Pagerwojo, Perak, Jombang
Pagerwojo adalah sebuah desa di wilayah Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang, Provinsi Jawa Timur.
Pagerwojo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Timur | ||||
Kabupaten | Jombang | ||||
Kecamatan | Perak | ||||
Kode pos | 61461 | ||||
Kode Kemendagri | 35.17.01.2004 | ||||
Luas | ... km² | ||||
Jumlah penduduk | ... jiwa | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Tradisi dan Budaya
Pada umumnya, Desa di Indonesia memiliki nilai lokal berupa tradisi dan budaya yang unik. Desa pagerwojo Perak Jombang juga memiliki beberapa tradisi dan budaya termasuk didalamnya adalah mitos yang dikaitkan dengan kejadian masa lalu. Beberapa budaya dan tradisi di Desa pagerwojo perak Jombang diantaranya:
1. Nyadranan. Nyadranan merupakan tradisi di Desa Pagerwojo perak jombang yang dilaksanakan satu tahun sekali. Acara ini diselenggarakan dalam rangka selamatan Desa. Nyadranan dilakukan sebagai ungkapan rasa Syukur atas nikmat, dan limpahan Risqi, kesehatan dari yang maha kuasa.
Nyadranan di Desa Pagerwojo dilaksanakan pada hari Jumat Pahing dalam bulan Selo (bulan setelah syawal – hari raya idul fitri). Acara ini dilaksanakan pada Pagi hari sebelum sholat jumat digelar. Hampir seluruh warga desa (laki-laki) akan datang ke Masjid dengan membawa Berkat (seperangkat Nasi dan lauk pauk). Masyarakat akan saling bertukar berkat tersebut, sebagian dimakan ditempat, sebagian lagi dibawa pulang selepas acara dilaksanakan.
Nyadranan dikemas dengan acara doa bersama. Acara diawali dengan pembukaan oleh pengurus atau takmir Masjid. Berikutnya adalah sambutan-sambutan, kepala desa, takmir atau sesepuh. Kemudian dilanjutkan dengan membaca Tahlil (kirim Doa) dan diakhiri dengan Doa bersama. Acara pun selesai, dan warga membubarkan diri.
2. Mitos Larangan berjualan Nasi. Bagi warga asli Desa pagerwojo dimanapun berada menurut kepercayaan setempat tidak boleh berjualan Nasi. Menurut penuturan sesepuh desa, hal ini dikarenakan pada jaman dulu, ada seorang wali yang mengatakan kepada Masyarakat, bahwa nasi bukan untuk dijual, melainkan untuk dikasihkan kepada orang yang kelaparan. Mitos ini masih diyakini hingga sekrang (2022). Beberapa dampak dari melanggar mitos ini adalah usahanya bangkrut, sakit sakitan hingga meninggal dunia.
3. Masjid Tiban (ada dengan sendirinya), Masjid Desa pagerwojo “Masjid Sayyid Abdurrahman” diyakini sebagai masjid tiban atau ada dengan sendirinya. Hal ini erat sekali kaitannya dengan makam sepuh dibelakang masjid yang dikenal sebagai makam Sayyid Abdurrahman. Belum ada sumber secara pasti yang menyebutkan asal usul Mbah Sayyid Abdurrahman ini. Namun versi yang banyak diyakini warga setempat adalah beliau adalah cucu sunan Gunug jati, saudara dari Sayyid Sulaiman Betek MojoAgung Jombang.
4. Macan Kopek istilah macan Kopek ini menggambarkan Khodam yang berupa Macan yang sangat besar, telinganya panjang hingga ketika berjalan dan menggelengkan kepalanya terdengar suara pek kopek hingga warga setempat menyebutnya sebagai macan kopek. Macan ini diyakini sebagai khodam atau penunggu dari makam Sayyid Abdurrahman
5. Genuk (Tempat air – untuk wudhu) didepan masjid Pagerwojo berpindah tempat ke tetangga desa. Dahulu di depan Masjid Sayyid Abdurrahman ini terdapat dua Genuk. Entah tahun berapa, tiba tiba yang satu hilang dengan sendirinya, dan diyakini berpindah ke tetangga desa yang sekarang disebut desa Ploso Genuk.