Mugiyono Kasido

(Dialihkan dari Mugiono Kasido)

Mugiyono Kasido (Han.: ꦩꦸꦒꦶꦲꦤꦏꦱꦶꦢ, lahir di Klaten, Jawa Tengah, 1967; umur 57 tahun) adalah seniman berkebangsaan Indonesia Namanya dikenal melalui sejumlah karyanya berupa pertunjukan tari, baik sebagai penari maupun koreografer yang dipentaskan di berbagai kota di Indonesia dan mancanegara.[1][2][3]

Mugiyono Kasido (2015)

Latar belakang

sunting

Mugiyono Kasido lahir di Klaten, Jawa Tengah pada tahun 1967 dari keluarga dalang. Sejak kecil, Mugi telah bergaul akrab dengan dunia pertunjukan dan mulai menari sejak pada usia 8 tahun, dengan dasar tari Jawa klasik. Ia memulai pendidikan formal dalam bidang seni tari di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Surakarta yang diselesaikannya pada 1988 kemudian melanjutkan ke Sekolah Tinggi Seni (STSI, sekarang ISI Surakarta), lulus 1993. Dalam perjalanan kariernya, ia belajar banyak dari maestro tari seperti R. Ng. Rono Suripto dari Pura Mangkunegaran Surakarta (1988-1990), Suprapto Suryodharmo di Padepokan Lemah Putih Surakarta (1994-1996), dan juga Sardono W. Kusumo sejak 1994. Memulai karier sebagai koreografer pada 1992, dengan melahirkan karya tari Mati Suri yang dipentaskan di Keraton Mangkunegaran Surakarta. Tarian ini meraih Tropi Mangkunegara IX Keraton Surakarta sebagai Penyaji Terbaik Tari Kontemporer. Karya-karyanya juga dipentaskan di sejumlah festival di berbagai negara seperti, Lincoln Center Festival (Amerika Serikat), Kunsten Festival des Arts (Belgia), Goteborg Festival (Swedia), Adelaide Festival (Australia), Hong Kong Arts Festival, In Transit Festival (Jerman), Dancas na Cidade (Portugal), dan Asian Contemporary Dance Now (Jepang).

Dalam beberapa kesempatan, ia diundang mengajar workshop di sejumlah negara seperti di Jepang, Taiwan, Luang Prabang (Laos), Inggris, Portugal, Australia, Hong Kong, Amerika, maupun di Indonesia. Ia juga terlibat dalam proyek kolaborasi, antara lain program SOME SHINE (Jerman, Inggris, Israel dan Indonesia), OR LOCAL (Indonesia, Inggris, Belanda, dan Jerman) serta MASKS DANCE SYMBIOSA PROJECT (Indonesia dan Thailand). Kerja kolaborasi tersebut kemudian memunculkan kerja sama dengan seniman lain dari berbagai negara, seperti Denisa Reyes (Filipina), Ramli Ibrahim, Arif Waran Saharudin (Malaysia), Waguri, Masato, Osamu Jareo, Kotta Yamazaki (Jepang), Daniel Yeung (Hongkong), Ria Haggler (Belanda), Lane Savadove, Polly Motley (Amerika Serikat), Koffi Koko (Prancis) , Jin Hi Kim ( USA), Thitipol Kanteewong ( Thailand), Yuan Mor ' O Campo ( Philipina) , Woo Min Young ( Korea Selatan)dan lain sebagainya. Bersama seniman Indonesia, kolaborasi dijalin bersama Dedek Wahyudi, Slamet Gundono, W. S. Rendra, I. Wayan Sadra, dan Sardono W. Kusumo, Tesla Munaf . Ia juga turut berperan dalam program penelitian Dr. Alessandra Lopez Y Royo Iyer (Pengajar Senior pada Jurusan Tari University of Surrey Roehampton, London, Inggris) tentang relief Candi Prambanan. Selain menari dan menjadi koreografer, Mugiyono Kasido juga aktif di Mugi Dance yang didirikannya. Lembaga ini dirikan atas inisiatif orang-orang dari disiplin dan latar belakang yang bermacam-macam, seperti koreografer, penari, aktor, musisi, dalang, artis pertunjukan dan juga desainer. Sejak 2015 Mugi menjadi Direktur Artistik Festival Hujan Internasional dan Festival Asia. Kedua festival dilaksanakan di Studio Mugidance secara rutin [4] [5] [6] [7]

Lihat pula

sunting
  • Mati Suri (1992)
  • Terjerat (1993)
  • Aku dan Aku (1993)
  • Lingkar (1993)
  • Singkir-Singkir (1994)
  • Eling (1994)
  • Bolo Tenggok (1994)
  • Kosong (1995)
  • Empat Topeng (1995)
  • Mbok Tenggok (1995)
  • Circle of Love (1997)
  • Mei (1998)
  • Omong-Omong … omong (1998)
  • Njungkir (1999)
  • Rotasi (1999)
  • Amorphous (1999)
  • Pidatoku (2000)
  • Kabar Kabur (2000)
  • Bagaspati (2001)
  • Sribumi (2002)
  • Surat Shinta (2002)
  • Mencari Mata Candi (2003)
  • Menelusuri Relief (2003)
  • Getaran Genta (2004)
  • Panji Pasar (2005)
  • Wedhatama (2006)
  • Mbarang Topeng (2007)
  • Suara-Suara (2007)
  • Ringtone (2008)
  • Lengser (2008)
  • Rusty Srimpi /Srimpi Berkarat (2010)
  • Metamorfosis (2010)
  • Shinta's Memory (2011)
  • Bima Suci (2011)menari 36 jam nonstop di TMII dan mendapatkan Rekor MURI
  • Nyungsun Udan (2011)
  • Ejecting Human (2011)
  • Dewa Ruci (2012)
  • Mirror (2012)
  • Gong Estafet (2012)
  • Kurungan (2013)
  • Relationship (2013)
  • Kris (2013)

Penghargaan

sunting
  • Tropi Mangkunegara IX Kraton Surakarta sebagai Penyaji Terbaik Tari Kontemporer 1992
  • Penata Tari Terbaik di Taman Sriwedari Surakarta, Solo 1993
  • Museum Rekor Indonesia (MURI) menari Bima Suci terlama (36 jam nonstop) di TMII Jakarta, 2011
  • Seniman Mengajar (2019)
  • Sepuluh Koreografer terbaik Indonesia (2021)

Referensi

sunting