Multimeter adalah suatu alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur tiga jenis besaran listrik yaitu arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik.[1] Sebutan lain untuk multimeter adalah AVO-meter yang merupakan singkatan dari satuan Ampere, Volt, dan Ohm.[2] Selain itu, multimeter juga disebut dengan nama multitester.[3] Multimeter terbagi menjadi dua jenis yaitu multimeter analog dan multimeter digital. Perbedaan antara multimeter analog dan multimeter digital terletak pada tingkat ketelitian nilai pengukuran yang diperoleh. Multimeter dapat digunakan untuk pengukuran listrik arus searah maupun pengukuran listrik arus bolak-balik.[4]

Multimeter digital

Prinsip kerja

sunting

Kumparan putar

sunting

Mulitmeter dapat bekerja berdasarkan prinsip kumparan putar magnet permanen. Pada alat ukur kumparan putar, besaran listrik diubah menjadi gaya gerak pada jarum penunjuk. Prinsip kerja multimeter dengan kumparan putar hanya dapat digunakan pada pengukuran besaran listrik arus searah. Pengubahan besaran listrik menjadi gerakan jarum dilakukan melalui sistem induksi elektromagnetik.[5]

Desain

sunting

Multimeter memiliki panel yang terdiri dari jarum penunjuk, skala pengukuran, dan sekrup pengaturan jarum. Jarum petunjuk digunakan sebagai pengarah nilai besaran yang terukur. Skala pengukuran digunakan untuk pembacaan dan perhitungan hasil pengukuran. Skala dibagi berdasarkan jenis besaran listrik yang akan diukur, meliputi skala tegangan, skala arus dan skala resistor. Sedangkan sekrup pengaturan jarum berfungsi sebagai pengatur kedudukan jarum penunjuk. Pengaturan dilakukan dengan memutar sekrup ke arah kiri atau ke arah kanan dengan menggunakan obeng dengan mata datar.[6]

 
Tesla BM 518 A, salah satu multimeter analog.

Multimeter analog

sunting

Multimeter analog adalah multimeter yang menggunakan jarum petunjuk dan skala pengukuran. Prinsip kerja multimeter analog beradasarkan pada kumparan yang terhubung dan tersambung dengan jarum penunjuk. Letak kumparan berada di antara kutub magnet. Pengukuran besaran listrik dengan menggunakan multimeter analog memberikan pembacaan yang tidak stabil karena mengikuti perubahan tegangan listrik yang terjadi setiap saat.[7] Syarat penggunaan multimeter analog ialah jarum penunjuk angka dalam keadaan nol (0) pada layar panel. Posisi jarum ini dipersyaratkan pada saat, kedua probe pada multimeter dihubungkan dan sakelar selektor telah diatur.[8] Jenis pengukuran yang dapat dilakukan oleh multimeter analog sangat beragam. Multimeter analog dapat digunakan untuk mengukur tegangan listrik, arus listrik, hambatan listrik dan kapasitansi.[9] Komponen multimeter analog juga menggunakan komponen aktif elektronika yang berfungsi sebagai penguat. Jenis multimeter analog yang menggunakan komponen aktif elektronika disebut multimeter elektronik analog.[10]

Bagian-bagian

sunting

Pada multimeter analog dalam mengukur arus, tegangan AC/DC memiliki skala maksimum yang merupakan batas nilai tertinggi. Untuk mengukur arus, tegangan AC/DC skala maksimum nilainya dibaca dari kiri ke kanan. Sedangkan untuk mengukur hambatan (resistensi) cara membaca nilainya dari kanan ke kiri.[8] Bagian yang merupakan acuan dalam melakukan pengkukuran yang ditunjukkan jarum petunjuk yaitu cermin atau miror. Dalam melakukan pembacaan sering kali terjadi kekeliruan salah satunya adalah posisi mata yang tidak tegak lurus pada multimeter. Dalam hal ini dalam mengamati posisi jarum pada layar monitor ketika melakukan pengukuran diharapkan tidak ada bayangan pada cermin. Salah satu bagian yang menentukan valid tidaknya suatu pengukuran pada multimeter yaitu pengenolan jarum penunjuk (zero correction). Pengukuran arus, dan tegangan jarum penunjuk harus menunjuk nol dari posisi kiri. Jika pada tegangan dan arus memiliki bagian pengenolan jarum penunjuk (zero correction) maka pada bagian pengukuran hambatan juga memiliki bagian yang disebut ohm adjustment. Pengenolan jarum dalam mengukur hambatan dimulai dari kanan sebelum melakukan pengukuran. Untuk menentukan jarak batas ukur dari arus, tegangan dan hambatan bagian pada multimeter ini dinamakan range selector. Blok DC volt terletak disamping kanan atas, samping kiri adalah blok selektor AC Volt, bawah kanan tertulis satuan untuk mengukur hambatan, di samping kiri bawah tertulis CD mA (mili Ampere). Bagian multimeter yang berfungsi sebagai penghubung terminal positif dan negatif dalam melakukan pengukuran disebut probe.positif berwarna merah sedangkan probe negatif berwarna hitam.[11]

Multimeter digital

sunting

Multimeter digital akan menghasilkan pembacaan berupa angka. Multimeter digital digunakan untuk mengukur besaran listrik seperti tegangan, kuat arus, dan hambatan listrik. Akurasi pengukuran dengan multimeter digital sangat tinggi. Angka yang ditampilkan sebagai hasil pengukuran dapat memiliki beberapa angka desimal. Kekurangan dari multimeter digital yaitu nilai pengukuran tegangan yang tidak stabil. Cara pemakaian dari multimeter digital sama dengan multimeter analog, hanya saja penggunaan multimeter digital lebih praktis.[11]

