One Day at HorrorLand
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
One Day at HorrorLand (bahasa Indonesia: Suatu Hari di HorrorLand) adalah buku keenam belas dari seri Goosebumps karya R.L. Stine.
Plot
suntingLizzy Morris, bersama ayah dan ibunya, serta adiknya, Luke, dan teman adiknya, Clay, berencana berlibur seharian di Zoo Garden Theme Park. Namun karena kecerobohan ayahnya yang lupa membawa peta, mobil mereka tersesat di sebuah alam liar di mana hanya terdapat pasir. Sepanjang perjalanan Lizzy hanya pasrah menyaksikan ayah dan ibunya yang berdebat tanpa henti, serta Luke dan Clay yang terus berkelakuan meresahkan dan tidak bisa diam. Sampai ia dibuat terkejut saat melihat ada monster di luar mobil mereka. Awalnya ia menyadarinya sendiri, tetapi kemudian keluarganya pun melihatnya. Sesaat kemudian mereka menyadari monster itu hanya semacam mesin mainan yang menunjukkan arah sebuah tempat hiburan bernama HorrorLand.
Meski belum tahu bagaimana keadaannya, Lizzy dan Luke memaksa orang tua mereka pergi ke sana. Karena merasa tak mungkin akan menemukan Zoo Garden Theme Park, akhirnya ayahnya mengalah dan menyetir mobil ke HorrorLand, sesuai dengan arah yang ditunjukkan monster tadi. Tibalah mereka di sebuah taman hiburan raksasa bernuansa horor di mana semua pegawainya mengenakan kostum monster dan dinamakan Horror. Namun baru mereka turun dan hendak memulai bersenang-senang, tiba-tiba mobil mereka meledak. Ayah Lizzy, yang kaget bercampur marah, tentu saja merasa tak mungkin bisa menikmati taman itu, dan akhirnya pergi bersama istrinya untuk mencari telepon guna mendapat mobil untuk mengantar mereka pulang. Mau tak mau Lizzy, Luke, dan Clay ditinggal bertiga saja di sana selama ayah mereka mencari telepon.
Ketiganya memulai petualangan mereka di taman horor itu. Di sana mereka melihat papan-papan berbunyi peringatan yang mengerikan. Tak hanya itu, para Horror juga sering membisikkan kata-kata yang menakutkan. Lizzy, Luke, dan Clay menganggap semua itu hanya gurauan yang disesuaikan dengan tema taman tersebut. Namun Lizzy mulai merasakan bahwa semua wahana yang ada di sana bukan sekadar permainan. Dimulai saat setelah mereka mencoba Seluncuran Ajal, Clay mendadak menghilang. Seorang Horror memberitahukan bahwa Clay telah memilih salah satu seluncuran yang ternyata Seluncuran Ajal dan tengah meluncur menuju ajalnya. Karena terjebak kebingungan apakah Horror itu serius atau bercanda, akhirnya Luke dan Lizzy memutuskan untuk menyusul Clay menaiki Seluncuran Ajal. Di sana mereka meluncur lama sekali, rasanya seperti tak pernah berhenti. Mereka juga terkena sarang labah-labah dan nyaris terbakar oleh api yang ternyata palsu. Akhirnya mereka keluar dan menemukan Clay.
Kengerian tak hanya berhenti sampai di situ. Ketika berusaha mencari Luke dan Clay di Rumah Cermin, Lizzy tersesat dan kepalanya berkali-kali terantuk. Saat akhirnya ia menemukan Luke dan Clay di ruangan kaca, ia terhenti saat menyadari mereka bertiga masing-masing berada di ruangan yang berlainan. Saat mereka kebingungam encari jalan keluar, dinding di ruangan kaca itu mulai bergerak merapat. Semakin rapat dan semakin rapat, sampai ketika Lizzy menyadari dirinya hendak digepengkan, lantai di bawah mereka jatuh dan mereka kembali keluar dari Rumah Cermin.
