa, dan apa formulasi yang tepat dan waktu komposisinya. Ini memungkinkan pengutipan referensi yang tepat, menghasilkan aturan, "Satu Penulis, satu karya (judul), satu informasi" (Giesecke, 1989; 325). Sebelumnya, penulis kurang penting, karena salinan Aristoteles yang dibuat di Paris tidak akan identik dengan yang dibuat di Bologna. Untuk banyak karya sebelum mesin cetak, nama penulisnya telah hilang sepenuhnya.

Karena proses cetak memastikan bahwa informasi yang sama jatuh pada halaman yang sama, penomoran halaman, daftar isi, dan indeks menjadi umum, meskipun sebelumnya mereka tidak begitu dikenal. Proses membaca juga berubah, secara bertahap berpindah selama beberapa abad dari pembacaan lisan menjadi membaca diam dan pribadi. Selama 200 tahun berikutnya, ketersediaan bahan cetak yang lebih luas menyebabkan peningkatan dramatis dalam tingkat melek huruf dewasa di seluruh Eropa.[17]

Mesin cetak adalah langkah penting menuju demokratisasi pengetahuan.[18][19] Dalam 50 atau 60 tahun setelah penemuan mesin cetak, seluruh kanon klasik telah dicetak ulang dan tersebar luas di seluruh Eropa (Eisenstein, 1969; 52). Lebih banyak orang memiliki akses ke pengetahuan baik yang baru maupun yang lama, lebih banyak orang dapat mendiskusikan karya-karya ini. Produksi buku menjadi lebih komersial, dan undang-undang hak cipta pertama kali diadopsi.[20][21] Di sisi lain, mesin cetak juga dikritik karena memungkinkan penyebaran informasi yang mungkin tidak akurat.[22][23]

Dampak kedua dari populerisasi pengetahuan ini adalah penurunan penggunaan bahasa Latin sebagai bahasa dalam sebagian besar karya yang diterbitkan, digantikan oleh bahasa vernakular dari masing-masing wilayah, yang meningkatkan keragaman karya yang diterbitkan. Kata-kata yang dicetak juga membantu menyatukan dan menstandardisasi ejaan dan sintaksis bahasa vernakular tersebut, dengan efek 'mengurangi' keragaman mereka. Peningkatan pentingnya bahasa nasional dibandingkan dengan bahasa Latin pan-Eropa dikutip sebagai salah satu penyebab munculnya nasionalisme di Eropa.

Dampak ketiga dari populerisasi mesin cetak adalah pada ekonomi. Mesin cetak terkait dengan tingkat pertumbuhan kota yang lebih tinggi.[24] Penerbitan manual dan buku terkait perdagangan yang mengajarkan teknik-teknik seperti double-entry bookkeeping meningkatkan kehandalan perdagangan dan menyebabkan penurunan kekuatan perkumpulan pedagang dan naiknya perdagangan individu.[25]

Mesin Cetak Industri sunting

Pada awal Revolusi Industri, mesin cetak tipe Gutenberg yang dioperasikan secara manual masih secara mendasar tidak berubah, meskipun bahan-bahan baru dalam konstruksinya, di antara inovasi lain, secara bertahap meningkatkan efisiensi pencetakan. Pada tahun 1800, Lord Stanhope telah membangun mesin cetak sepenuhnya dari besi cor yang mengurangi gaya yang dibutuhkan sebanyak 90%, sambil menggandakan ukuran area cetakannya.[26] Dengan kapasitas 480 halaman per jam, mesin cetak Stanhope menggandakan produksi mesin cetak gaya lama.[27] Namun, keterbatasan yang melekat pada metode tradisional pencetakan menjadi jelas.

 
Mesin cetak tenaga uap buatan Koenig tahun 1814

Dua gagasan mengubah desain mesin cetak secara radikal: Pertama, penggunaan tenaga uap untuk menggerakkan mesin, dan kedua penggantian permukaan datar pencetakan dengan gerakan putar silinder. Kedua elemen tersebut berhasil diterapkan untuk pertama kalinya oleh pencetak Jerman Friedrich Koenig dalam serangkaian desain mesin cetak yang disusun antara tahun 1802 dan 1818.[28] Setelah pindah ke London pada tahun 1804, Koenig segera bertemu dengan Thomas Bensley dan mendapatkan dukungan keuangan untuk proyeknya pada tahun 1807.[26] Dapat paten pada tahun 1810, Koenig telah merancang mesin cetak uap "seperti mesin cetak tangan yang terhubung dengan mesin uap."[26] Uji produksi pertama dari model ini terjadi pada April 1811. Ia memproduksi mesinnya dengan bantuan insinyur Jerman Andreas Friedrich Bauer.

