Mohammad Djamil

Pahlawan Revolusi Kemerdekaan

Dr. Mohammad Djamil, MPH, DPH gelar Datuk Rangkayo Tuo (lahir di Kayu Tanam, Padang Pariaman, Sumatera Barat, 28 November 1898 - meninggal pada tahun 1961 pada umur 62/63 tahun[1]) adalah seorang perintis kesehatan masyarakat dan dokter asal Indonesia. Ia juga pernah menjabat sebagai residen Sumatera Barat.[2][3]

Mohammad Djamil
MPH, DPH
Residen Sumatera Barat
Masa jabatan
18 Maret 1946 – 1 Juli 1946
Informasi pribadi
Lahir28 November 1898
Kayu Tanam, Padang Pariaman, Hindia Belanda
Meninggal1961 (umur 62–63)
KebangsaanIndonesia
Almamater- Universitas Utrecht, Belanda
- Universitas Johns Hopkins, Amerika Serikat
PekerjaanDokter
Dikenal karena- Pejuang kemerdekaan Indonesia
- Residen Sumatera Barat
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Kehidupan

sunting
 
Rumah peninggalan Dr. M. Djamil

Di bidang kedokteran, M. Djamil merupakan orang Indonesia pertama yang memperoleh dua gelar doktor. Gelar doktornya yang pertama dengan titel Doctor Medicinae Interne Ziekten diperolehnya di Universitas Utrecht, Belanda pada 31 Mei 1932. Sedangkan titel doktornya yang kedua: Doctor of Public Health (DPH), diperolehnya dari Universitas Johns Hopkins, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat pada 12 Juni 1934.

Pada tahun 1925-1927, M. Djamil melakukan riset di Koto Gadang dan Sianok mengenai penyakit TBC dan malaria. Dari hasil riset tersebut, Ia memperoleh penghargaan dari Ratu Wilhelmina. Dua tahun kemudian, Ia pindah ke poliklinik Natal, Sumatera Utara. Di sini ia kembali melakukan penelitian mengenai penyakit malaria. Melalui hasil risetnya itu, anggaran pemerintah yang telah ditetapkan untuk pemberantasan malaria bisa ditekan.

Pada tahun 1938-1939, ia ditugaskan pada Kantor Pusat Penyakit Malaria di Jakarta. Dalam risetnya M. Djamil menemukan cara baru untuk memberantas jentik-jentik nyamuk malaria dengan dedak. Serta peran selaput protozoon di atas air terhadap penjangkitan malaria. Karena keberhasilannya dalam riset tersebut, dr. Overbeek Kepala Bestrijding di Indonesia, memberikannya titel malarialoog (ahli malaria).

Selain di bidang kedokteran, M. Djamil juga aktif berpolitik. Ia yang terafiliasi dengan Partai Sosialis Indonesia,[4] sempat menjadi Ketua Komite Nasional Sumatera Barat,[5] Residen Sumatera Barat, Gubernur Muda Sumatra Tengah, sekaligus Gubernur Militer Sumatra Tengah. Ia juga berperan besar dalam pendirian Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas di Bukittinggi.

Penghargaan

sunting

Untuk mengabadikan jasa-jasanya, maka sejak tahun 1978, RSUP Jati di Padang berganti nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil berdasarkan Surat Keputusan Menkes RI No. 134 Tahun 1978.[1] Pemerintah juga menetapkan M. Djamil sebagai pejuang kemerdekaan di Sumatera Barat.

Catatan kaki

sunting
  1. ^ a b "Profil RSUP Dr. M. Djamil Padang". Situs web resmi RSUP Dr. M. Djamil. Diakses tanggal 27 April 2022. 
  2. ^ https://books.google.co.id/books?id=p9BwAAAAMAAJ&q=residen+sumatera+barat+Mohammad+djamil&dq=residen+sumatera+barat+Mohammad+djamil&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjYoN3MhvDzAhWHXSsKHSP1BAcQ6AF6BAgHEAM
  3. ^ https://books.google.co.id/books?id=Tk1jDwAAQBAJ&pg=PA137&dq=residen+sumatera+barat+Mohammad+djamil&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjYoN3MhvDzAhWHXSsKHSP1BAcQ6AF6BAgKEAM#v=onepage&q=residen%20sumatera%20barat%20Mohammad%20djamil&f=false
  4. ^ Iclasul Amal, Regional and Central Government in Indonesian Politics: West Sumatra and South Sulawesi (1949-1979), Gadjah Mada University Press, 1992
  5. ^ Djoeir Moehamad, Abrar Yusra; Memoar Seorang Sosialis, Yayasan Obor Indonesia, 1997

Bacaan lanjutan

sunting