Muhammad Saad Mungka

Syekh Muhammad Saad al-Khalidi Mungka (1857-1923),[1] atau Syekh Saad Mungka, adalah seorang ulama Minangkabau yang terkenal sebagai salah seorang tokoh yang mengamalkan tarekat Naqsyabandiyah-Khalidiyah. Banyak ulama-ulama Minangkabau lainnya pernah belajar agama di suraunya. Syekh Saad Mungka seorang yang teguh dalam membela pengamalan tradisi tarekat, dan ia pernah terlibat dalam polemik Kaum Tua-Kaum Muda pada paruh pertama abad ke-20 di Sumatera Barat.[1]

Muhammad Saad
Syekh Muhammad Saad Mungka
NamaMuhammad Saad
Lahir1857
Mungka
Meninggal1923
Mungka
FirkahSunni
Mazhab FikihSyafi'i
Mazhab AkidahAsy'ari
TarekatNaqsyabandi
Karya yang terkenallihat daftar
Orang tuaMuhammad Tanta

Masa muda sunting

Syekh Saad Mungka lahir di Jorong Koto Tuo, Mungka, Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, pada tahun 1857 M/1277 H. Ayahnya adalah seorang ulama bernama Muhammad Tanta, sedang ibunya dari suku Kutianyia (Pitopang), Payakumbuh. Nama kecilnya ialah Anggun, dan ia memiliki 3 orang saudara bernama Husin, Sulaiman, dan Simba.

Pendidikan sunting

Syekh Saad pada masa muda belajar agama pada beberapa orang guru, antara lain di surau Syekh Abubakar Tabing Pulai Payakumbuh dan surau Syekh Muhammad Saleh Mungka Tanah Datar Batusangkar.[2] Kemudian ia naik haji dan bermukim di Mekkah selama dua kali, yaitu pada 1894-1900 dan 1912-1915.[2] Di sana Syekh Saad Mungka berguru pada berbagai ulama, antara lain Sayyid Zaini Dahlan, Sayyid Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, Syekh Ahmad bin Muhammad Zain bin Musthafa al-Fathani.[2]

Syekh Saad kemungkinan juga menjumpai ulama-ulama lainnya di Mekkah yang pada masa itu mengajarkan tarekat, yang beberapa di antaranya berasal dari Nusantara; antara lain Syekh Abdul Karim al-Bantani dan gurunya Syekh Ahmad Khatib bin Abdul Ghafur As-Sambasi (Qadiriyah dan Naqsyabandiyah), Syekh Abdul 'Azhim al-Manduri dan gurunya Syekh Muhammad Shaleh bin Abdurrahman az-Zawawi (Naqsyabandiyah Muzhariyah), dan Syekh Abdul Qadir bin Abdurrahman al-Fathani (Syattariyah).

Setelah kembali ke kampung halamannya Syekh Saad membuka halaqah di Surau Baru, Koto Tuo Mungka.

Murid-murid sunting

Ada banyak ulama Minangkabau yang pernah belajar agama pada Syekh Saad Mungka, antar lain Haji Sirajuddin Abbas, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli, Syekh Abbas Ladang Lawas Bukittinggi, Syekh Abdul Wahid Tabek Gadang, Syekh Abdurrasyid Parambahan Payakumbuh, Syekh Abdul Madjid Koto Nan Gadang Payakumbuh, Syekh Ahmad Baruah Gunung Suliki, Syekh Arifin Batu Hampar Payakumbuh, Syekh Yahya al-Khalidi Magek Bukittinggi.

Wafat sunting

Syekh Saad wafat di kampung halamannya pada tahun 1923.

Karya sunting

Syekh Saad Mungka mempertahankan amalan dan ajaran tarekat melalui kitab-kitab karangannya, yamg merupakan jawaban terhadap kritik Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas hal-hal tersebut. Terdapat dua kitab yang dikarang oleh Syekh Mungka dalam polemik tersebut:

  • Irghaamu Unuufil Muta’annitiina fii Inkarihim Rabhithatil Washiliin, yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang berjudul Iz-haaru Zaghlil Kaazibiina fii Tasyabbuhihim Bish Shadiqiin.
  • Tanbihuul ’Awaami ’ala Taqrirrati Ba’dhil Anaami, yang merupakan sanggahan dari kitab karangan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi yang berjudul Al-Aayatul Baiyinati lil Munsyifiina fii Izaalati Khaurafati Ba’dhil Muta’ash-shibiina, yang dibuat sebagai tanggapan Syekh Ahmad Khatib atas kitab pertama Syekh Mungka di atas.

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ a b Effendi 2010, hlm. 87.
  2. ^ a b c Effendi 2010, hlm. 88.

Bahan bacaan sunting

Pranala luar sunting