Muhammad bin Al-Asy'ats

(Dialihkan dari Muhammad bin Asy'ats)

Abu Al-Qasim Muhammad bin Al-Asy'ats Al-Kindi (bahasa Arab: أبو القاسم محمد بن الأشعث الكندي) adalah seorang perawi hadis dan pemuka kabilah Bani Kindah di Kufah.

Muhammad bin Al-Asy'ats
Informasi pribadi
Meninggal686
Suami/istriUmmu Amr binti Sa'id bin Qais al-Hamdani
Anak (lihat rincian)
Orang tua
ProfesiGubernur Thabaristan, gubernur Mosul, pemuka kabilah
JulukanAbu Al-Qasim[1]
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Biografi

sunting

Muhammad adalah putra dari Al-Asy'ats bin Qais, pemuka kabilah Bani Kindah di Kufah. Setelah ayahnya meninggal pada tahun 661, Muhammad meneruskan posisi tersebut.[2][3] Ibunya bernama Ummu Farwah, saudara perempuan khalifah pertama, Abu Bakar Ash-Shiddiq (berkuasa 632–634).[4] Muhammad menikah dengan Ummu Amr, putri bangsawan terkemuka keturunan suku Arab Selatan di Kufah, Sa'id bin Qais al-Hamdani.[5]

Saudaranya, Qais, juga menjadi pemuka kabilah.[2] Menurut sebuah catatan yang dikutip oleh sejarawan abad ke-9 Ibnu Jarir ath-Thabari, Ubaidillah bin Ziyad yang saat itu baru diangkat menjadi gubernur Kufah oleh pemerintah Umayyah, memerintahkan Muhammad untuk memanggil orang yang menyembunyikan Muslim bin Aqil, tokoh pro-keturunan Ali ke istana gubernur.[3] Muslim telah mengumpulkan dukungan penduduk Kufah untuk Husain bin Ali, putra Khalifah Ali bin Abi Thalib (berkuasa 656–661) dan cucu dari Nabi Muhammad, yang menolak mengakui kekhalifahan Yazid bin Muawiyah (berkuasa 680–683). Ketika para pendukung Muslim mengepung gubernur, Muhammad berperan dalam membela Ibnu Ziyad.[6] Muhammad akhirnya memaksa Muslim bin Aqil untuk menyerah dan setuju mengirim surat atas nama Muslim untuk memberitahu Husain untuk tidak datang ke Kufah, dengan para pendukung yang ia harapkan telah berkhianat.[7]

Muhammad menikahkan putrinya dengan Ibnu Ziyad. Ia kemudian ditunjuk sebagai gubernur Thabaristan, tetapi setelah pelarian Ibnu Ziyad ke Suriah setelah kematian Khalifah Yazid dan runtuhnya kekuasaan Bani Umayyah, Muhammad berbaiat terhadap saingan Bani Umayyah, kekhalifahan Abdullah bin az-Zubair yang berbasis di Makkah. Ibnu az-Zubair kemudian mengangkatnya sebagai gubernur Mosul.[2] Pada tahun 686, ketika terjadi penindasan kaum bangsawan Arab Kufah oleh Al-Mukhtar ats-Tsaqafi yang menjadi pemimpin pro-keturunan Ali, Muhammad yang pada saat itu tinggal di Tizanabadh, salah satu istananya di dekat Qadisiyyah, melawannya dengan memihak kepada Mush'ab bin az-Zubair, gubernur Bashrah.[8]

Selama Pertempuran Harura ia diangkat sebagai pemimpin pasukan yang terdiri dari pengungsi Kufah. Mereka sebelumnya membelot dari Al-Mukhtar. Muhammad akhirnya terbunuh selama pertempuran dalam kondisi yang tidak jelas. Dalam sumber-sumber Muslim dicatat hingga empat kisah yang berbeda mengenai identitas pembunuhnya.[9]

Periwayatan hadis

sunting

Muhammad adalah seorang perawi hadis yang dinyatakan jujur (صدوق) dan dapat diterima (مقبول).[10] Ia meriwayatkan hadis dari ayahnya Al-Asy'ats, Abdullah bin Mas'ud, Muhammad bin Ali bin Abi Thalib,[10] Umar, Utsman, dan Aisyah.[11]