Koenig dan Bauer menjual dua dari model pertama mereka ke The Times di London pada tahun 1814, mampu mencetak 1.100 cetakan per jam. Edisi pertama yang dicetak demikian terjadi pada 28 November 1814. Mereka kemudian menyempurnakan model awal tersebut sehingga dapat mencetak di kedua sisi selembar kertas sekaligus. Ini memulai proses panjang membuat koran tersedia untuk khalayak massal (yang pada gilirannya membantu penyebaran melek huruf), dan mulai tahun 1820-an mengubah sifat produksi buku, memaksa standarisasi lebih besar dalam judul dan metadata lainnya. Perusahaan mereka, Koenig & Bauer AG, masih merupakan salah satu produsen mesin cetak terbesar di dunia hingga saat ini.

Mesin Cetak Rotary sunting

Mesin cetak rotary yang ditenagai uap, yang ditemukan pada tahun 1843 di Amerika Serikat oleh Richard M. Hoe,[29] pada akhirnya memungkinkan jutaan salinan halaman dalam satu hari. Produksi massal karya cetak berkembang pesat setelah beralih ke kertas gulungan, karena makanan berkelanjutan memungkinkan mesin cetak berjalan dengan jauh lebih cepat. Desain asli Hoe beroperasi hingga 2.000 revolusi per jam di mana setiap revolusi menambahkan 4 gambar halaman, memberikan produktivitas mesin cetak hingga 8.000 halaman per jam.[30] Pada tahun 1891, New York World dan Philadelphia Item mengoperasikan mesin cetak yang memproduksi 90.000 lembar berukuran 4 halaman per jam atau 48.000 lembar berukuran 8 halaman.[31]

Selain itu, pada pertengahan abad ke-19, terdapat pengembangan terpisah dari mesin cetak tugas, mesin cetak kecil yang mampu mencetak karya berformat kecil seperti billheads, surat-surat kepala, kartu nama, dan amplop. Mesin cetak tugas mampu diatur dengan cepat (waktu pengaturan rata-rata untuk pekerjaan kecil kurang dari 15 menit) dan produksi cepat (bahkan pada mesin cetak tugas yang dioperasikan dengan pedal, dianggap normal untuk mendapatkan 1.000 cetakan per jam [iph] dengan satu juru cetak, dengan kecepatan 1.500 iph sering dicapai pada pekerjaan amplop sederhana). Pencetakan pekerjaan muncul sebagai solusi duplikasi yang cukup hemat biaya untuk perdagangan pada saat ini.

Referensi sunting

  • Dwiny Pradita 0606094226
  • Eisenstein, Elizabeth L. The Printing Press as an Agent of Change, Cambridge University Press, September 1980, Paperback, 832 pages
  • Kapr, Albert. "Johannes Gutenberg", Scolar 1996, p. 172 & p. 203
  • Knauer, Kelly (editor). (2003). Great Inventions: Geniuses and Gizmos: Innovations in Our Time. New York: Time Inc
  • Meggs, Philip B. A History of Graphic Design. John Wiley & Sons, Inc. 1998. (pp 58–69)

Pranala luar sunting

  1. ^ Eisenstein (1980)
  2. ^ Newgass, 1958, hal. 32-33
  3. ^ Bailyn, 1981, hal. 1-3
  4. ^ Duniway, 1906, hal. 54-56
  5. ^ Buringh & van Zanden 2009
  6. ^ "Incunabula Short Title Catalogue". British Library. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 Maret 2011. Diakses tanggal 2 Maret 2011. 
  7. ^ Borsa 1976; Borsa 1977
  8. ^ Pollak, Michael (1972). "The performance of the wooden printing press". The Library Quarterly. 42 (2): 218–264. doi:10.1086/620028. JSTOR 4306163. 
  9. ^ Wolf 1974, hlm. 67f.:

    Dari tabel harga lama, dapat disimpulkan bahwa kapasitas mesin cetak sekitar tahun 1600, dengan asumsi hari kerja selama lima belas jam, adalah antara 3.200 hingga 3.600 cetakan per hari.

  10. ^ Needham 1965, hal. 211:

    Perbedaan utama antara dua ujung Dunia Lama ini adalah ketiadaan mesin cetak sekrup di Tiongkok, tetapi ini hanya manifestasi lain dari kenyataan bahwa mekanisme dasar ini asing bagi budaya tersebut.

    Widmann 1974:

    Di Asia Timur, baik cetak kayu maupun cetak tipe yang dapat bergerak adalah teknik reproduksi manual, yaitu pencetakan tangan.

