Pacinan, Balerejo, Madiun

desa di Kabupaten Madiun, Jawa Timur


Pacinan adalah desa di kecamatan Balerejo, Madiun, Jawa Timur, Indonesia.

Pacinan
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenMadiun
KecamatanBalerejo
Kode Kemendagri35.19.10.2015 Edit nilai pada Wikidata
Peta
PetaKoordinat: 7°30′42″S 111°35′40″E / 7.51167°S 111.59444°E / -7.51167; 111.59444


Budaya

sunting

Pra Nikah

sunting
  • Pria: Tidak ada ritual khusus untuk pria pada pra nikah.
  • Wanita: dipingit selama 35 hari. Melakukan luluran mangir yang terbuat dari bahan-bahan yang dibuat sendiri oleh nenek selama 5 hari sebelum menikah.

Pada pengantin wanita diadakan siraman,widodaren satu hari sebelum acara akad nikah dan temu temanten.

Acara resepsi temanten di selenggarakan selama tiga hari, yaitu:

  • Hari yang pertama di namakan mageri. Dalam acara mageri ini di lakukan upacara mempagari area resepsi. Orang yang punya rumah di suruh mengelilingi rimah sambil membawa kendi yang berisi air yang sudah di beri mantra atau doa oleh sesepuh desa sambil di kucurkan ketanah sampai habis dan tidak boleh putus serta harus sampai tempat awal memulai mengucurkan air tersebut, dimaksudkan supaya roh-roh halus tidak akan mengganggu acara tersebut.
  • Hari yang kedua dinamakan adang uduk. yaitu di mana hari tersebut ada selamatan yang nasinya nasi uduk. Dan malam tepat jam 12 diadakan bubakan(khusus untuk anak pertama dan terakhir) ada yang harus di siapkan yaitu daringan kebak( cok bakal,beras lama,jagung pipilan,palawija)acara yang dilakukan menggendong daringan kebak,lalu di buka waktu akan diadakan wedak ripih. Ada acara wedak ripih. Dalam wedak ripih ini nasi untuk manten yang akan di makan manten pada waktu temu itu dikeluarkan bersamaan dengan barisan yang mengiring. Depan sendiri seorang yang membawa ublik(lampu yang terbuat dari sumbu kompor dengan botol kecil berbahan minyak gas),urutan ke dua membawa kendi,barisan ke tiga membawa bedak dan uang sebagai tebusan, barisan ketiga orang yang membawa nasi manten, barisan keempat orang yang membawa pisang satu tangkep yang ujungnya di beri lombok,barisan kelima orang yang membawa jadah 7 warna,barisan terakhir orang yang membawa panggang ayam. Barisan tersebut keluar dari dapur harus berjoget di iringi dengan gamelan jawa mengelilingi meja yang di letakkan di tengah rumah depan. Lalu setelah selesai berjoget setiap orang yang membawa tersebut di kasih uang sebagai saksi dan di beri bedak pada lehernya. Dan kembalinya juga harus berbaris seperti pada berangkatnya dan sambil berjoget pula.
  • Hari yang ketiga yaitu temu.acara inti dari resepsi temanten terletak pada hari ketiga ini.pada akhir acara ini sebagai penutup upacara adat temu di lakukan acara pandum pangan(jika mantu terakhir),yaitu membagi sesuatu sebagai simbol bahwa setiap anak mempunyai bagian yang sama rata. Isinya yaitu beras,kelapa,ayam.

Tradisinya setiap mengadakan resepsi pernikahan pasti ada sajen. Sajen terdiri dari: beras,kelapa, gula, lepet,metmet,takir/COK BAKAL(uang logam,sisir,kaca,miri,bawang merah,bawang putih,lombok merah, bunga sekaran),rokok,itik. Selain itu juga ada pancen yang berbentuk makanan yaitu nasi,lauk,apem,pisang, kopi,diberi ublik. Setelah acara resepsi temu temanten keesokanya pasti membuat suatu makanan,yaitu jenang susum yang di bagikan rata kepada seluruh orang yang bantu-bantu. Dengan maksud supaya yang ikut membantu atau istilahnya mladen tidak merasa pegal-pegal atau capek.

