Nattō
Nattō (納豆 ) adalah makanan tradisional Jepang yang terbuat dari biji kedelai yang difermentasi dengan Bacillus subtilis,[1] biasanya dimakan untuk sarapan. Sebagai sumber protein dan probiotika yang kaya, nattō dan miso dulunya merupakan sumber gizi utama pada zaman feodal di Jepang. Tidak semua orang menyukai makan nattō karena tidak menyukai bau dan aromanya yang kuat, atau teksturnya yang licin. Di Jepang, nattō paling disukai oleh orang di wilayah timur, termasuk wilayah Kanto, Tohoku, dan Hokkaido.[2]
Nattō | |
---|---|
Sajian | Sarapan |
Tempat asal | Jepang |
Daerah | Asia Timur |
Bahan utama | Fermentasi Kedelai |
Sunting kotak info • L • B | |
Nattō biasanya dimakan dengan nasi hangat, dicampur dengan kecap asin. Di Hokkaido dan Tohoku utara, nattō disajikan dengan gula. Nattō juga digunakan untuk makanan lain, misalnya nattō sushi, nattō toast, dalam sup miso, salad, okonomiyaki, dengan spaghetti, atau digoreng. Nattō yang dikeringkan dapat dimakan sebagai makanan ringan. Selain itu juga ada es krim nattō.
Produk serupa
suntingBeberapa negara-negara di Asia juga memproduksi makanan tradisional serupa dari kedelai yang difermentasi dengan bakteri dan jamur, seperti shuǐdòuchǐ (水豆豉) dari Tiongkok, cheonggukjang (청국장) dari Korea, tempe dari Indonesia, thuanao (ถั่วเน่า) dari Thailand, kinema dari Nepal, wilayah Himalaya Benggala Barat dan Sikkim, tungrymbai dari Meghalaya, hawaijaar dari Manipur, bekang um dari Mizoram, akhuni dari Nagaland, dan piak dari Arunachal Pradesh, India.[2][3]
Referensi
sunting- ^ Hosking, Richard (2015-02-24). A Dictionary of Japanese Food: Ingredients & Culture (dalam bahasa Inggris). Tuttle Publishing. hlm. 106. ISBN 978-1-4629-0343-6.
- ^ a b "History of Natto and Its Relatives (1405-2012) - SoyInfo Center". www.soyinfocenter.com. Diakses tanggal 2022-12-18.
- ^ Arora (1991-08-02). Handbook of Applied Mycology: Volume 3: Foods and Feeds (dalam bahasa Inggris). CRC Press. hlm. 332. ISBN 978-0-8247-8491-1.