Metodologi

cabang ilmu yang membahas metode ilmiah dalam penelitian

Metodologi merupakan cabang atau disiplin ilmu yang membahas tentang metode atau tata cara yang dipakai untuk menemukan, membedah, dan menyelidiki kebenaran, tergantung dari realitas yang sedang dikaji dalam sebuah lingkup penelitian ilmiah.[1] Menurut Dr. Selley Kinash, metodologi adalah disiplin ilmu mengenai pendekatan dan proses yang mengarahkan tentang bagaimana suatu riset dilakukan, dengan kata lain ilmu tentang bagaimana melakukan riset secara saintifik.[2]

Metodologi biologi

Dalam bahasa Inggris kata ini ditulis method dan bangsa Arab menterjemahnya dengan thariqat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata tersebut berarti cara yang teratur dan terpikir baik-baik mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang bersifat bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu yang ditentukan.[3] Penggunaan kata ini sebenarnya dapat digunakan dalam kegunaan dan konteks yang lebih luas, namun lebih umum dipakai dalam konteks penelitian (research) dan dunia akademik.

Metodologi tersusun dari cara-cara yang terstruktur untuk memperoleh ilmu dengan benar. Dalam konteks dunia penelitian, metodologi terbagi dalam dua metode, yakni metode kuantitatif dan metode kualitatif. Perkembangan sains dan dunia akademisi sekarang telah melahirkan metode baru yang merupakan gabungan dari dua metode sebelumnya, yang sering disebut dengan pendekatan mix methods.[4] Maka dari itu dapat juga dipahami, metodologi penelitian adalah tata cara yang lebih terperinci mengenai tahap-tahap melakukan sebuah penelitian, mulai dari proses pengumpulan data hingga teknik analisis datanya.[5]

Etimologi

sunting

Asal usul kata metodologi dapat ditelusuri mulai dari methodologia dalam bahasa Latin modern, méthodologie dalam bahasa Prancis sampai bahasa Yunani.[6] Frasa methodos dan kata logos, frasa metodos terdiri dari dua kata yaitu preposisi meta (μετά) yang berarti melalui atau melewati dan hodos (ὁδός) yang berarti jalan atau cara. Methodos yang berarti suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan, sedangkan logos artinya ilmu.

Perkembangan

sunting

Dalam bukunya yang berjudul An Introduction to Research Procedure in Education, Rummel mengatakan bahwa perkembangan metodologi sepanjang sejarah dapat digolongkan dalam empat babak, yaitu periode trial and error, periode authority and tradition, periode speculation and argumentation, dan periode hypothesis and experimentation.[7]

Trial and error

sunting

Pada periode ini, di mana ilmu pengetahuan atau sains belum disusun secara terstruktur dan institusional (lembaga penelitian/akademik) seperti halnya modern ini, orang-orang melakukan eksperimen atau percobaan berulang sampai pada hasil yang cukup memuaskan, alih-alih menggunakan logika deduktif untuk menemukan solusi atau pemecahan atas suatu masalah.[8][9]

Authority and tradition

sunting

Dalam periode kedua, perkataan atau perintah dari pihak-pihak yang memiliki otoritas di masa lalu selalu dikutip dan menjadi rujukan untuk sumber ilmu pengetahuan. Mereka ini bisa bergelar ketua suku, tetua adat, maupun orang suci. Sumber-sumber ilmu pengetahuan yang seperti ini adalah sumber pengetahuan yang tidak ilmiah. Kebenaran (truth) dalam periode metodologi ini juga sering disebut sebagai authority based truth.[10][8]

Speculation and argumentation

sunting

Periode ketiga, doktrin dan tradisi yang sebelumnya disampaikan oleh pihak yang otoritatif mulai diragukan dan tidak relevan seiring berjalannya waktu. Seiring dengan tumbuhnya pemikiran dari intelektual dan berbagai diskusi di kalangan masyarakat awam, yang melahirkan sikap skeptis dan kritis terhadap tradisi-tradisi lama, dan usaha-usaha untuk mencari kebenaran baru. Pada babak ini, terjadi peningkatan popularitas terhadap penggunaan akal budi dan aliran rasionalisme yang dipelopori oleh filsuf seperti Rene Descartes. Metodologi dalam periode ini bertumpu pada spekulasi rasional dan logis semata tanpa didukung dengan pembuktian empiris (secara indrawi), argumen lebih diutamakan daripada data empiris. Hal ini didasari pada suatu anggapan metafisika yang berkembang pada saat itu, bahwa di balik alam semesta fisik yang selalu berubah-ubah ini ada sesuatu yang tetap/absolut, yaitu alam ide.[11] Pembahasan seputar periode speculation and argumentation dalam perkembangan metodologi ini juga dapat digali lebih lanjut dalam ilmu sejarah tepatnya melalui era renaisans.

