Operasi Bertram
Operasi Bertram merupakan operasi muslihat militer dalam Perang Dunia Kedua yang dilakukan oleh pasukan Sekutu di Mesir yang dipimpin oleh Bernard Montgomery beberapa bulan menjelang Pertempuran El Alamein Kedua pada tahun 1942. Operasi Bertram dirancang oleh Dudley Clarke untuk mengecoh Erwin Rommel mengenai waktu dan lokasi serangan Sekutu. Operasi ini terdiri dari penipuan fisik menggunakan model palsu dan kamuflase, yang dirancang dan dibuat oleh Direktorat Komando Kamuflase Timur Tengah Inggris yang dipimpin oleh Geoffrey Barkas. Operasi ini juga memakai tipuan elektromagnetik nama sandi "Operasi Canwell" menggunakan lalu lintas radio palsu. Semua ini direncanakan untuk membuat musuh percaya bahwa serangan itu akan mengambil tempat di selatan, jauh dari pantai, jalan dan kereta api, dan sekitar dua hari kemudian dari serangan yang sebenarnya.
Operasi Bertram | |
---|---|
Lingkup operasi | Seluruh Tentara Ke-delapan |
Lokasi | El Alamein, Mesir 30°50′N 28°57′E / 30.833°N 28.950°E |
Perencana | Dudley Clarke, Charles Richardson (strategi); Geoffrey Barkas (taktik) |
Tujuan | |
Tanggal | September – Oktober 1942 |
Pelaksana | Direktorat Komando Kamuflase Timur Tengah |
Hasil | Kejutan taktis sukses besar |
Latar belakang
suntingDalam Perang Dunia II, pasukan Inggris dan sekutunya di bawah pimpinan Jenderal Bernard Montgomery terlibat pertempuran sengit melawan pasukan Nazi di Afrika Utara. Peperangan yang didominasi oleh duel tank itu awalnya sempat dimenangkan oleh pasukan Nazi dibawah komando Marsekal Erwin Rommel. Meski jumlah tank Inggris lebih banyak, Nazi Jerman yang memiliki meriam penghancur tank Flak 88 sehingga lebih sering memenangkan pertempuran. Untuk menyelamatkan armada tanknya, Montgomery kemudian berusaha menyembunyikan tank-tank yang dimilikinya, dengan cara memberi kamuflase. Montgomery sadar, bagi Rommel jumlah tank musuh yang lebih besar bukan merupakan alasan untuk kalah. Pasalnya tank-tank musuh bisa dilumpuhkan melalui strategi tempur. Untuk melawan pasukan tank Rommel, Montgomery pun melancarkan operasi tipuan yang dinamakan Operasi Bertram.
Perencanaan
suntingLewat operasi ini, Montgomery membuat strategi agar kekuatan tempur pasukan Inggris, khususnya kekuatan lapis baja, tampak lemah dan dalam kondisi tidak siap perang. Menjelang dua hari Operation Bertram digelar, Montgomery sengaja menggelar tank-tank dan meriam palsu berbahan kanopi yang terbuat dari material lokal. Dengan tujuan agar mengesankan tank-tanknya tetap berada di tempat.
Posisi tank-tank dan meriam palsu yang tampak berkuatan satu divisi itu mengesankan pasukan Inggris akan menyerang dari arah selatan, tempat pertahanan Divisi Panzer ke-12 dan Divisi Lapis Baja ke-132 Ariete milik Italia berada. Padahal, rencana serbuan Montgomery akan dilaksanakan dari arah utara sedangkan Rommel akan yakin bahwa Montgomery akan menyerang dari arah sebaliknya.
Sementara itu, tank-tank yang asli yang telah dibungkus kanopi sehingga bentuknya mirip truk, diam-diam bergerak menuju utara dan siap menghantam kekuatan tempur Divisi Panzer ke-15 dan Divisi Lapis Baja ke-133 Littorio. Tak hanya tank yang dikamuflasekan sebagai truk, kendaraan lain seperti truk tangki bahan bakar dan logistik lainnya, seperti jalur pipa air, juga dikamuflasekan.
Eksekusi
suntingMalam menjelang Operasi Betram digelar, kanopi-kanopi pembungkus tank dilepas dan tank-tank asli yang didominasi oleh Sherman siap menggempur sasaran.
Serbuan besar-besaran, yang kemudian lebih dikenal sebagai "Operasi Lightfoot", dimulai pada 23 Oktober 1942, tepat pukul 21.25 waktu setempat, saat bulan sedang terang-terangnya.
Gempuran itu benar-benar mengejutkan pasukan Jerman. Tetapi atas instruksi Rommel melalui komandan Afrika Koprs yang baru, Jeneral Ritter von Thomas, pasukan Jerman ternyata telah menyiapkan pertahanan maksimal.
Pada tahap pertama serbuan, sebanyak 800 pucuk meriam artileri Inggris menggelegar memecah suasana malam padang gurun yang semula tenang dan tenteram itu.
Dengan semangat menyala-nyala, pasukan infanteri bagian teknik dari Divisi ke-9 Australia, Divisi ke-2 Selandia Baru, dan Divisi ke-1 Afrika Selatan terus bergerak mendobrak pertahanan pasukan Nazi Jerman.
Setelah melalui pertempuran yang sangat sengit pasukan Nazi Jerman pun berhasil dihancurkan.
Catatan kaki
suntingReferensi
sunting- Buku
- Barkas, Geoffrey; Barkas, Natalie (1952). The Camouflage Story (from Aintree to Alamein). Cassell.
- Crowdy, Terry (2008). Deceiving Hitler: Double Cross and Deception in World War II. Osprey. ISBN 1-84603-135-4.
- Fisher, David (2005). The War Magician: The Man who Conjured Victory in the Desert. Phoenix. ISBN 0-304-36709-5.
- Forbes, Peter (2009). Dazzled and Deceived: Mimicry and Camouflage. Yale. hlm. 155–156. ISBN 0-300-12539-9.
- Latimer, Jon (2002). Alamein. Harvard University Press. ISBN 0-674-01016-7.
- Lucas, James Sydney (1983). War in the Desert: The Eighth Army at El Alamein. Beaufort Books. ISBN 0-8253-0153-X.
- Richardson, Charles (1985). Flashback: A Soldier's Story. Kimber. ISBN 0-718-30567-1.
- Stroud, Rick (2012). The Phantom Army of Alamein: How the Camouflage Unit and Operation Bertram Hoodwinked Rommel. Bloomsbury. ISBN 1-4088-2910-X.
- Sykes, Steven (1991). Deceivers Ever: Memoirs of a Camouflage Officer. Spellmount. ISBN 0-946771-54-5.
- Situs web
- "Camouflage and the Desert War". Dummy tank under construction, 1942. Imperial War Museum. Diakses tanggal October 18, 2012.[pranala nonaktif permanen]
- "Western Europe 1939–1945: Deception and Bluff". Did the British really employ magicians and practical jokers? WO 201/2841. The National Archives. Diakses tanggal 18 January 2013.
- Blanks, Kenneth S. (1994). "An effectiveness analysis of the tactical employment of decoys". Fort Leavenworth, Kansas: US Army Command and General Staff College. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-03. Diakses tanggal 2018-03-24.