Ngô Đình Diệm

(Dialihkan dari Ngo Dinh Diem)

Ngô Đình Diệm Jean Baptiste «ngoh dihn zih-ehm» (3 Januari 1901 – 2 November 1963) adalah Presiden pertama Republik Vietnam (19551963). Ia adalah paman dari Kardinal François-Xavier Nguyễn Văn Thuận[1][2]

Ngô Đình Diệm
Ngo Dinh Diem pada tahun 1957
Presiden Pertama Republik Vietnam
Masa jabatan
26 Oktober 1955 – 1 November 1963
Sebelum
Pendahulu
Posisi Dibuat
Bảo Đại Sebagai Kepala Dewan Negara Vietnam
Pengganti
Petahana
Sebelum
Perdana Mentri Ke-6 Republik Vietnam
Masa jabatan
26 Juni 1954 – 26 Oktober 1955
Sebelum
Pendahulu
Pangeran Bửu Lộc
Pengganti
Nguyễn Ngọc Thơ (Sebagai Perdana Mentri pada tahun 1963)
Informasi pribadi
Lahir(1901-01-03)3 Januari 1901
Quảng Bình, Indochina Prancis
Meninggal2 November 1963(1963-11-02) (umur 62)
Saigon, Vietnam Selatan
Sebab kematianPembunuhan
MakamPemakaman Mạc Đĩnh Chi (Sampai 1983)
Pemakaman Lái Thiêu
Partai politikCần Lao
Afiliasi politik
lainnya
Đại-Việt Phục hưng Hội
HubunganNgô Đình Khôi (saudara laki-laki)
Ngô Đình Thục (saudara laki-laki)
Ngô Đình Nhu (saudara laki-laki)
Ngô Đình Cẩn (saudara laki-laki)
Ngô Đình Luyện (saudara laki-laki)
Orang tuaNgô Đình Khả (ayah)
PendidikanSekolah Kampus Nasional Hue Pellerin Seminary
Sekolah Hau Bo, Hanoi
Universitas Michigan
Tanda tangan
Karier militer
Pihak South Vietnam
Pertempuran/perangPerang Vietnam
Alfabet Vietnam Ngô Đình Diệm
Chữ Hán 吳廷琰
Find a Grave: 8957054 Modifica els identificadors a Wikidata
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Naik ke tampuk kekuasaan

sunting

Diệm lahir pada 1901 di Quảng Bình, sebuah provinsi tengah Vietnam. Keluarganya berasal dari distrik Phú Cam, yang awalnya merupakan sebuah distrik beragama Katolik di kota Huế. Klannya merupakan salah satu dari orang-orang yang berpindah ke agama Katolik paling awal di Vietnam pada abad ke-17.[3] Diệm diberi nama santo pada saat lahir, Gioan Baotixita (sebuah bentuk yang di-Vietnamisasi-kan dari Jean Baptiste), mengikuti kebiasaan Gereja Katolik.[4] Keluarga Ngô-Đình, bersama dengan umat Katolik Vietnam lainnya, selamat dari penganiayaan anti-Katolik dari Kaisar Minh Mạng dan Tự Đức. Pada 1880, ketika ayah Diệm, Ngô Đình Khả (1850-1925), belajar di Malaya, sebuah kerusuhan anti-Katolik yang dipimpin oleh para biksu Buddha hampir membersihkan seluruh keluarga Ngô-Đình. Lebih dari seratus klan Ngô dibakar hidup-hidup di sebuah gereja termasuk orang tua, saudara dan saudari Khả.[5]

Keluarga Ngô adalah pemeluk Katolik. Ia adalah salah satu pejabat dengan peringkat tertinggi dari Dinasti Nguyễn di bawah Kaisar Bảo Đại sebelum Perang Dunia II tetapi mengundurkan diri setelah ia menuduh Kaisar sebagai "alat" Prancis. Diệm adalah seorang yang nasionalistik, pemeluk Katolik yang taat, seorang anti-Komunis dan menganut filsafat keagamaan personalisme; abangnya, Ngô Đình Thuc, adalah uskup agung di Huế.