    Duchesne 2006; Man 2002:

    Kertas Cina hanya cocok untuk kaligrafi atau cetakan blok; tidak ada mesin cetak berbasis sekrup di timur, karena mereka bukan pemabuk anggur, tidak memiliki zaitun, dan menggunakan cara lain untuk mengeringkan kertas mereka.

    Encyclopædia Britannica 2006: "Printing":

    Elemen kedua yang diperlukan adalah konsep dari mesin cetak itu sendiri, sebuah ide yang belum pernah terpikirkan di Timur Jauh.

  11. ^ Ch'on Hye-bong 1993, hal. 12:

    Metode ini hampir menggandakan kecepatan pencetakan dan menghasilkan lebih dari 40 salinan per hari. Teknologi pencetakan mencapai puncaknya pada titik ini.

  12. ^ Issawi 1980
  13. ^ Duchesne 2006
  14. ^ Weber 2006
  15. ^ The British Library Incunabula Short Title Catalogue Diarsipkan 12 Maret 2011 di Wayback Machine. mencantumkan 29.777 edisi terpisah (bukan salinan) per tanggal 8 Januari 2008, yang mencakup beberapa item cetak dari abad ke-16 (diakses 11 Maret 2010). Menurut Bettina Wagner: "Das Second-Life der Wiegendrucke. Die Inkunabelsammlung der Bayerischen Staatsbibliothek", dalam: Griebel, Rolf; Ceynowa, Klaus (eds.): "Information, Innovation, Inspiration. 450 Jahre Bayerische Staatsbibliothek", K G Saur, München 2008, ISBN 978-3-598-11772-5, hal. 207–224 (207f.), Incunabula Short Title Catalogue mencatat 28.107 edisi yang diterbitkan sebelum tahun 1501.
  16. ^ Eisenstein 1980.
  17. ^ Peck, Josh. "Kondisi Penerbitan: Tingkat Melek Huruf." McSweeney's Internet Tendency. McSweeney, 5 Juli 2011. Web. 28 Agustus 2014.
  18. ^ SPIEGEL, Malte Herwig, DER (28 Maret 2007). "Google's Total Library: Putting The World's Books On The Web". Der Spiegel. Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 Januari 2012. Diakses tanggal 11 Februari 2021. 
  19. ^ "Howard Rheingold, "Moblogs Seen as a Crystal Ball for a New Era in Online Journalism", Online Journalism Review". 9 Juli 2009. 
  20. ^ Eshgh, Amy. "Copyright Timeline: Sejarah Hak Cipta di Amerika Serikat | Association of Research Libraries® | ARL®". www.arl.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 Januari 2018. 
  21. ^ A History of Graphic Design. "cách cài máy in hp laserjet p1102". Diakses tanggal 3 Agustus 2017. 
  22. ^ Julia C. Crick; Alexandra Walsham (2004). Penggunaan tulisan dan cetak, 1300–1700. Cambridge University Press. hlm. 20. ISBN 978-0-521-81063-0. Diakses tanggal 25 Maret 2011. 
  23. ^ Nick Bilton (14 September 2010). Aku Hidup di Masa Depan & Begini Cara Kerjanya: Mengapa Dunia, Pekerjaan, dan Otak Anda Sedang Kreatif Terdisrupsi. Random House Digital, Inc. hlm. 53. ISBN 978-0-307-59111-1. Diakses tanggal 25 Maret 2011. 
  24. ^ Jeremiah Dittmar. "Teknologi Informasi dan Perubahan Ekonomi: Dampak Mesin Cetak". VoxEU. Diakses tanggal 3 Agustus 2017. 
  25. ^ Prateek Raj. "Bagaimana Sistem Pos dan Mesin Cetak Mengubah Pasar Eropa". Evonomics. Diakses tanggal 3 Agustus 2017. 
  26. ^ a b c Meggs, Philip B. A History of Graphic Design. John Wiley & Sons, Inc. 1998. (hal. 130–133) ISBN 0-471-29198-6
  27. ^ Bolza 1967, hlm. 80
  28. ^ Bolza 1967, hlm. 88
  29. ^ Meggs, Philip B. (1998). A History of Graphic Design (edisi ke-Third). John Wiley & Sons, Inc. hlm. 147. ISBN 978-0-471-29198-5. 
  30. ^ "Richard March Hoe | American inventor and manufacturer". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). 
  31. ^ Peck, Harry Thurston. (1895). The International Cyclopædia A Compendium of Human Knowledge, Revised with Large Additions · Volume 12. Dodd, Mead & Company. hlm. 168. Diakses tanggal 28 Juni 2020.