Omed-omedan

ritus di Bali, Indonesia

Omed-omedan, juga dikenal sebagai "Ritual Berciuman", adalah upacara yang diadakan oleh pemuda-pemudi Banjar Kaja, di desa Sesetan yang diadakan setiap tahun.[1] Omed-omedan diadakan setelah Hari Raya Nyepi, yakni pada hari ngembak geni untuk menyambut tahun baru saka.[1] Omed-omedan berasal dari bahasa Bali yang artinya tarik-tarikan.[2]

Festival omed-omedan (2017) yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi

Upacara ini dilakukan untuk menjalin silaturahmi antar sesama warga dan menjaga keharmonisan dan solidaritas masyarakat.[3][4] Upacara ini juga menjadi tempat bertemunya orang lajang. Banyak pasangan pertama kali bertemu satu sama lain melalui upacara ini.[5][6][7]

Sejarah sunting

Upacara omed-omedan diperkirakan telah ada sejak abad ke-17.[2]

Menurut legenda,[2] setelah hari Nyepi, ada permainan med-medan dari masyarakat Kerajaan Puri Oka (sekarang berada di Denpasar selatan). Dalam permainan tersebut, pemuda pria & wanita saling tarik-menarik, tetapi seiring waktu berubah menjadi saling merangkul.[8] Pada suatu hari, Ida Bhatara Kompiang, penglingsir kerajaan yang waktu itu sakit,[9] terganggu oleh suara gaduh dari med-medan dan mencoba menghentikan upacaranya. Namun, setelah keluar, rajanya sembuh. Dia kemudian memerintahkan bahwa med-medan diadakan setiap ngembak geni (menyalakan api pertama) setelah Nyepi.[10]

Pemerintah kolonial Hindia Belanda mencoba melarang med-medan, tetapi masyarakat mengabaikan larangan tersebut.[10] Pada 1984, ada perintah pemberhentian upacara karena ada keluhan mengenai orang muda yang berciuman selama pelaksanaannya. Tetapi, masyarakat tetap menyaksikan upacara tersebut. Tiba-tiba, ada perkelahian antara 2 babi, yang berkelamin laki-laki dan perempuan dan berlangsung selama sejam.[9][11] I Gusti Ngruha Oka Putra, seorang tokoh Pura, mendapat laporan perkelahian dari seseorang warga; saat tiba di sana, perkelahiannya berhenti. Karena warga menganggap itu tanda buruk, diputuskan dalam musyawarah bahwa upacara med-medan dibolehkan.[11]

Pada tahun 1990-an, penyelenggara upacara berganti dari banjar adat ke sekaa teruna, dan pada tahun 2000-an, nama upacaranya berubah menjadi omed-omedan. Sesetan Heritage Omed-omedan Festival (Festival Warisan Sesetan Omed-omedan, SHOF/SHOOF) telah diadakan sejak tahun 2009.[12][13]

Pelaksanaan sunting

Omed-omedan melibatkan sekaa teruna teruni (STT) atau pemuda-pemudi belum menikah berumur 17–30 tahun. Peserta upacara ini terdiri dari 40 pria dan 60 wanita.[14] Sisa peserta akan dicadangkan untuk tahap berikutnya.[14]

Pembukaan sunting

Prosesi omed-omedan dimulai dengan uraian singkat dari prajuru banjar, yaitu pengurus banjar yang terdiri dari kelihan banjar (yang bertugas memberi petunjuk kepada peserta upacara), kelihan dinas, dan ketua STT.[15]

Setelah penyampaian uraian singkat, diadakan persembahyangan bersama untuk memohon keselamatan. Pertama, pemimpin persembahyangan bersama (jero pemangku pura), menyembahkan sesajen bernama banten pejati.[15] Kemudian, peserta berdoa panca sembah.[16] Setelah itu, pemimpin memercikkan tirta amerta (air kehidupan) sebagai simbol anugerah Sang Hyang Widhi kepada umatnya, serta memberikan beberapa butir bija (beras yang dibasahkan di pura) kepada-Nya.[15]

Setelah persembahyangan bersama diadakan pertunjukan Tari Barong Bangkung (Barong Babi) untuk mengingat perkelahian kedua babi di desa Sesetan.[2]

Upacara sunting

Peserta dibagi menjadi kelompok laki-laki (teruna) dan perempuan (teruni).[2] Kedua kelompok tersebut akan saling berhadapan di jalan utama desa. Setelah seorang sesepuh memberikan aba-aba, mereka saling berhadapan dan tarik menarik menggunakan tangan kosong.[14][10] Mereka juga berpelukan dan berciuman satu sama lain.[3][17] Setelah beberapa waktu, pecalang akan menyiram air kepadanya sebagai pertanda berhenti.[16]

