Museum Balaputra Dewa

museum di Indonesia

Museum Balaputra Dewa merupakan museum negeri yang terletak di Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia yang diresmikan pada 5 November 1984. Museum ini dikembangkan bentuk fisiknya pada tahun 1997/1998 di bawah binaan Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Selatan.[1] Untuk penamaan museum ini, diambil dari nama "Balaputra Dewa" berasal dari Balaputradewa, raja Sriwijaya yang memerintah pada abad ke-9 Masehi dan mantan kepala dinasti Sailendra yang berpusat di sekitar Palembang. Balaputra Dewa menampilkan sejarah dan tradisi dari provinsi Sumatera Selatan.

Museum Balaputra Dewa
Tampak Depan Museum Balaputra Dewa di Palembang, Sumatera Selatan
Peta
Didirikan5 November 1984
LokasiJl. Srijaya I No. 288, KM. 5 Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia
Koordinat2°57′03″S 104°43′50″E / 2.9509361°S 104.7306017°E / -2.9509361; 104.7306017
JenisMuseum Sejarah

Sejarah

sunting

Menelusuri Sejarah Palembang di Museum Balaputra Dewa, Sumatera Selatan memiliki sejarah panjang keberadaannya. Provinsi yang sejak berabad lampau dikenal dengan nama Bumi Sriwijaya ini merupakan lokasi berdirinya kerajaan maritim termasyur di nusantara bernama Kerajaan Sriwijaya. Memasuki abad ke-15, berdirilah Kesultanan Palembang yang berkuasa hingga kedatangan kolonialisme Belanda ke bumi Sriwijaya. Jauh sebelum itu, menurut Van der Hoop, peneliti asal Belanda, Sumatera Selatan merupakan salah satu wilayah di nusantara yang banyak ditemukan pemukiman dari zaman megalith.

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki sejarah panjang, Sumatera Selatan tentu memiliki berbagai benda peninggalan bersejarah. Untuk menjaga dan melestarikannya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan kemudian membangun Museum Balaputera Dewa di Jalan Srijaya I No 288, Palembang.[2] Museum yang memiliki luas lahan sekitar 23.565 m2 ini menyimpan 10 jenis koleksi, dengan jumlah koleksi mencapai 3.882 item.

Koleksi

sunting

Secara umum, Museum Balaputra Dewa menyimpan berbagai koleksi dari zaman pra-sejarah, zaman Kerajaan Sriwijaya, zaman Kesultanan Palembang, hingga ke zaman kolonialisme Belanda. Berbagai koleksi tersebut dipamerkan di dalam tiga ruang pamer utama. Sebelum memasuki tiga ruang pamer utama, pengunjung akan menyaksikan berbagai koleksi arca di selasar museum. Berbagai replika arca tersebut berasal dari zaman megalith di Sumatera Selatan.[3][4]

Kebudayaan Megalith atau kebudayaan batu besar di Sumatera Selatan berada di wilayah dataran tinggi Pagaralam. Posisinya berada dalam rangkaian Pegunungan Bukit Barisan di sisi sebelah barat Sumatera Selatan. Di wilayah ini ditemukan 22 lokasi pemukiman budaya megalith. Dari pemukiman tersebut ditemukan benda-benda pra-sejarah berupa arca yang kemudian menjadi koleksi Museum Balaputra Dewa. Berbagai arca yang saat ini menjadi koleksi museum antara lain arca megalith ibu menggendong anak, arca orang menunggang kerbau, hingga arca manusia dililit ular.[5][6]

Setelah melewati selasar, pengunjung akan memasuki ruang pamer museum. Pada ruangan ini pengunjung akan mendapatkan informasi tentang awal mula sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya di nusantara. Di ruangan ini juga ditemukan koleksi benda peninggalan dari zaman pra-kerajaan Sriwijaya berupa kerajinan tembikar, manik-manik, dan pengecoran logam.[7]

Pada bagian lain ditemukan berbagai replika prasasti yang menjelaskan awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Prasasti-prasasti tersebut antara lain, prasasti Kedukan Bukit, Relaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II, dan Prasasti Siddhayatra. Selain prasasti, pada ruangan ini pengunjung juga akan menemukan koleksi lain dari zaman Kerajaan Sriwijaya berupa arca Buddha, arca Hindu, dan Fragmen.[8][9]

