Multimorbiditas, atau lebih dikenal  dengan  komorbiditas, adalah adanya dua atau lebih kondisi  medis, baik kronis maupun  akut, pada seseorang secara bersamaan.

Istilah multimorbiditas dan komorbiditas  sering digunakan secara bergantian dan  umumnya merujuk pada kondisi di mana lebih dari satu penyakit muncul pada seorang individu. Penyakit kompleks dan penyakit penyerta sama-sama memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seseorang, membuat penanganan penyakit menjadi semakin kompleks, membatasi fungsi dan kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta meningkatkan biaya perawatan.

Multimorbiditas didefinisikan sebagai  adanya dua atau lebih penyakit kronis pada orang yang sama yang  tidak dapat diobati secara klinis, namun tidak dapat disembuhkan, dengan obat-obatan atau intervensi lain. Usia mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kejadian multimorbiditas 65% orang berusia 65-84 tahun menderita multimorbiditas[1]  

Di Indonesia, data penelitian mengenai multimorbiditas pada lansia masih terbatas dan umumnya didasarkan pada data sekunder dari survei 10 tahun sebelumnya. Penelitian ini dilakukan oleh Yeni Mafati pada tahun 2014 dengan  menggunakan data sekunder dari Survei Kehidupan Keluarga Indonesia  (IFLS) ke-4 pada tahun 2007. Penelitian ini melaporkan prevalensi multimorbiditas sebesar 15,8% dari total sampel 2960 orang lanjut usia lebih dari 60 tahun.[2]

Menurut peneliti, wanita lanjut usia lebih mungkin menderita penyakit kompleks dibandingkan pria lanjut usia. Pasalnya, wanita di atas usia 60 tahun  sudah memasuki masa menopause, dan wanita yang sudah mengalami menopause berisiko terkena tekanan darah tinggi akibat penurunan hormon estrogen yang mencegah kerusakan pembuluh darah. Selain itu, ketika hormon estrogen menurun, kolesterol pun meningkat.

Ada banyak pria lanjut usia yang menderita berbagai penyakit hal ini didukung oleh usia  yang lebih tua, kurangnya aktivitas fisik, dan  riwayat genetik, sehingga  laki-laki pun tetap berisiko terkena multimorbiditas.[3]

Multimorbiditas meningkatkan penderitaan pada orang lanjut usia, menurunkan kualitas hidup, meningkatkan angka kematian, dan mengakibatkan  beban sosial dan ekonomi yang lebih luas.

Literasi kesehatan merupakan salah satu elemen penting dalam upaya pencegahan berkembangnya penyakit tidak menular (PTM), karena kejadiannya cenderung meningkat seiring berjalannya waktu. Literasi kesehatan juga dapat diartikan sebagai inti kemampuan individu dalam memahami, melakukan tindakan, mengintegrasikan dan memilih layanan kesehatan untuk tindakan atau upaya pencegahan penyakit.

Faktor penentu sosial (dukungan keluarga) dan akses terhadap informasi kesehatan mempengaruhi pentingnya literasi kesehatan. Mengingat permasalahan di lapangan penelitian bahwa penyakit kompleks pada lansia merupakan permasalahan yang belum banyak mendapat perhatian karena beberapa alasan seperti kurangnya dukungan keluarga dan rendahnya motivasi mencari informasi kesehatan akibat kurangnya kesadaran dan rendahnya literasi kesehatan.[4]

Kurangnya tidur juga bisa menjadi faktor terjadinya multimorbiditas, Orang lanjut usia yang menderita penyakit kronis  lebih mungkin menderita gangguan tidur. Hampir 80% pria dan wanita berusia di atas  70 tahun memiliki setidaknya satu penyakit kronis, dan mereka yang memiliki empat atau lebih penyakit penyerta secara signifikan lebih mungkin mengalami masalah tidur. Orang dengan berbagai kondisi medis kurang tidur, lebih  sering terbangun saat tidur, sulit tidur, bangun  lebih awal, dan lebih mengantuk di siang hari dibandingkan orang dengan tiga atau lebih sedikit kondisi medis. Kondisi medis yang berdampak negatif terhadap tidur antara lain tekanan darah tinggi, penyakit kardiovaskular, arthritis, diabetes, kanker, stroke, depresi, osteoporosis, dan penyakit pernapasan (Mauk, 2014).[5]

Referensi

sunting
  1. ^ Nurinayah, Ariyani; Nugraha, Susiana; Adawiyah, Asyifa Robiatul (2022-10-31). "Hubungan Penyakit Kronis dan Multimorbiditas dengan Kekuatan Genggaman Lansia di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Tahun 2022". Jurnal Untuk Masyarakat Sehat (JUKMAS). 6 (2): 120–126. ISSN 2715-7687. 
  2. ^ tinggi, kementrian riset, teknologi dan pendidikan. "Garuda - Garba Rujukan Digital". garuda.kemdikbud.go.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-03-31. 
  3. ^ Mitha, Mitha Julianti; Aramico, Basri; Amin, Fauzi Ali (2024-03-31). "Pendampingan pencegahan multimorbiditas pada lansia di puskesmas indrapuri Kabupaten Aceh Besar". BEMAS: Jurnal Bermasyarakat (dalam bahasa Inggris). 4 (2): 282–289. doi:10.37373/bemas.v4i2.776. ISSN 2745-7958. 
  4. ^ Sijid, Rahmawati; Mulyani, Sri; Yanti, Fitri; Pujirana, Andi Asni; Rahayu, Yayu Puji (2023-12-30). "Multimorbidity: How about Information Access and Family Support?". Miracle Journal of Public Health (dalam bahasa Inggris). 6 (2): 139–148. doi:10.36566/mjph.v6i2.342. ISSN 2622-7762. 
  5. ^ Febriana, Dara; Fajriati, Salma; Hadi, Nurul (2024-02-29). "GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DENGAN MULTIPLE MORBIDITY DI KOTA BANDA ACEH". Riau Nursing Journal (dalam bahasa Inggris). 2 (2): 803–812. ISSN 2962-1046.