Sedangkan yang meriwayatkan darinya adalah Shalih bin Abi Shalih, Amir bin Syarahil, putranya Qais bin Muhammad, Mujahid bin Jabr,[10] Sulaiman bin Yasar, Bakar bin Qais, Abu Kibasy al-Kindi, dan lain-lain.[12]

Keturunan

sunting

Di antara anak-anaknya adalah:

  1. Abdurrahman yang dikenal dengan nama Ibnul Asy'ats yang pernah memimpin pemberontakan melawan Al-Hajjaj bin Yusuf.[11]
  2. Qais yang merupakan seorang perawi hadis.[13]
  3. Ismail. Darinya ia memiliki keturunan yang bernama Abu Yusuf Al-Kindi yang dikenal sebagai seorang filsuf.[14]
  4. Al-Qasim yang bersama dua saudaranya, Ishaq dan Ash-Shabbah, berperang dalam pertempuran di Thabaristan.[15] Ishaq di kemudian hari menjadi jenderal pasukan dari penduduk Kufah dalam melawan Khawarij dan pemimpinnya, Qathari bin Al-Fuja'ah.[16]
  5. Maimunah. Ia menikah dengan Muhammad bin Al-Hajjaj, putra Al-Hajjaj bin Yusuf.[17]
  6. Aisyah. Ia menikah dengan Al-Harits bin Abdullah bin Abi Rabi'ah[18] yang pernah menjabat sebagai gubernur Bashrah pada masa Abdullah bin az-Zubair.[19]

Referensi

sunting
  1. ^ The History of Al-Tabari Vol. 39 Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors: Al-Tabari's Supplement to His History (Bukel) (dalam bahasa Inggris). Diterjemahkan oleh Ella Landau-Tasseron. State University of New York Press. hlm. 315. ISBN 9781438409986, 1438409982. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-21. Diakses tanggal 2022-08-21. 
  2. ^ a b c Crone 1980, hlm. 110.
  3. ^ a b Howard 1990, hlm. 19.
  4. ^ Blankinship 2009.
  5. ^ Ahmed 2011, hlm. 142.
  6. ^ Howard 1990, hlm. 49–50.
  7. ^ Howard 1990, hlm. 55–56.
  8. ^ Fishbein 1990, hlm. 85–86.
  9. ^ Fishbein 1990, hlm. 95.
  10. ^ a b c "Mausu'ah al-Hadith - Muhammad bin Asy'ats bin Qais". hadith.islam-db.com (dalam bahasa Arab). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-09. Diakses tanggal 2022-08-22. 
  11. ^ a b (Arab) Ash-Shafadi, Kitab Al-Wafi bil Wafayat, hlm 163
  12. ^ (Arab) Jamaluddin Abu al-Hajjaj al-Mizzi, Tahdzib al-Kamal fi Asma' ar-Rijal, hlm 496
  13. ^ "Mausu'ah al-Hadith - Qais bin Muhammad bin Al-Asy'ats bin Qais". hadith.islam-db.com (dalam bahasa Arab). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-03. Diakses tanggal 2022-09-03. 
  14. ^ Khoirotu Alkahfil Qurun. MOQADIMAH PERCIKAN FILSAFAT (Bukel). GUEPEDIA. hlm. 83. ISBN 9786232817708, 6232817702. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-02-06. Diakses tanggal 2024-01-03. 
  15. ^ Crone 1980, hlm. 110–111.
  16. ^ Bosworth 1968, hlm. 52.
  17. ^ Ibnu Qutaibah. Politik dan Kekuasaan Dalam Sejarah Para Khalifah (Buku elektronik). Pustaka Al-Kautsar. hlm. 398. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-16. Diakses tanggal 2022-08-16. 
  18. ^ (Arab) Ibnu Sa'ad, Kitab Ath-Thabaqat al-Kubra, hlm 32
  19. ^ (Arab) Ibnu Sa'ad, Kitab Ath-Thabaqat al-Kubra, hlm 33

Sumber

sunting