Michael Hatcher (lahir di York, Inggris tahun 1940) adalah seorang pemburu harta karun kapal karam di berbagai perairan di dunia.[1] Ia dikenal sebagai pemburu harta karun kontroversial karena sering kali menggunakan dokumen palsu untuk melakukan aksinya.[1] Selain itu ia dikenal sebagai raja pemburu harta karun kelas kakap.[2] Di dunia internasional dia dijuluki The Wreck Salvage King (Raja Penyelamat Kapal Karam).[2]

Kapal karam di perairan internasional

Kehidupan awal dan karier

sunting

Michael Hatcher merupakan seorang keturunan Inggris namun tumbuh besar di Australia.[3] Michael 'Mike' Hatcher lahir di York, Inggris, tahun 1940.[3] Hidup masa kecilnya kurang beruntung, dia menetap di sebuah panti asuhan.[3] Pada umur 14 tahun, dia hijrah ke Australia.[2] Perburuan muatan kapal karam dimulai tahun 1970 dengan sebuah yacht tua yang direnovasi.[2] Pada 1981 berhasil mengangkat isi kapal tenggelam di Malaysia, tahun 1985 di Tanjung Pinang, Indonesia di mana emas lantakan ditemukannya saat dia mengeruk harta terpendam kapal dagang milik VOC, De Geldermalsen, yang karam pada 1750. Pada tahun 1986, dia berhasil mengangkat 126 batang emas lantakan—versi lain menyebut 225 batang.[2] Belum lagi 160 ribu benda keramik antik peninggalan dinasti Ming dan Ching. Harta karun itu dilegonya di Balai Lelang Christie di Amsterdam dan laku 15 juta dolar atau kala itu setara Rp16,6 miliar.[2] Pada pertengahan tahun 1980 Michael menemukan,[4] Harta karun berasal dari kapal dagang VOC, De Geldermalsen, yang karam pada 1750 di perairan Riau.[5] Geldermasten adalah kapal buatan 1746 milik perusahaan dagang Belanda, VOC yang mengarungi rute Guandong dan Belanda. Selain memuat teh berharga, kapal itu juga memuat emas dan porselen berkualitas tinggi. Pada 1752, kapal tersebut tenggelam.[5] Kapal tersebut juga mengangkut ribuan ton barang yang terdiri dari lebih dari sejuta porselen berkualitas tinggi buatan Jingdezhen.[5] Selain itu juga ditemukan porselen buatan masa kekaisaran Kangxi (1662-1722)[5] Dan tahun 1998 di Indonesia.[2] Tahun 1999, Hatcher menyewa beberapa arkeologi mancanegara untuk mempelajari arsip-arsip VOC.[2] Berbekal informasi tersebut, mereka pun menyelam di perairan Bangka Belitung dan menemukan harta karun yang nilainya ditaksir hingga 30 juta dolar AS.[2] Dalam perburuan harta karun tersebut, Hatcher menemukan sekitar 1 juta potong keramik dari abad ke-18 dan 19.[4] Ia juga menemukan meriam, barang-barang kuningan dan perunggu, jam saku, wadah tinta, dudukan lilin, pisau lipat, uang dan lain-lain.[2] Dia juga diketahui terlihat di Blanakan, Kabupaten Subang, pada 17 April 2010.[1] Dia diduga sedang mengincar keramik peninggalan dinasti Ming, yang jika sukses, akan menjadi rekor sepanjang kariernya.[2] Karena harga ekonomis harta karun itu ditaksir mencapai 200 juta dolar.[2]

 
Franciscan fine china

Publikasi

sunting

Pada tahun 1987, Hatcher bersama dengan Antony Thorncroft dan Max De Rham menelurkan sebuah buku yang berjudul The Nanking Cargo.[6] Buku yang memiliki isi sebanyak 176 halaman da diterbitkan oleh Universitas California ini berisi mengenai pengalaman Hacter dalam ekspedisinya untuk menemukan kapal Geldermasen dan penemuan terhadap barang antik porselen asal China.[7]

Lihat pula

sunting

Rujukan

sunting
  1. ^ a b c Kalsum, Umi. "Butuh 22.000 Penyelaman Angkat Harta Karun". VIVA.co.id. vivanews. Diakses tanggal 31 Maret 2014. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l "Kisah Michael Hatcher Pemburu Harta Karun Di Perairan Indonesia". infospesial. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-07. Diakses tanggal 1 April 2014. 
  3. ^ a b c "Australian treasure hunter wanted in Indonesia". ABC. Diakses tanggal 31 Maret 2014. 
  4. ^ a b "Deep sea plunder: Gold Coast salvager in shipwreck row". brisbane times. Diakses tanggal 31 Maret 2014. 
  5. ^ a b c d "Hatcher, Pemburu Harta yang Bikin Syok China". VIVA.co.id. vivanews. Diakses tanggal 31 Maret 2014. 
  6. ^ "The Nanking Cargo". Diakses tanggal 1 April 2014. 
  7. ^ "Reviews: The Nanking Cargo Chinese Export Porcelain and Gold, European Glass and Stoneware". Corning Museum of Glass. Diakses tanggal 1 April 2014.