Meskipun bersyukur telah selamat, Lizzy dan Clay sudah muak dengan permainan HorrorLand yang terlalu mengerikan dan memutuskan untuk mencari ayah dan ibu mereka. Meskipun Luke ngotot masih ingin bersenang-senang, akhirnya ia mengikuti kemauan kakak dan temannya itu. Saat orang tua mereka akhirnya ditemukan, Lizzy tak bisa memenuhi hasratnya untuk segera pulang karena orangtuanya belum sempat bersenang-senang. Akhirnya mereka semua menjajal wahana bernama Pelayaran Naik Peti Mati. Awalnya pelayaran itu terasa tenang dan nyaman, sampai tiba-tiba peti mati tempat mereka berbaring mendadak menutup dan mengurung mereka di dalam. Tak hanya itu, Lizzy juga terancam oleh kehadiran seekor labah-labah besar di dalam peti yang menjebaknya. Akhirnya ketika semuanya berhasil keluar, ayahnya marah-marah dan mereka epakat untuk segera pulang.
Namun masalah belum selesai. Mereka terkejut saat mendapati pintu gerbang depan HorrorLand yang terkunci. Mereka terkurung di dalam. Belum sempat mencari ide untuk keluar, tiba-tiba seluruh Horror sudah mengepung mereka. Mereka sempat ketakutan. Tapi kemudian seorang Horror wanita memberitahukan bahwa mereka telah masuk dalam acara Horrorland Hidden Camera dan mendapatkan sebuah mobil baru. Keluarga itu sempat lega dan gembira. Namun ketika mereka masuk ke sebuah gedung—yang mana diberitahukan oleh Horror wanita itu sebagai jalan keluar—kengerian kembali mencekam. Mereka diserang monster-monster raksasa yang ganas selama beberapa saat. Ketika serangan mereka berakhir, Lizzy mengira orangtuanya sudah mati karena Horror tadi mengumumkan hanya ada tiga orang yang selamat. Namun ternyata ada kekeliruan, karena sesungguhnya mereka berlima selamat. Meski demikian tak berarti nyawa mereka benar-benar dibiarkan selamat. Karena Horror itu ingin mengucapkan selamat berpisah kepada keluarga itu dengan cara menceburkan mereka ke sebuah kolam ungu. Lizzy akhirnya menyadari bahwa semua peringatan dari para Horror dan semua papan yang ada di sana, bukan main-main belaka, tetapi sungguhan.
Saat pikirannya kalut Lizzy pun mencubiti seorang Horror dan Horror itu tiba-tiba mengempis. Akhirnya semua keluarganya ikut turun tangan mencubiti para Horror. Mereka pun berhasil melarikan diri ke sebuah bus yang berada di pelataran parkir. Dengan bus itu mereka berhasil menyelamatkan diri dari taman horor itu dan pulang ke rumah. Namun saat turun dari bus itu, mereka terkejut karena ada seorang Horror yang menempel di bus dan ikut mereka sampai ke rumah. Ia menekati keluarga itu, dan menyodorkan tangannya sambil berkata, “Kami lupa memberikan tiket gratis kalian untuk tahun depan!”
Tagline
sunting- Versi asli = "Enter if you dare..."
- Versi Indonesia = "Masuklah kalau berani..."
Adaptasi serial TV
suntingAda banyak perbedaan mencolok antara di novel dengan di serial TV:
- Tak ada Clay di serial TV.
- Tak ada kejadian mobil meledak di serial TV.
- Di serial TV, HorrorLand lebih menyerupai hutan daripada taman hiburan, kontras sekali bila dibandingkan yang digambarkan di novel.
- Di serial TV, Lizzy dan Luke tidak menaiki Seluncuran Ajal.
- Di serial TV, hanya Lizzy dan Luke yang naik Pelayaran Naik Peti Mati. Orangtua mereka tidak diperlihatkan bersenang-senang dengan permainan apapun.
- Di serial TV, keluarga itu mengikuti semacam kuis Hangman saat acara HorrorLand Hidden Camera. Scene yang sama sekali tidak ada dalam novel.
- Meskipun sama-sama berakhir dengan keberhasilan melarikan diri, tetapi endingnya tidak sama. Di novel, mereka berakhir happy ending karena selamat sampai rumah. Namun di serial TV, mobil mereka digambarkan oleng di ujung jurang dan tinggal beberapa inci lagi sampai jatuh ke bawah sana—meski tidak diperlihatkan ketika mobil mereka benar-benar jatuh.