Moderasi dalam Islam

Moderasi dalam Islam, atau Islam Moderat adalah salah satu istilah dan topik yang sengaja digunakan dalam Islam. Dalam pengertian syariat, Islam Moderat merupakan ciri utama dari akidah Islam dan telah digunakan sejak awal Islam, katanya. Benarkah?

Moderasi adalah istilah yang sama dengan moderat, bukan teknologi modern karena teknologi ini sifatnya netral tergantung penggunanya bisa digunakan untuk mendapat pahala atau sebaliknya. Moderasi ini suatu pewatakan doktrinitas ke arah tertentu yang dimaui oleh hawa nafsu keserakahan manusia. Ketika disebut moderasi Islam, maka hawa nafsu menginginkan agar Islam sesuai kemauannya.

Moderasi kepada Islam ini adalah ide turunan sekularisme sebagai nyawa yang akan menjamin kelangsungan hidup dan kedigdayaan oligarki kapitalisme di muka bumi, untuk melangsungkan hidup kapitalis (kaum serakah harta dengan menghalalkan segala cara, menipu dsb) maka salah satunya melalui pewatakan moderasi ini. Sekularisme inilah yang menjadi asas peradaban kapitalis.

Sungguh miris jika ada seseorang yang justru mngamini dan menganggap ide ini sejalan dengan Islam.

Apalagi kaum moderat menggunakan ayat Qur’an sebagai dasar propaganda moderasi. Sebagaimana mereka menggunakan firman Allah Swt. “Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam ’umat pertengahan’ agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia...” (QS. Al Baqarah:143).

Menurut mereka, dalam ayat ini memerintahkan umat Islam menjadi umat moderat. Kata wasathan mereka artikan di tengah-tengah. artinya tidak kterlalu keras dan tidak pulah terlalu lembek dalam beragama, yang kenyataannya justru menjadikan Islam dan syariatnya tidak lebih seperti makanan prasmanan yang bisa dipilih sesuai selera.

Memaknai ayat diatas dengan Islam moderat, merupakan argumentasi keliru yang dipaksakan. Karena, makna ummatan wasathan jika merujuk pada tafsir ulama terdahulu, akan didapati bahwa maknanya adalah ummat terbaik/umat pilihan.

Sebagaimana Imam ath-Thabary menafsirkan kata awsath = khiyar, yang terbaik dan pilihan. Status umat terbaik tak bisa lepas dari risalah Islam yang diberikan pada mereka.

Demikian juga Sayyid Quthb, menafsirkan ummatan wasathan = umat yang adil dan pilihan, menjadi saksi atas manusia seluruhnya. Maka umat Islam menjadi penegak keadilan di tengah-tengah manusia.

Ibnu Katsir menjelaskan, Allah menjadikan umat ini sebagai ummatan wasath, dengan memberi pengkhususan dan keistimewaan berupa syariah paling sempurna, tuntunan paling lurus, jalan terjelas. Status mulia itu disandang saat menjalankan risalah tersebut. Sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS. Ali Imran: 110 tentang umat terbaik.

.[1][2][3]

Referensi sunting

  1. ^ Kamali, Mohammad Hashim (2015). The Middle Path of Moderation in Islam: The Qurʼānic Principle of Wasaṭiyyah (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. ISBN 978-0-19-022683-1. 
  2. ^ Moderation in Islam: In the Contex[t] of Muslim Community in Singapore : a Compilation of Working Papers Presented in the PERGAS Ulama Convention 2003, Held on 13th and 14th September 2003, which Carried the Theme of Moderation in Islam (dalam bahasa Inggris). PERGAS. 2004. ISBN 978-981-05-1032-9. 
  3. ^ Hashem, Ahmad Omar (2000). Moderation in Islam (dalam bahasa Inggris). United Printing Publishing and Distributing.