PLN Nusantara Power Construction
PT PLN Nusantara Power Construction atau biasa disingkat menjadi PLN NPC, adalah anak usaha dari PLN Nusantara Power yang bergerak di bidang EPC fasilitas ketenagalistrikan.[3][4]
Sebelumnya | PT Delta Rekadaya Mandiri (2000-2003) PT Rekadaya Elektrika (2003-2024) |
---|---|
Perseroan terbatas | |
Industri | Konstruksi |
Didirikan | 20 Oktober 2000 |
Kantor pusat | Jakarta Selatan, DKI Jakarta |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Djarot Hutabri[1] (Direktur Utama) Octavianus Duha[2] (Komisaris Utama) Abdul Haris[1] (Direktur Bisnis II) |
Jasa |
|
Pendapatan | Rp 1,206 triliun (2022)[3] |
Rp 13,61 milyar (2022)[3] | |
Rp 11,357 milyar (2022)[3] | |
Total aset | Rp 1,911 triliun (2022)[3] |
Total ekuitas | Rp 637,654 milyar (2022)[3] |
Pemilik | PT PLN Nusantara Power (99%) PT Rekayasa Industri (0,96%) YPK PLN (0,05%) |
Karyawan | 363 (2022)[3] |
Anak usaha | PT Prima Power Nusantara |
Situs web | www |
Sejarah
suntingPerusahaan ini didirikan pada bulan Oktober 2000 dengan nama PT Delta Rekadaya Mandiri untuk berbisnis di bidang EPC fasilitas ketenagalistrikan. Pada bulan September 2003, seluruh saham perusahaan ini diambil alih oleh PT Pembangkitan Jawa Bali, PT Indonesia Power, PT PLN Batam, PT Rekayasa Industri, dan Yayasan Pendidikan & Kesejahteraan PLN. Nama perusahaan ini kemudian diubah menjadi PT Rekadaya Elektrika. Pada tahun 2008, perusahaan ini mendapat kontrak untuk membangun empat PLTU dengan nilai kontrak mencapai US$ 74,4 juta, yakni PLTU Kendari berkapasitas 2x10 MW, PLTU Tanjung Balai Karimun berkapasitas 2x7 MW, PLTU Ende berkapasitas 2x7 MW, dan PLTU Tidore berkapasitas 2x7 MW.[5]
Pada bulan Februari 2013, perusahaan ini mendapat kontrak untuk membangun PLTU Timika berkapasitas 4x7 MW.[6] Pada tahun 2014, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan PLTP Ulumbu Unit 1 dan Unit 2. Pada bulan Desember 2009, perusahaan ini mendirikan PT Rekadaya Elektrika Consult untuk berbisnis di bidang konsultansi ketenagalistrikan. Pada bulan Februari 2014, Indonesia Power dan PLN Batam melepas saham perusahaan ini yang mereka pegang ke Pembangkitan Jawa Bali. Pada bulan September 2019, perusahaan ini berhasil menyelesaikan pembangunan jaringan transmisi listrik sepanjang 192,7 kilometer dari PLTP Muara Laboh hingga GITET Sungai Rumbai di Sumatera Barat.[7]
Pada tahun 2020, perusahaan ini menyelesaikan pembangunan PLTU Gorontalo Unit 1 dan Unit 2. Pada tahun 2022, perusahaan ini mendivestasi mayoritas saham PT Rekadaya Elektrika Consult ke PT PLN Enjiniring dan mengakuisisi mayoritas saham PT Prima Power Nusantara yang dipegang oleh PT PLN Enjiniring.[3][4] Pada bulan Agustus 2023, perusahaan ini mendapat kontrak dari PLN Batam untuk membangun PLTMG Sekupang berkapasitas 50 MW.[8] Pada tahun 2024, nama perusahaan ini diubah menjadi seperti sekarang.
Referensi
sunting- ^ a b c "Dewan Direksi". PT PLN Nusantara Power Construction. Diakses tanggal 15 November 2023.
- ^ "Dewan Komisaris". PT PLN Nusantara Power Construction. Diakses tanggal 15 November 2023.
- ^ a b c d e f g h "Laporan Tahunan 2022" (PDF). PT PLN Nusantara Power Construction. Diakses tanggal 15 November 2023.
- ^ a b "Sekilas Perusahaan". PT PLN Nusantara Power Construction. Diakses tanggal 15 November 2023.
- ^ "Rekadaya Elektrika Garap Pembangkit Listrik US$ 74,4 Juta". Detikcom. 18 Mei 2008. Diakses tanggal 5 Februari 2024.
- ^ Tantan, Hidayat (6 Maret 2013). "Rekadaya Elektrika Bangun PLTU Merah Putih di Timika". Dunia Energi. Diakses tanggal 5 Februari 2024.
- ^ Laoli, Noverius (6 September 2019). "Rekadaya Elektrika tuntaskan pembangunan transmisi 150 kilovolt dalam 15 bulan". Kontan. Diakses tanggal 5 Februari 2024.
- ^ Rahman, Ali (7 September 2023). "Rekadaya Elektrika Bangun Pembangkit Ramah Lingkungan 50 MW di Batam". Indopos. Diakses tanggal 5 Februari 2024.