Hypothesis and experimentation

sunting

Periode keempat ini, metodologi melalui hypothesis and experimentation telah menjadi awal dari lahirnya sains modern yang terjadi sekitar abad ke-17, dan mengalami penyempurnaan pada abad ke-19 hingga menjadi sains yang kita kenal seperti sekarang ini. Hal yang menjadi perbedaan dengan periode sebelumnya adalah berkembangnya aliran empirisme yang menekankan pengamatan indrawi dan data empiris (pengalaman yang terkonfirmasi indra), tidak seperti periode sebelumnya yang sangat mengagungkan argumentasi dan penalaran rasional tanpa adanya verifikasi melalui eksperimen langsung.

Contoh kasus yang cukup terkenal yang menjadi titik balik dari aliran empirisme adalah eksperimen Galileo Galilei. Pada saat itu ia menjatuhkan dua benda dengan massa yang berbeda dari Menara Pisa. Hasil yang didapat dari eksperimen tersebut bersifat kontra-intuitif, alias tidak sesuai dugaan dan intuisi rasional orang-orang pada saat itu, yakni kedua benda bermassa sama tersebut jatuh ke tanah pada waktu yang bersamaan.[12]

Namun pada periode ini juga, aliran empirisme dan rasionalisme dapat saling melengkapi untuk membentuk metode saintifik yang lebih sempurna. Beberapa bidang ilmu memang pada dasarnya tidak memerlukan bukti empiris seperti matematika dan logika, yang kemudian dikelompokkan sebagai rumpun ilmu formal.

Pendekatan

sunting

Dalam metodologi, ada beberapa jenis pendekatan untuk penelitian ilmiah yaitu kuantitatif, kualitatif, dan campuran (mix methods).[13] Pendekatan dalam metode penelitian itu mengikuti tujuan dan objek penelitian.[14][15]

Kuantitatif

sunting

Pendekatan kuantitatif dalam sebuah penelitian ilmiah bekerja dengan cara menggunakan satuan matematis yang terukur untuk dapat mendeskripsikan fenomena sosial atau objek yang diteliti. Dalam pendekatan kuantitatif, fenomena atau objek penelitian yang ada di dunia (fisik, sosial ataupun psikologis) harus dapat terhitung, setelah itu baru didapatkan hasil penalaran matematikanya. Jika dirunut dari sejarah perkembangannya, kuantitatif terlahir dari paradigma positivisme yang digagas oleh Auguste Comte. Secara umum, penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dapat digambarkan dengan model deduktif, yaitu sebuah kerangka berpikir untuk menyimpulkan sesuatu dengan bergerak dari yang umum (teori/postulat) menuju yang khusus (hipotesis).[9]

Kualitatif

sunting

Pendekatan kualitatif lahir karena adanya ketidakmampuan kuantitatif untuk mengurai dan menjelaskan semua permasalahan yang sebenarnya terjadi di dunia nyata, dalam penelitian ilmiah. Kelemahan dari pendekatan kuantitatif ini lah yang kualitatif coba lengkapi dengan mendeskripsikan dunia tanpa mengubahnya menjadi satuan matematis. Alih-alih menggunakan satuan matematis yang terukur, pendekatan kualitatif bisa menggunakan value atau nilai tidak terukur yang bisa tetap ilmiah selama berpegang teguh pada paradigmanya, seperti interpretif, konstruktivis dan fenomenologi. Maka dari itu, pendekatan kualitatif dapat dipahami dengan kerangka berpikir yang induktif dengan berawal dari hal khusus (data atau informasi) menuju kesimpulan yang lebih umum.[16]

Mix methods

sunting

Mix methods bukanlah sebuah pendekatan yang berdiri sendiri, melainkan kualitatif dan kuantitatif yang digabung. Filsafat postmodern telah memberi sumbangsih besar dalam perkembangan pendekatan ini, terutama pada landasan filosofisnya.[17] Tokoh terkenal yang mempengaruhi pendekatan ini antara lain Brannen (1992), Creswell (1992), Leech & Onwuegbuzie (2018).