Pada 1945 ia dipenjarakan dan diasingkan ke Tiongkok setelah terjadinya konflik dengan kekuatan Komunis anti-Prancis yang semakin berkuasa di Vietnam. Setelah dilepaskan, ia menolak untuk bergabung dalam pemerintahan pasca-perang yang berumur pendek, di bawah pimpinan Hồ Chí Minh dan mengasingkan dirinya ke Amerika Serikat. Ia kembali ketika diangkat menjadi Perdana Menteri Vietnam Selatan oleh Kepala Negara (bekas kaisar) Bảo Đại pada 1954, setelah Prancis dikalahkan di Dien Bien Phu dan siap untuk menarik diri dari Indochina. Banyak orang Amerika dan Eropa yang menaruh sedikit harapan untuk masa depan Vietnam Selatan di bawah kepemimpinan Diem. Seorang pejabat Amerika Serikat menggambarkan bahwa pemerintahan Diệm dipersatukan dengan "pita Scotch, sedikit tali dan dempul."[6] Pada saat yang sama, pemerintah AS berusaha membangkitkan kesadaran masyarakat di Amerika Serikat tentang 'penderitaan' Vietnam Selatan' dan pemimpinnya 'yang mengalami tekanan' - Diệm.

Ketika referendum diadakan pada 22 Oktober 1955, tentang apakah Vietnam Selatan harus dijadikan republik, pasukan-pasukan Diệm mengawal tempat-tempat pemungutan suara dan mereka yang berusaha memberikan suara untuk Kaisar diserang. Para pengamat mengatakan bahwa kecurangan yang terjadi sangat jelas. Di Saigon, misalnya, Diệm mengklaim bahwa terdapat pemilih terdaftar di seluruh wilayah itu. (Bekas Kaisar) Kepala negara Bảo Đại dipaksa untuk mengundurkan diri ketimbang membagi negara itu lebih jauh dan menerbitkan sebuah permohonan terakhir yaitu agar negara itu bersatu di bawah suatu pemerintahan yang demokratis. Semua ini membuat para penasihat Amerika Diệm merasa frustrasi, karena tak seorangpun percaya bahwa bekas kaisar yang telah lama absen dapat menjadi ancaman dari vilanya di Prancis.

Pemerintahan

sunting

Pemerintahan Diệm bersifat otoriter dan nepotistik. Pejabat yang paling dipercayainya adalah adiknya, Ngô Đình Nhu, pemimpin partai politik pro-Diệm yang paling utama. Ngô Đình Cẩn, abangnya, diberinya tanggung jawab atas bekas Kota Kerajaan Huế. Saudara lelakinya yang lain, Ngô Đình Luyện, ditunjuk sebagai Duta Besar di Britania Raya dan juga diberinya tanggung jawab atas suku Cham Cham yang minoritas di Dataran Tengah Vietnam.

Madame Ngo Dinh Nhu, istri abangnya Nhu, adalah Ibu Negara Vietnam Selatan. Ia memimpin program-program Diệm untuk memperbarui masyarakat Saigon sesuai dengan nilai-nilai Katolik mereka. Bordil-bordil dan tempat-tempat mengisap opium ditutup, perceraian dan aborsi dijadikan ilegal, dan undang-undang perzinahan diperkuat. Diệm juga memenangi sebuah perang jalanan melawan pasukan-pasukan gangster Le Van Vien, penguasa terkenal dari bordil-bordil Cholon dan tempat-tempat perjudian yang sebelumnya menikmati perlindungan khusus di bawah Prancis dan Bảo Đại. Diệm juga sangat anti-komunis. Penyiksaan dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dicurigai komunis dilakukan setiap hari.

Sebagai bagian dari minoritas Katolik Vietnam, usaha Diệm untuk mengembangkan kebijakan pro-Katolik membangkitkan amarah orang-orang Buddhis Vietnam. Polisi negara sering kali dituduh menyerang orang-orang Buddhis (agama mayoritas negara itu). Para aktivis Buddhis melakukan protes-protes massal dan bahkan penyiksaan diri yang berpuncak dalam beberapa upaya kudeta, dan yang terakhir mengakibatkan kematian Diệm sendiri.

Ikatan-ikatan AS

sunting

Diệm membina hubungan dengan Amerika Serikat untuk mendapatkan dukungan, sementara pada saat yang sama mempertahankan kebijakan-kebijakan yang independen dari Amerika Serikat.

Kudeta dan pembunuhan

sunting

Ketika rezim ini membangkitkan sebuah protes yang dilakukan oleh para biarawan Buddhis pada Mei 1963, AS menghentikan bantuannya.

