Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia (Aksara Sunda Baku: ᮙᮥᮞᮤᮉᮙ᮪ ᮕᮧᮞ᮪, Musieum Pos) merupakan museum yang ada di sebelah kanan Gedung Kantor Pusat PT Pos Indonesia di Jalan Cilaki 73. Bangunannya ada di sebelah timur Gedung Sate.[1][2]
Didirikan | 19.. |
---|---|
Lokasi | Cilaki St No.73, Citarum, Bandung Wetan |
Jenis | Museum |
Situs web | https://museum.kemdikbud.go.id/museum/profile/museum+pos+indonesia |
Sejarah
suntingMuseum Pos dibuka pada tahun 1931 dengan nama Museum Pos, Telegraf, dan Telepon (PTT). Ketika pertama didirikan, sebagian besar koleksinya berupa perangko dari dalam dan luar negeri. Setelah keadaannya yang kurang terawat selama Perang Dunia ke-II, dari tanggal 18 Desember 1980, koleksinya diusahakan untuk dilengkapi lagi dengan melakukan inventarisasi dan mengumpulkan benda-beda sejarah yang harus dijadikan koleksi museum.[2]
Tiga tahun selanjutnya, museum diresmikan Menparpostel pada tanggal 27 September 1983, ketika Hari Bhakti Postel ke-30. Sampai pada masa itu, museum sudah memiliki koleksi benda-benda dan peralatan yang ada hubungannya dengan proses sejarah pos dari masa ke masa, selama lima masa pemerintahan yaitu dari masa Kompeni dan Bataafsche Republiek (1707-1803), masa pemerintahan Daendels (1808-1811), masa pemerintahan Inggris (1811-1816), masa pemerintahan Hindia Belanda (1866-1942), masa Jepang (1942-1945) dan masa Kemerdekaan.[2]
Melewati museum itu bisa diketahui bahwa selama masa kemerdekaan, Pos Indonesia sekurang-kurangnya sudah lima kali ganti nama dan ganti lambang. awalnya Jawatan PTT (1945-1961), lalu jadi PN Postel (1962-1965), PN Pos dan Giro (1965-1978), Perum Pos dan Giro (1978-1995,) dan pada tahun 1995 jadi PT Pos Indonesia (Persero).[2]
Dan saat ini, pada tahun 2013, Museum pos ini sudah dilengkapi gadget Win Audio tour guide, yang memudahkan pengunjung, untuk merasakan pengalaman berkeliling museum secara fun tanpa mengurangi nilai informasi edukasinya. Audio tourguide adalah seperangkat gadget yang memiliki tombol angka, dimana pengunjung dapat mendengarkan informasi audio, hanya dengan menekan angka sesuai dengan posisi objek pamer. Saat ini di Museum Pos Indonesia terdapat 50 objek audio guide, dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Dengan adanya audio guide ini,diharapkan pengunjung semakin mencintai museum, karena informasi audionya sudah di sesuaikan dengan menambah suasana hiburan dan edukatif.[2]
Koleksi
suntingBagi para peneliti filateli, Museum Pos dan Giro, yang kemudian berganti nama menjadi Museum Pos Indonesia pada tahun 1995. Museum ini menampilkan koleksi ribuan perangko dari seluruh dunia. Namun, koleksi yang dipajang di sini tidak hanya terbatas pada perangko saja. Barang-barang pos seperti timbangan surat dan sepeda pak pos juga turut dipamerkan. Selain itu, perkembangan baju dinas dan peralatan pos dari zaman kolonial hingga masa kini juga dapat ditemui di museum yang berlokasi tepat di sebelah Gedung Sate, Bandung ini.[3]
Di bagian lain museum, terdapat ruangan yang menampilkan surat emas, surat-surat dari berbagai raja nusantara kepada para Komandan dan Jenderal Belanda. Surat emas ini mencatat sejarah perkembangan surat di Indonesia. Lewat surat-surat ini, kita bisa melihat bagaimana komunikasi antara raja-raja nusantara dengan penjajah terjadi.[3]
Surat-surat emas ini diyakini telah berusia ratusan tahun yang lalu, sebelumnya disimpan di salah satu museum di Inggris. Inggris menyimpan surat-surat berharga dari raja-raja nusantara karena hampir semua surat yang dipamerkan ditujukan kepada Gubernur-Jenderal Inggris, Thomas Stamford Bingley Raffles.[3]
Museum ini terdiri dari beberapa ruangan terpisah, di mana setiap ruangan menyimpan koleksi benda pos yang terawat dengan baik. Anda dapat mengunjungi museum ini bersama keluarga dan memperkenalkan benda-benda pos bersejarah kepada anak-anak, yang tentu saja akan menambah pengetahuan mereka tentang sejarah pos di Indonesia dan dunia.[3]
Arsitektur
suntingMuseum Pos Indonesia merupakan bangunan yang dibangun pada tanggal 27 Juli 1920. Bangunan ini memiliki luas sebesar 700 meter persegi dan berdiri kokoh di atas lahan seluas 706 meter persegi. Arsitektur gedung ini dirancang oleh Ir. J. Berger dan Leutdsgebouwdienst, dengan tampilan yang mencerminkan gaya Renaissance dan ciri khas arsitektur Italia pada masa Renaissance.[4]
Dikelola secara swasta di bawah PT. Pos Indonesia Persero, sebagian dari koleksi prangko dipamerkan dalam bingkai kayu yang dilindungi kaca, memungkinkan pengunjung untuk menikmatinya secara langsung. Namun, ada beberapa koleksi atau artefak bersejarah yang hanya dapat dilihat dengan bantuan petugas museum karena mereka disajikan dalam papan-papan yang terhubung secara vertikal. Papan-papan ini mirip dengan lemari kayu dengan ukuran sekitar 1,5 x 1 x 2,5 meter.[4]
Informasi kinjungan
suntingMuseum ini buka setiap hari Senin hingga Jumat dan juga pada hari libur, dimulai dari pukul 9 pagi hingga 4 sore. Untuk mengunjungi museum ini, pengunjung tidak dipungut biaya masuk alias gratis.[4]
Referensi
sunting- ^ Bemmelen, Reinout Willem .1949.The Geology of Indonesia.California: Govt. Print. Off.
- ^ a b c d e Suganda, Her.2007.Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas.Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
- ^ a b c d "Mengenal Museum Pos Indonesia di Bandung". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2024-05-19.
- ^ a b c "Museum Pos Indonesia: Sejarah, Koleksi, dan Arsitekturnya". kumparan. Diakses tanggal 2024-05-19.