Niu Tou Ma Mian

penjaga dunia bawah dalam mitologi Tiongkok

Gû-thâu dan Bé-bīn adalah sepasang penjaga menakutkan dari Di Yu (akhirat) dalam Mitologi Tiongkok, tempat roh yang sudah meninggal akan menerima pengadilan atas perbuatan mereka sebelum bereinkarnasi. Sebagaimana arti nama mereka, Gû-thâu memiliki kepala kerbau dan Bé-bīn berkepala kuda.

Altar khusus untuk Niu Tou Ma Mian dalam Festival Perjamuan Arwah di Kong Fuk Miau, Pulau Bangka.
Niu Tou dan Ma Mian dilukiskan pada Gulungan Akhirat di Museum Nasional Nara

Mereka disebut Ngau Tau Ma Min dalam bahasa Kantonis dan Gu Tau Beh Bin atau Gu Thou Be Bin dalam bahasa Hokkien.

Etimologi

sunting

Niu Tou (s=牛头; t=牛頭;pinyin=niú tóu; lit. Kepala Kerbau) adalah salah satu dari dua penjaga akhirat dalam mitologi Tiongkok; dapat pula diartikan sebagai kepala kerbau atau botol arak yang berbentuk kepala kerbau. Niu memiliki arti "lembu jantan, sapi, atau sapi jantan". Tou memiliki arti "kepala, model rambut, puncak, akhir, awal atau akhir, puntung, sisa, ketua, bos, sisi, aspek, pertama, memimpin, atau klasifikasi untuk babi atau ternak lainnya".[1]

Ma Mian (s=马面; t=馬面; pinyin=mǎ miàn; lit. Muka Kuda) adalah salah satu dari dua penjaga akhirat dalam mitologi Tiongkok. Ma memiliki arti "kuda". Mian memiliki arti "wajah, sisi, permukaan, aspek, atas, klasifikasi permukaan datar seperti pada drum, cermin, bendera, dan sebagainya".[1]

Legenda

sunting

Asal mula Niu Tou dan Ma Mian

sunting

Dalam sutra (kitab) agama Buddha berjudul Shiwangjing (lit. Sutra Sepuluh Yamaraja) yang ditemukan di Gua Dunhuang,[2] terdapat salinan naskah yang menceritakan kisah perjalanan Kaisar Tang Taizong ke alam baka.[3] Kisah tersebut dikembangkan dalam berbagai sastra, meliputi Perjalanan ke Barat, Raja Naga dari Sungai Jing, Men Shen, hingga pertemuan dengan Niu Tou dan Ma Mian.

Kaisar Tang Taizong bertanya kepada Hakim Cui, mengapa kedua penjaga tersebut memiliki wajah yang demikian. Hakim Cui menceritakan bahwa Niu Tou semasa hidupnya adalah seekor kerbau yang bekerja keras sepanjang hari membantu manusia membajak sawah hingga mati kelelahan, sementara Ma Mian adalah seekor kuda balap yang mati kelelahan juga. Yan Luo Wang mengangkat keduanya menjadi hantu penjaga akhirat berwujud manusia karena melihat mereka telah bekerja dengan rajin sepanjang hidupnya. Sebagaimana semasa masih hidup, keduanya juga bekerja dengan rajin setelah menjadi hantu penjaga.

Pada suatu masa, di Kota Fengdu, terdapat seorang kaya bernama Ma yang hanya memiliki seorang putera. Ia meramalkan nasib puteranya menjelang ulang tahun yang ke-18, ternyata puteranya ditakdirkan untuk hidup hanya sampai 18 tahun saja. Tuan Ma memohon untuk diberi tahu cara agar puteranya panjang umur. Peramal itu mengatakan bahwa saat tengah malam keesokan harinya, Tuan Ma diharapkan datang ke Gerbang Akhirat dan mempersembahkan makanan kepada dua orang yang sedang bermain catur di sana.

Tuan Ma mempersembahkan sendiri makanan kepada dua orang yang sedang bermain catur di tempat yang ditunjukkan oleh si peramal. Setelah menikmati makanan tersebut, mereka bertanya kepada Tuan Ma apa yang ia minta dari mereka. Tuan Ma memohon agar mereka tidak membawa jiwa puteranya ke akhirat. Meskipun Niu Tou dan Ma Mian menolak untuk melanggar aturan akhirat, Tuan Ma terus mendesak mereka, bahkan bersujud hingga keningnya berdarah. Niu Tou dan Ma Mian merasa tidak tega dan memutuskan untuk mengabulkan permohonan Tuan Ma.

Setelah mengetahui pelanggaran mereka, Yan Luo Wang menghukum Niu Tou dan Ma Mian dengan hukuman pukulan, mengubah kepala manusia mereka menjadi kerbau dan kuda, serta menurunkan pangkat mereka di bawah Hakim Cui.

Kultus

sunting
 
Patung Niuttou di Haw Par Villa, Singapura.
 
Patung Mamian di Haw Par Villa, Singapura.

Niu Tou dan Ma Mian bertugas sebagai pencabut nyawa, penjaga pintu neraka, algojo, dan sebagainya.[4] Roh orang yang baru meninggal akan pertama kali bertemu dengan mereka saat tiba di akhirat. Dalam berbagai cerita, mereka menuntun roh orang yang baru meninggal ke akhirat. Terkadang, roh dapat meloloskan diri dari mereka dan berkelana di muka bumi dalam samaran berbentuk manusia hidup. Namun, Yan Luo Wang memiliki mata yang tajam sehingga ia mengutus Niu Tou dan Ma Mian tepat waktu untuk membawa roh yang tersesat.

Mereka biasa digambarkan membawa tombak berujung tiga, gada, atau rantai logam berat yang digunakan untuk membawa roh orang yang meninggal.

Di luar Tiongkok

sunting

Jepang

sunting

Dalam mitologi Jepang, Niu Tou dan Ma Mian dikenal dengan nama "Gozu (牛頭)" dan "Mezu (馬頭)".

Kultur populer

sunting
  • Dalam novel klasik Perjalanan ke Barat, Niu Tou dan Ma Mian dikirim untuk menangkap Sun Wukong, tetapi si Raja Monyet berhasil mengusir mereka. Sun Wukong kemudian pergi ke akhirat dan menghapus namanya serta monyet-monyet yang bersamanya dari buku kematian.

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b MDBG. Akses= 17 Mei 2013. MDBG Chinese-English Dictionary.
  2. ^ Stephen F. Tieser. 1994. The Scripture of the Ten Kings and the Making of Purgatory in Medieval Chinese Buddhism. USA: Kuroda Institute Buook/ University of Hawaii Press.
  3. ^ Fu Yuecheng. 1980. Sui-Tang Wudai Shi. Taipei: Wenhua Daxue Chubanshe.
  4. ^ Bidang Litbang PTITD/ Matrisia Jawa Tengah. Juli 2007. "Pengetahuan Umum Tentang Tri Dharma", Edisi Pertama. Semarang: Benih Bersemi.