Masuk lebih ke dalam, pengunjung akan di bawa menelusuri zaman Kesultanan Palembang. Benda-benda peninggalan zaman ini berupa alat tenun songket. Salah satu koleksi kain songket yang menjadi kebanggaan Museum Balaputra Dewa adalah kain songket dengan motif Naga Besaung yang memiliki panjang 6 meter dengan lebar sekitar 25 cm. Selain itu, pengunjung juga akan menemukan koleksi lain berupa berbagai kerajinan seni ukir Palembang. Berbagai seni ukir tersebut telah teraplikasi dalam rek pengantin, dipan, kursi, hingga hiasan pada pintu rumah. Koleksi seni ukir dari zaman Kesultanan Palembang yang menjadi kebanggaan Museum Balaputra Dewa adalah rumah limas dan rumah ulu yang berada di halaman belakang museum.[10][11]

Berdasarkan data dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Selatan, koleksi yang ada pada Museum Balaputra Dewa dibagi menjadi 9 klasifikasi objek, yaitu :

  1. Geologika
  2. Biologika
  3. Etnografika
  4. Arkeologika
  5. Historiska
  6. Numismatika
  7. Filologika
  8. Seni rupa
  9. Teknologi modern

Layanan

sunting

Museum Balaputra Dewa menjadi salah satu tujuan wisata di Sumatera Selatan. Untuk mengunjungi museum ini, para pengunjung perlu memperhatikan jadwal berkunjung,[12] yaitu:

No.
Hari
Jam pelayanan
Pelayanan pengunjung
1.
Senin
Libur
Tutup
2.
Selasa
08.00-15.30 WIB
Buka
3.
Rabu
08.00-15.30 WIB
Buka
4.
Kamis
08.00-15.30 WIB
Buka
5.
Jum'at
08.00-15.30 WIB
Buka
6.
Sabtu
08.00-13.30 WIB
Buka
7.
Minggu
08.00-13.30 WIB
Buka

Fasilitas

sunting

Museum Balaputra Dewa memiliki beberapa fasilitas, diantaranya:

  • Ruang pameran tetap;
  • Ruang pameran temporer;
  • Ruang auditorium;
  • Perpustakaan;
  • Laboratorium;
  • Ruang penyimpanan koleksi;
  • Ruang preparasi;
  • Ruang adminstrasi;
  • Ruang audiovisual, dan;
  • Tempat parkir kendaraan.

Lokasi

sunting

Museum Balaputra Dewa beralamat di Jalan Srijaya I No. 288, KM. 5 Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia.

Referensi

sunting
  1. ^ Direktori Museum Indonesia. Jakarta: Sekretariat Direktorat Jenderal Kebudayan Kemendikbud. 2012. 
  2. ^ "Rakhmadi Ajak Tim DKPUS Babel ke Museum Balaputra Dewa Sumsel". Dinas Kearsipan & Perpustakaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-09. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  3. ^ "Museum Balaputra Dewa: Daya Tarik, Fasilitas hingga Rute Perjalanan". detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-05-15. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  4. ^ "Koleksi Museum Balaputra Dewa, dari Pra Sriwijaya hingga Kemerdekaan RI". suara.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-16. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  5. ^ "Pengelola museum Balaputra Dewa siapkan ruang khusus koleksi hibah". antaranews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-04. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  6. ^ "Museum Balaputra Dewa Palembang pamerkan koleksi peninggalan Sriwijaya". antaranews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-10-06. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  7. ^ "Museum Balaputra Dewa Palembang tampung temuan dari Sungai Musi". antaranews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-22. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  8. ^ "Kunjungi Museum Balaputra Dewa dan Taman Purbakala, PJ Gub Sumsel Bentuk Tim Pencari Peninggalan Sejarah". wartaekonomi.co.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-04-28. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  9. ^ "Pj Gubernur Agus Fatoni Tinjau Museum Balaputra Dewa dan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya". lahatpos.disway.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-04-19. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  10. ^ "Museum Balaputra Dewa Palembang tak hanya rumah limas". antaranews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-25. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  11. ^ "Dibangun 1830, Rumah Limas Palembang Ini Pernah Dikunjungi Ratu Beatrix dari Belanda". tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-04-18. Diakses tanggal 2024-08-18. 
  12. ^ "Museum Balaputra Dewa Palembang tingkatkan kunjungan edukatif". antaranews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-04-30. Diakses tanggal 2024-08-18. 

Pranala luar

sunting

Lihat pula

sunting