Bagian-bagian

sunting

Bagian multimeter digital tidak jauh berbeda dari multimeter analog, letak perbedaannya ada pada bagian tombol-tombolnya ketika ingin melakukan proses kalibrasi atau pengatuaran jarum penunjuk 0.[12]

Cara pakai

sunting

Jarum penunjuk pada multimeter harus diperiksa terlebih dahulu sebelum multimeter digunakan. Posisi jarum penunjuk harus sejajar dengan angka 0 pada nilai yang tertera pada layar pengukuran. Sekrup penyetelan jarum petunjuk harus diputar dengan menggunakan obeng mata datar jika penunjukan jarum tidak tepat di posisi 0.[13] Pengecekan angka 0 hanya dilakukan sesekali sebab pengecekan secara terus-menerus dapat mengakibatkan hubungan pendek di dalam bagian-bagian penyusun dari multimeter.[14] Kondisi multimeter harus dipastikan dalam keadaan standar pemakaian. Standar ini sesuai dengan jenis dan merek dari multimeter. Hasil pengukuran harus sesuai dengan nilai sebenarnya dari besaran listrik yang diukur.[7] Oleh karena itu sebelum melakukan pengukuran ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu kondisi alat ukur dalam keadaan baik, normal dan tidak cacat/rusak agar dapat berfungsi dengan baik sehingga benar-benar dapat mengukur sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Hasil pengukuran yang tidak valid dapat mempengaruhi data sehingga hasil analisisis akan berisiko dan berpotensi berakibat fatal.[7]

Kegunaan

sunting

Dalam teknik listrik, multimeter digunakan untuk mengukur besaran arus listrik, tegangan listrik, dan hambatan listrik. Pengukuran dilakukan dalam keadaan arus searah maupun arus bolak-balik. Selain itu, multimeter juga dapat digunakan untuk mengukur nilai dan kualitas kerja dari induktor, kapasitor, dioda, dan transistor. Multimeter juga dapat digunakan untuk menguji hubungan pendek listrik atau hubungan normal pada rangkaian listrik.[7]

Penyetelan ulang komponen motor

sunting

Mulitmeter banyak digunakan dalam pengukuran listrik selama kegiatan pembersihan motor bensin. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran arus listrik pada baterai, koil, kabel tegangan tinggi, dan kunci kontak. Jenis multimeter yang digunakan ialah multimeter analog dengan tingkat presisi yang tinggi.[15]

Percobaan di laboratorium

sunting

Multimeter digunakan pada laboratorium kimia yang meneliti unsur golongan utama tingkat ke-VII. Percobaan kimia dilakukan dengan mengandalkan peralatan yang terbuat dari logam dan peralatan listrik.[16] Di dalam laboratorium, multimeter disimpan pada ruang alat. Tempat penyimpanan multimeter berupa laci atau lemari khusus yang tertutup dan dapat dibuka secara mudah. Selain itu, lingkungan di dekat penyimpanan selalu bersih dan kering serta diletakkan pada posisi yang serenjang.[17]

Pemeliharaan

sunting

Pemeliharaan multimeter diawali dengan tindakan pencegahan dari kerusakan akibat kesalahan pemakaian. Petunjuk dan peringatan pemakaian harus diketahui sebelum multimeter digunakan. Petunjuk pemakaian berisi informasi teknis mengenai data pengukuran, persiapan pemakaian, teknik pengoperasian dan cara-cara pemeliharaan yang benar.[18]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting
  1. ^ Siswanto, J., Susantini, E., dan Jatmiko, B. (2018). Fisika Dasar, Seri: Listrik Arus Searah dan Kemagnetan. Semarang: UPGRIS Press. hlm. 80. ISBN 978-602-5784-14-9. 
  2. ^ Ponto 2018, hlm. 77.
  3. ^ Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2011, hlm. 29.
  4. ^ Faradiba (2020). Metode Pengukuran Fisika (PDF). Jakarta: Prodi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Kristen Indonesia. hlm. 42. 
  5. ^ Setiyo 2017, hlm. 33-34.
  6. ^ Supriatin, Nurtanto, dan Fawaid 2019, hlm. 16.
  7. ^ a b c d Ponto 2018, hlm. 147.
  8. ^ a b Ponto 2018, hlm. 148.
  9. ^ Setiyo 2017, hlm. 44.
  10. ^ Setiyo 2017, hlm. 45.
  11. ^ a b Ponto 2018, hlm. 149.
  12. ^ Ponto 2018, hlm. 150.
  13. ^ Supriatin, Nurtanto, dan Fawaid 2019, hlm. 31.
  14. ^ Supriatin, Nurtanto, dan Fawaid 2019, hlm. 32.
  15. ^ Supriatin, Nurtanto, dan Fawaid 2019, hlm. 17.
  16. ^ Kancono 2010, hlm. 58.
  17. ^ Kancono 2010, hlm. 50.
  18. ^ Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas 2011, hlm. 30.

Daftar pustaka

sunting
  1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas (2011). Panduan Teknis Perawatan Peralatan Laboratorium Fisika. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan. 
  2. Kancono (2010). Manajemen Laboratorium IPA (PDF). Bengkulu: Unit Penerbitan FKIP Unib. ISBN 978-602-8043-16-8. 
  3. Ponto, Hantje (2018). Dasar Teknik Listrik (PDF). Sleman: Deepublish. ISBN 978-623-7022-93-0. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-29. Diakses tanggal 2021-01-25. 
  4. Supriatin, Nurtanto, dan Fawaid (2019). Implementasi Problem Based Learning (PBL) pada Kompetensi Tune-up Motor Bensin (PDF). Tangerang: Media Edukasi Indonesia. ISBN 978-623-91052-9-7. 

Lihat pula

sunting