Munchausen lewat Internet

salah satu jenis dari gangguan buatan dalam psikiatri

Munchausen lewat Internet adalah pola perilaku yang serupa dengan Sindrom Munchausen saat seseorang mencari perhatian orang lain atau meyakinkan dirinya sendiri dengan berpura-pura sakit atau berpura-pura bahwa orang lain sakit (Sindrom Munchausen lewat proksi). Orang dengan perilaku ini dapat berpura-pura bahwa ia memiliki penyakit tertentu melalui obrolan atau tulisan di Internet atau bercerita bahwa dirinya sedang sakit kepada orang-orang di dunia nyata melalui informasi medis yang ia dapatkan di Internet. Munchausen lewat Internet berbeda dengan catfishing yang dilakukan untuk menarik perhatian orang lain pada situs-situs atau aplikasi kencan.[1]

Latar belakang

sunting

Istilah 'Munchausen lewat Internet' (bahasa Inggris: Munchausen by Internet, MBI) pertama kali digunakan oleh psikiater, Marc Feldman, pada artikelnya di jurnal ilmiah Southern Medical Journal pada tahun 2000.[2] Sebelumnya, Feldman juga pernah terlibat dalam menulis artikel ilmiah serupa menggunakan istilah 'gangguan buatan virtual' (virtual factitious disorder) pada tahun 1998.[3] Orang dengan gangguan buatan (factitious disorder, FD) memiliki gejala-gejala penyakit yang sengaja dibuat oleh dirinya atau berbohong mengenai gejala yang dirasakannya. FD dapat berwujud lebih lanjut berupa Sindrom Munchausen yaitu saat seseorang membuat gejala-gejala penyakit tertentu hingga merasa perlu diperiksa, dirawat, atau dibawa ke rumah sakit. Perilaku ini yang sengaja dilakukan umumnya untuk mendapatkan perhatian.[4] Ketika gejala-gejala dibuat pada orang lain, misalnya pada anak atau orang tua, perilaku tersebut menjadi Sindrom Munchausen lewat proksi.[5] FD dan Sindrom Munchausen berbeda dari perilaku malingering berdasarkan tujuannya. Malingering dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat berupa tujuan ekonomi, hukum, atau sosial. Sementara itu, FD dan SIndrom Munchausen dilakukan untuk mendapatkan perhatian karena penyakitnya, atau juga agar dirawat oleh orang lain, agar ia dapat mengatur-atur orang lain, atau agar ia dapat memarahi orang lain dengan mudah sebagai seseorang yang sakit.[2][6]

Perilaku

sunting

Perilaku MBI dapat terjadi ketika seseorang mendapatkan informasi-informasi kesehatan di Internet dan menggunakannya untuk mereka-reka kondisi kesehatan seperti gangguan dan penyakit kepada dirinya atau orang dekatnya. Orang tersebut juga dapat kemudian memeriksakan dirinya ke dokter dengan berkata bahwa ia mengalami penyakit tertentu. Ia menginginkan orang lain yakin bahwa dirinya sedang sakit. Satu kasus di Inggris menyebutkan bahwa seorang wanita terjatuh saat ia bekerja sehingga kakinya harus ditutup dengan gips. Beberapa minggu setelah ia pulih, ia kembali datang ke rumah sakit dan mengeluh bahwa pergelangan kakinya terasa sakit dan kakinya pun kembali ditutup gips. Ia kemudian mengeluh kembali bahwa kakinya sakit. Kakinya terlihat biasa saja dari hasil pemindaian MRI. Ia juga dibius lokal untuk menjalaniartroskopi tapi tidak ditemukan apapun. Pada tahun berikutnya ia berkonsultasi dengan dokter sembari memperlihatkan hasil radiografi kakinya, yang kelak diketahui oleh dokternya diambil dari pencarian gambar di Google.[4][7]

MBI juga dapat terjadi di Internet saja tanpa melibatkan konsultasi dokter di dunia nyata. Orang dengan Sindrom Munchausen di dunia nyata bisa harus bertingkah seperti bahwa ia sedang sakit sementara melalui Internet, orang dapat menulis tulisan yang menjelaskan bahwa ia atau kerabatnya sedang sakit. Tulisan yang dibuat dapat berupa tulisan yang rinci mencakup gejala-gejala dari suatu penyakit dan hubungan dirinya dengan orang lain sebagai orang yang sakit. Satu kasus dari Australia menyebutkan mengenai seseorang yang mengaku bahwa dirinya menderita leukemia dan stroke di sebuah forum support group daring. Salah satu anggota forum yang bersimpati kemudian mengobrol melalui kamera web dan orang tersebut kemudian berpura-pura mengalami kejang. Seseorang juga dapat membuat satu atau beberapa karakter untuk menyembunyikan identitas asli mereka dan untuk memperbanyak perhatian yang mereka peroleh.[7][8]