Ketika pemimpin kelompok melewati garis tertentu, fase berakhir dan dinyatakan kelompok tersebut kalah dan harus menyerahkan pemimpinnya kepada kelompok yang menang, yang menjadi pacundang. Tempat kelompok ditukar setiap 2 fase.[15][16] Upacara ini dilakukan hingga seluruh peserta selesai atau jam 17:00 waktu setempat.[14][16]

Penutupan sunting

Setelah upacara selesai, kelihan banjar mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan membubarkan warga masyarakat. Prajurit banjar juga meminta maaf jika ada yang salah selama upacara omed-omedan. Kemudian, seluruh warga dan pejabat yang hadir makan bersama di Banjar Kaja Desa Pakraman Sesetan. Sambil makan, kelihan banjar dan bendesa menyampaikan hal yang bisa diperbaiki dan usulan untuk upacara omed-omedan tahun depan.[15][16]

Referensi sunting

  1. ^ a b "Upacara omed-omedan: Ritual Ciuman Unik Khas Bali". travelesia.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-06. Diakses tanggal 6 Juni 2014. 
  2. ^ a b c d e Media, Kompas Cyber (2022-09-13). "Omed-omedan dari Bali: Pengertian, Asal-usul, dan Cara Pelaksanaan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-03-26. 
  3. ^ a b "Omed-omedan, Ritual Unik Pengikat Keakraban Masyarakat Sesetan". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2023-03-25. 
  4. ^ "The Unique Bali Kissing Festival After Nyepi | Authentic Indonesia Blog" [Festival Berciuman Unik di Bali Setelah Nyepi | Blog Authentic Indonesia]. Authentic Indonesia. Diakses tanggal 2023-03-26. 
  5. ^ "Mengenal Omed-omedan, Sebuah Tradisi Unik Berciuman dan Pencarian Jodoh di Bali". suara.com. 2023-03-23. Diakses tanggal 2023-03-26. 
  6. ^ "Omed-omedan is a Balinese traditional ceremony — Indonesia Now – Career Jobs Culture Education Lifestyle" [Omed-omedan adalah perayaan tradisional Bali — Indonesia Now – Karir Pekerjaan Budaya Pendidikan Kehidupan]. web.archive.org. 2020-12-03. Archived from the original on 2020-12-03. Diakses tanggal 2023-03-25. 
  7. ^ Gaura, Erin (2019-10-24). "10 Bizarre Festivals In Asia You Need to Experience" [10 Festival di Asia yang Aneh Yang Perlu Anda Ikuti]. TheTravel (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25. 
  8. ^ "Tradisi Omed-omedan, budaya Ciuman yang diwariskan turun-temurun". PEMERINTAH KOTA DENPASAR. Diakses tanggal 2023-03-25. 
  9. ^ a b "Upacara omed-omedan : Ritual Ciuman Unik Khas Bali". Diakses tanggal 2023-03-25. 
  10. ^ a b c "Omed-omedan, tradisi ciuman di depan umum". balivillarupiah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-06. Diakses tanggal 6 Juni 2014.23.00. 
  11. ^ a b M.Ridwan (2023-03-24). "Ditunggu Turis, Tradisi Omed-omedan Perkuat Kebersamaan Muda-Mudi Banjar Kaja Sesetan". Radar Bali. Diakses tanggal 2023-03-25. 
  12. ^ detikBali, Tim. "Omed-omedan, Tradisi Cium-ciuman khas Bali yang Fenomenal". detikTravel. Diakses tanggal 2023-03-26. 
  13. ^ "Tradisi Omed-omedan dalam Perspektif Industri Budaya". E-journal Provinsi Bali. 
  14. ^ a b c d "Upacara Med Medan". wisatadewata.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-06-06. Diakses tanggal 6 Juni 2014.22.00. 
  15. ^ a b c d e "Tradisi Omed-Omedan Banjar Kaja Kelurahan Sesetan Keca- Matan Denpasar Selatan". ResearchGate. Agustus 2020. Diakses tanggal 25 Maret 2023. 
  16. ^ a b c d e Gunawijaya, Wayan (2021). "Tradisi Omed-Omedan Sebagai Bentuk Wisata Budaya Bagi Dunia Pariwisata Di Bali". Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja. 2 (1). 
  17. ^ Team, NOW Bali Editorial (2016-12-08). "Omed-Omedan : Bali's Unique Kissing Ritual" [Omed-Omedan : Ritual Berciuman Unik di Bali]. NOW! Bali (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-03-25.