Sejumlah biarawan secara terbuka membakar diri mereka sebagai protes, dan AS semakin merasa terganggu oleh citra publik Diệm yang tidak populer. Diệm dan Madame Nhu mengklaim bahwa pihak Komunis telah menyusup ke dalam kelompok-kelompok Buddhis. Tindakan mereka untuk menghancurkan protes-protes ini sesuai dengan kebijakan anti-komunis yang telah disetujui sebelumnya. Madame Nhu konon merujuk kejadian ini sebagai "barbecue" ("memanggang daging").

Berdasarkan perintah dari Presiden A.S. John F. Kennedy, Henry Cabot Lodge, duta besar Amerika untuk Vietnam Selatan, menolak untuk bertemu dengan Diệm. Setelah mendengar bahwa Angkatan Darat Republik Vietnam sedang merancang kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Dương Văn Minh, AS memberikan jaminan-jaminan rahasia kepada para jenderal itu bahwa AS tidak akan ikut campur. Dương Văn Minh dan komplotannya menggulingkan pemerintahan dan menghukum mati Presiden Diệm dan adiknya, Ngô Đình Nhu, pada 2 November 1963. Amerika Serikat secara terbuka mengungkapkan rasa terkejut dan kekecewaannya bahwa Diệm telah dibunuh. Kebetulan, Presiden John F. Kennedy juga dibunuh hanya 20 hari kemudian. Beberapa orang Vietnam percaya bahwa hantu Diemlah yang melakukan pembalasan karena Presiden Kennedy menyetujui kudeta itu.

Ketika Madame Nhu, mengunjungi Amerika Serikat pada waktu itu, setelah mengetahui tentang kudeta tersebut, ia segera menyebut Amerika Serikat sebagai pelakunya. Ia belakangan mengatakan, "Barangsiapa menjadi sekutu Amerika tidak membutuhkan musuh." Madame Nhu lalu meramalkan masa depan yang gelap untuk Vietnam dan bahwa, karena keterlibatannya dalam kudeta itu, masalah-masalah AS di Vietnam baru saja dimulai.

Akibat pembunuhan Diệm

sunting
 
Mayat Diệm setelah eksekusi

 

Setelah dibunuhnya Ngô Đình Diệm, AS dapat tetap memengaruhi pemerintahan Vietnam Selatan, membantu pemilihan para pejabat yang mendukung kebijakan-kebijakan AS. Di antara banyak orang yang tahu tentang situasi politik di sekitar kematiannya (1963), pembunuhan Ngô Đình Diệm dianggap sebagai momen politik yang menentukan, yang menurut sebagian orang, pelan-pelan menyebabkan kekalahan Perang Vietnam 12 tahun kemudian (1975), namun, menurut yang lainnya lagi, mencegah Vietnam Selatan direbut pihak komunis 10 tahun lebih awal karena Diệm telah memutuskan untuk menyerah kepada ambisi-ambisi invasi Ho Chi Minh. Akibat dari kuatnya kehadiran Amerika setelah pembunuhan Diệm, terjadilah pergolakan intern di antara para pemimpin Vietnam Selatan, sementara tentara menemukan diri mereka dipaksa untuk memilih antara kepentingan-kepentingan komunis dan kepentingan-kepentingan Amerika. Pembunuhan ini juga memperkuat upaya-upaya Vietnam Utara untuk melukiskan Vietnam Selatan sebagai pendukung kolonisasi.

Bacaan lebih lanjut

sunting

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ André Nguyen Van Chau (2007). The Road of Hope: A Gospel from Prison (French edition: Une vie d'espérance). 
  2. ^ Michael D. O'Brien (2010). Road of Hope: The Spiritual Journey of Cardinal Nguyen Van Thuan. Ignatius Press. 
  3. ^ Fall, Bernard B. (1963). The Two Viet-Nams. Praeger Publishers., p.235.
  4. ^ Miller, p.19.
  5. ^ Jacobs, Seth (2006). Cold War Mandarin: Ngo Dinh Diem and the Origins of America's War in Vietnam, 1950–1963. Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield, p.18.
  6. ^ 'The Beleaguered Man' Time 4 April 1955
Didahului oleh:
tak ada
Presiden Republik Vietnam
1955–1963
Diteruskan oleh:
Dương Văn Minh
Didahului oleh:
Pangeran Bửu Lộc
Perdana Menteri Republik Vietnam
1954-1955
Diteruskan oleh:
Nguyễn Ngọc Thơ sebagai Perdana Menteri Republik Vietnam