Referensi

sunting
  1. ^ Soekowaty, Arry Mth; Gie, The Liang (2013). Filsafat Administrasi (edisi ke-2). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka. hlm. 1.27. ISBN 9789790117679. 
  2. ^ Kothari, C. R. (2004). Research Methodology: Methods and Techniques (PDF) (dalam bahasa Inggris). New Age International. ISBN 978-81-224-1522-3. 
  3. ^ Sutami, Hermina (2009-10-01). "Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa; Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008, 1701 pp. [First edition: Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988.] ISBN 978-979-22-3". Wacana, Journal of the Humanities of Indonesia. 11 (2): 335. doi:10.17510/wjhi.v11i2.165. ISSN 2407-6899. 
  4. ^ Bungin, Burhan (2020). POST-QUALITATIVE SOCIAL RESEARCH METHODS: Kuantitatif-Kualitatif-Mixed Methods Positivism-Postpositivism-Phenomenology-Postmodern Fillsafat, Paradigma, Teori, Metode dan Laporan (edisi ke-3). Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP. hlm. 75. ISBN 9786233841917. 
  5. ^ Hadi, Sutrisno (1980). METODOLOGI RESEARCH Jilid 2. Yogyakarta: ANDI OFFSET. hlm. 89. 
  6. ^ "methodology | Etymology of methodology by etymonline". www.etymonline.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-04. 
  7. ^ Rummel, J. Francis (1964). An Introduction to Research Procedures in Education (dalam bahasa Inggris). Harper & Row. 
  8. ^ Lompat ke: a b Hadi, Sutrisno (1989). METODOLOGI RESEARCH Jilid 1. Yogyakarta: ANDI OFFSET. hlm. 4. 
  9. ^ Lompat ke: a b "Session 2". ruby.fgcu.edu. Diakses tanggal 2025-03-08. 
  10. ^ "HOAX YANG TIDAK SUDAH-SUDAH | Informasi Kesehatan". Diakses tanggal 2025-03-09. 
  11. ^ Rizma, Salsabila; Dewi, Eva (2024-01-02). "Epistemologi : Rasionalisme, Empirisme, Kritisisme, Pragmatisme Positivisme dan Positivisme Logis". Sinar Dunia: Jurnal Riset Sosial Humaniora dan Ilmu Pendidikan (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 144–154. doi:10.58192/sidu.v3i1.1799. ISSN 2963-542X. 
  12. ^ Sinotif. "Galileo Galilei: Bapak Penelitian Ilmiah Modern". Sinotif. Diakses tanggal 2025-03-09. 
  13. ^ Bungin, Burhan (2020). POST-QUALITATIVE SOCIAL RESEARCH METHODS: Kuantitatif-Kualitatif-Mixed Methods Positivism-Postpositivism-Phenomenology-Postmodern Filsafat, Paradigma, Teori, Metode, dan Laporan. Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP. hlm. x. ISBN 978-623-384-191-7. 
  14. ^ Sugiyono (2008). Metode penelitian pendidikan: (pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R & D). Alfabeta. ISBN 978-979-8433-71-9. 
  15. ^ M.si, Pror Dr H. M. Burhan Bungin, S. Sos. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Edisi Kedua. ISBN 978-979-3465-82-1. 
  16. ^ Bungin, Burhan (2020). post-qualitative social research methods: kuantitatif-kualitatif mixed methods positivism-postpositivism-phenomenology- postmodern filsafat, paradigma, teori, metode dan laporan. Jakarta: PRENADANEDUA GROUP. hlm. 101. ISBN 978-623-384-191-7. 
  17. ^ Bungin, Burhan (2020). post-qualitative social research methods: kuantitatif-kualitatif mixed methods positivism-postpositivism-phenomenology- postmodern filsafat, paradigma, teori, metode dan laporan. Jakarta: Prenadamedia Group. hlm. 272. ISBN 978-623-384-191-7.