Feldman menulis dalam kolomnya untuk The Guardian pada 2012 mengenai tanda-tanda perilaku MBI yang ia rangkum berdasarkan sekitar 100 laporan kasus yang ia terima. Tulisan yang ditulis akan mirip dengan tulisan mengenai gejala suatu penyakit di buku-buku, sumber Internet, atau di tulisan pengguna lain (di forum Internet). Gejala-gejala yang dialami juga cenderung berlebihan atau diceritakan sangat parah, terkadang disertai dengan masa-masa sembuh yang dibuat "ajaib". Terdapat pula cerita baru yang ditambahkan terutama jika di suatu forum muncul pengguna lain yang menjadi perhatian. Ketika ada seseorang yang mengaku merupakan "kerabat" dari orang yang berpura-pura sakit, gaya tulisan mereka akan terlihat serupa.[9]

Penyebab

sunting

Feldman menyebutkan bahwa perilaku MBI dapat dipicu karena adanya keinginan terhadap perhatian, pengasuhan, pengertian, dan kepedulian untuk diri sendiri yang dirasa tidak dapat diperoleh melalui cara lain. Dipandang sebagai seseorang yang "pemberani" di forum-forum Internet karena dirasa telah berusaha bertahan hidup dari penyakitnya juga menjadi salah satu insentif.[10] Mirip dengan perilaku FD lainnya, perilaku MBI juga dapat berwujud rasa ingin meyakinkan orang lain bahwa kondisi kehidupan orang tersebut baik-baik saja atau dapat dikendalikan. Hal ini juga serupa dengan salah satu tanda adanya gangguan kepribadian. Banyak orang dengan perilaku FD berperilaku demikian karena masa kecilnya yang tidak bagus.[11] Steve Jones, seorang profesor ilmu komunikasi dari Universitas Illinois, menyebutkan bahwa sifat anonimitas dalam komunikasi di Internet memudahkan seseorang untuk mereka-reka suatu identitas yang berbeda dan akan sulit dilakukan pada komunikasi tatap muka langsung.[12]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Feldman, M. D. (2000). "Munchausen by Internet: Detecting Factitious Illness and Crisis on the Internet". Southern Medical Journal. 93 (7): 669–672. doi:10.1097/00007611-200093070-00006. PMID 10923952. [pranala nonaktif permanen]
  2. ^ a b Pulman, A.; Taylor, J. (2012). "Munchausen by Internet: Current Research and Future Directions". Journal of Medical Internet Research. 14 (4): e115. doi:10.2196/jmir.2011. PMC 3510683 . PMID 22914203. 
  3. ^ Feldman, M. D.; Bibby, M.; Crites, S. D. (1998). "'Virtual' factitious disorders and Munchausen by proxy". Western Journal of Medicine. 168 (6): 537–539. PMC 1305082 . PMID 9656006. 
  4. ^ a b Griffiths, E. J.; Kampa, R.; Pearce, C.; Sakellariou, A.; Solan, M. C. (2009). "Munchausen's Syndrome by Google©". The Annals of The Royal College of Surgeons of England. 91 (2): 159–160. doi:10.1308/003588409X391938. PMC 2749363 . PMID 19317939. 
  5. ^ "Appendix B: Criteria Sets and Axes Provided for Further Study: Factitious disorder by proxy". Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders: DSM-IV-TR. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-10-01. 
  6. ^ Cunningham, J. M.; Feldman, M. D. (2011). "Munchausen by Internet: Current Perspectives and Three New Cases". Psychosomatics. 52 (2): 185–189. doi:10.1016/j.psym.2010.11.005. 
  7. ^ a b Witney, C.; Hendricks, J.; Cope, V. (2015). "Munchausen by Internet and Nursing Practice: An Ethnonetnographic Case Study". International Journal of Nursing & Clinical Practices. 2 (1): 131. doi:10.15344/2394-4978/2015/131. 
  8. ^ Kleeman, J. (2011-02-26). "Sick note: Faking illness online". The Guardian. Diakses tanggal 2020-03-28. 
  9. ^ Feldman, M. D. (2012-10-19). "Munchausen by internet can be bad for your health forum". The Guardian. Diakses tanggal 2020-03-28. 
  10. ^ Grady, D. (1998-04-23). "Faking Pain and Suffering In Internet Support Groups". The New York Times. Diakses tanggal 2020-03-29. 
  11. ^ Swains, H. (2009-03-25). "Q&A: Munchausen by Internet". Wired. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-01-10. 
  12. ^ Johnson, B. (2001-05-28). "The short life of Kaycee Nicole". The Guardian. Diakses tanggal 2020-03-29. 

Pranala luar

sunting