Ada sebuah mitos pada saat wanita/istri hamil bagi laki-laki/suami ada beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan, di antaranya:

  • 1. Menebang pohon pisang
  • 2. Memaku
  • 3. Menyembelih/menyiksa hewan
  • 4. Mencukur rambut
  • 5. Tidak boleh mancing ikan

Bila hal tersebut dilakukan akan berakibat sesuatu terhadap bayinya tersebut. Ada lagi jika istri sedang nyidam suami harus memenuhi keinginan yang ingikan istri.Yang katanya adalah permintaan dari si jabang bayi. Jika permintaan tersebut tidak terpenuhi akan mengakibatkan anaknya “ ngiler “.

Adat yang ada pada saat hamil itu

  • 1. Ngaturi (selamatan kalau akan mempunyai anak)biasanya dilakukan pada saat weton ibu.
  • 2. 6 bulanan atau tingkepan.suatu yang khas dari selamatan atau syukuran pada 7 bulanan ini adalah rujak yang terbuat dari berbagai macam buah dan da rempah-rempahan yang laen. Bersamaan dengan ini juga ada hidangan namanya sego rogoh yang di taruh di kendil,jenang procot(terbuat dari tepung seperti jenang susum),sego takir(nasi di taruh di takir di beri janur yang di beri jarum),sego gurih( nasi uduk ),sego golong ( nasi di bentuk bulat-bulat) berjumlah 7,cumlung waloh(labu di lubangi tengahnya lalu di isi air gula merah.

Ada suatu adat yang masih dilakukan sampai sekarang yaitu acara memecah kelapa. Dilakukan pada kehamilan usia 7 bulanan. Setelah perempuan melakukan siraman lalu laki-laki membelah kelapa yang sudah di gambari pada kedua sisinya. Gambar tersebut yaitu gambar tokoh wayang dewi kunti dan janoko. Maksudnya supayua jika lahir kelak dapat meniru sifat terpuji dari tokoh wayang tersebut. Ada suatu tanda dalam membelah kelapa, yaitu jika membelahnya tepat di bagian tengah berarti kelak anaknya berjenus kelamin laki-laki. Sebaliknya jika tidak tepat di tengah maka anaknya adalah perempuan.memecahnya pun harus di teras rumah sebelah kanan.

Bersalin

sunting

Saat bersalin keluarga menyiapkan maron kecil (seperti pot terbuat dari tanah) yang digunakan sebagai wadah ari-ari yang sudah di bersihkan dan di tutupi dengan kertas yang di beri tulisan yang dimaksudkan supaya kelak menjadi pintar. Setelah bayi keluar sang bapak mang’adzani dan mengkhomati telinga bayi. Ari-ari yang sudah bersih lalu di tanam di depan ato di dalam rumah lalu di beri pagaran. Di atasnya di taburi bunga dan di beri lampu/ublik. Di rumah di adakan selamatan yang di beri nama brokohan. Biasanya yang menghadiri selamatan pada umumnya adalah laki-laki tetapi untuk selamatan ini wajib perempuan.

Nifas dan Menyusui

sunting

Saat ibu nifas dan menyusui ibu diwajibkan mamakai centing, tidur dengan di beri sandaran belakangnya. Selain itu ibu tersebut harus meminum jamu yang di ramu sendiri oleh neneknya, agar tubuhnya cepat kembali seperti sediakala dan asinya lancar. Dan di suruh makan kulup daun pepaya.

Adat peringatan yang sering di lakukan pada bayi, yaitu: Selamatan yang diadakan untuk:

  • 1. Sepasar (pemberian nama)
  • 2. 35 hari/selapan ( potong rambut). Pada usia ini bayi di kirapkan atau di dolankan kerumah neneknya.
  • 3. 3 lapan
  • 4. 7 lapan( turun tanah)
  • 5. 1 tahun

Setiap selamatan peringatan tersebut selalu di buatkan mbel-mbel.