New Nessie
New Nessie (ニューネッシー , Nyū Nesshī) adalah nama yang diberikan oleh media massa Jepang untuk seonggok bangkai misterius yang ditemukan oleh kapal pukat Zuiyō Maru (瑞洋丸 ) di wilayah pantai Selandia Baru tahun 1977, dan diklaim sebagai bangkai plesiosaurus yang pernah hidup pada masa prasejarah. Meskipun beberapa ilmuwan menegaskan itu "bukan ikan, paus, atau mamalia lainnya",[1] penelitian selanjutnya mengindikasikan bahwa kemungkinan besar itu merupakan bangkai hiu raksasa dengan cara membandingkan jumlah asam amino di jaringan ototnya.[2][3]
Bangkai hiu raksasa yang membusuk pertama-tama kehilangan sebagian besar bagian bawah kepala, sirip punggung, dan sirip ekor, sehingga membuatnya mirip sosok plesiosaurus.
Penemuan
suntingTanggal 25 April 1977, kapal pukat Jepang Zuiyō Maru, berlayar ke timur Christchurch, Selandia Baru. Di sana, jaring kapal menjerat seonggok benda aneh dan misterius. Para awak kapal percaya bahwa itu merupakan sesosok hewan misterius,[4] namun meskipun itu merupakan penemuan berharga untuk penelitian biologi, sang kapten, Akira Tanaka, memutuskan untuk membuang bangkai tersebut ke laut agar tidak menodai ikan-ikan yang tertangkap karena baunya busuk. Bagaimanapun, sebelumnya telah dilakukan pemotretan dan pembuatan sketsa makhluk tersebut, dan dijuluki "Nessie" (ネッシー , Nesshī) oleh para awak kapal, karena kemiripannya dengan plesiosaurus yang menjadi model sosok monster "Loch Ness" di Skotlandia. Pengukuran juga dilakukan dan beberapa sampel tulang, kulit, dan sirip dikumpulkan agar bisa diteliti oleh ilmuwan di Jepang. Penemuan tersebut mengakibatkan kegemparan dan "keranjingan plesiosaurus" di Jepang, dan perusahan kapal tersebut memerintahkan seluruh kapalnya untuk memungut kembali bangkai aneh itu, tetapi tidak berhasil sama sekali.[5]
Dekripsi
suntingBangkai ditemukan dalam keadaan membusuk dan sangat bau. Beratnya 1.800 kg dan panjangnya sekitar 10 m. Menurut awak kapal, makhluk itu memiliki leher dengan panjang sekitar satu setengah meter, dengan empat sirip besar kemerahan dan ekor sepanjang dua meter. Bangkai itu tak memiliki sirip punggung. Tidak ada organ dalam yang tersisa, tetapi sedikit daging dan lemak masih melekat.[5]
Penjelasan yang dikemukakan
suntingPlesiosaurus
suntingProfesor Tokio Shimaka dari Universitas Yokohama percaya bahwa bangkai tersebut berasal dari plesiosaurus yang dianggap punah. Dr. Fujiro Yasuda dari Universitas Tokyo sependapat dengan Shimaka bahwa "foto-foto menunjukkan sisa-sisa keberadaan hewan prasejarah".[5]
Bagaimanapun, ilmuwan lain masih meragukannya. Menurut Bengt Sjögren (1980), paleontolog Hans-Christian Bjerring asal Swedia diwawancarai oleh kantor berita Swedia Tidningarnas Telegrambyrå, dan berkata:
"Jika memang benar bahwa mereka (orang Jepang) mengumpulkan sampel sirip dan kulitnya, sangat memungkinkan untuk dipastikan melalui mikroskop mengenai apa sesungguhnya itu. Jika itu ternyata merupakan hewan laut misterius, akan terjadi sensasi besar seperti penemuan coelacanth tahun 1938... namun ada alasan untuk meragukan pernyataan bahwa itu plesiosaurus, karena fauna dan lingkungan bahari berubah drastis sejak zaman plesiosaurus hidup di Bumi."
Ilmuwan Swedia lainnya, Ove Persson, juga berpikir kritis mengenai interpretasi sosok plesiosaurus. Ia mengungkit kembali penemuan bangkai-bangkai makhluk laut lainnya yang menyerupai plesiosaurus dan dalam penyelidikan yang lebih saksama terungkap bahwa bangkai-bangkai itu hanyalah bangkai hiu besar yang membusuk. Ia juga berkata, "Penemuan coelacanth tidaklah seaneh bila plesiosaurus ditemukan. Plesiosaurus lebih besar dan bernapas dengan paru-paru. Tampaknya luar biasa bila makhluk itu masih mencoba bersembunyi."[5]
Hiu raksasa
suntingTanggal 28 Juli 1977, bangkai yang ditemukan Zuiyō Maru diulas dalam majalah sains internasional New Scientist. Seorang ilmuwan dari Natural History Museum di London memiliki pendapat yang sama dengan Bjerring dan Persson: bahwa bangkai tersebut bukanlah bangkai plesiosaurus. Pola pembusukan tubuh hiu raksasa, yang tulang belakang dan tempurung kepalanya relatif mengapur sebagaimana ikan bertulang rawan lainnya, dapat diduga menghasilkan bentuk seperti plesiosaurus; bagian-bagian tubuh pertama yang rontok selama proses pembusukan adalah rahang bawah, area insang, dan sirip punggung dan ekor. Bengt Sjögren (1980) menyimpulkan, "ini seperti kasus 'Monster Stronsay' yang terungkit kembali seperti kejadian-kejadian lain yang telah berlalu. Ilmuwan di Jepang telah terkecoh seperti halnya yang dialami para ilmuwan Skotlandia pada abad ke-19."[5]
Lihat pula
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Ellis, Richard (2006). Monsters of the Sea. Guilford, Connecticut: First Lyons Press. hlm. 68. ISBN 978-1-59228-967-7.
- ^ John Koster (1977). "What Was the New Zealand Monster?". Oceans. San Diego: Trident Publishers, Inc.: 56–59. Diarsipkan dari versi asli (Reprint) tanggal 2009-01-25. Diakses tanggal 2011-12-20.
- ^ Glen J. Kuban (1997). "Sea-monster or Shark? An Analysis of a Supposed Plesiosaur Carcass Netted in 1977" (Reprint). Reports of the National Center for Science Education. 17 (3): 16–28. ISSN 1064-2358.
- ^ Bord, Janet and Colin (1990), in "Varelser från det okända" (Det oförklarliga), Bokorama.
- ^ a b c d e (Swedia) Sjögren, Bengt, Berömda vidunder, Settern, 1980, ISBN 91-7586-023-6