Monumen Seroja dibangun pada masa Panglima TNI dijabat oleh Laksamana TNI Widodo AS, dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno Putri pada tanggal 10 November 2002, kemudian dilaksanakan renovasi pasa masa Panglima TNI dijabat oleh Jenderal TNI Endriartono Sutarto guna menyempurnakan penampilan monumen, diantaranya menambahkan nama-nama Pejuang Seroja yang belum terukir di bagian bawah relief

Bangunan

sunting

Monumen Seroja dibangun di atas areal tanah seluas 126x92,5m² yang berlokasi di kompleks Mabes TNI, Cilangkap Jakarta Timur. Bangunan fisik terdiri dari dua buah bangunan perenungan, yakni perenungan awal dan perenungan akhir, masing masing berukuran 6x6m² Panel berbentuk bendera sejumlah 23 buah, yang di bagian atas terdapat relief perjuangan Timor Timur, sedangkan bagian dalam tertulis nama para pejuang Seroja yang gugur. Kolam Seroja berupa kolam air mancur yang berbentuk kelopak bunga seroja yang di tengah-tengahnya terdapat tugu. Monumen Seroja dilengkapi dengan selasar dalam dan selasar luar serta prasarana yang terdiri dari bangunan peneduh, ruangan informasi, dan toilet seluas 93m² serta areal parkir seluas 390m².

Tujuan pembangunan

sunting

Monumen Seroja merupakan monumen penghormatan dan monumen sejarah perjuangan serta pembangunan di Provinsi Timor Timur yang selama 23 Tahun menjadi bagian Negara Kesatun Republik Indonesia (NKRI) sejak tahun 1976 sampai tahun 1999. Sebagai Monumen penghormatan, Sebagai monumen penghormatan, Monumen Seroja merupakan perwujudan nyata rasa hormat anak bangsa untuk mengenang para Pejuang Seroja yang gugur di Timor Timur. Sebagai monumen sejarah, Monumen Seroja menjadi monumen peringatan sejarah dari semenjak awal Timor Timur berintegrasi dengan NKRI hingga menjadi sebuah negara merdeka.[1]

Referensi

sunting
  1. ^ Monumen Seroja. Bekasi: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia, Pusat Sejarah TNI. 2006. hlm. vi.