Pagoda Kuda Putih (Dunhuang)
40°07′50.85″N 94°38′54.79″E / 40.1307917°N 94.6485528°E
Pagoda Kuda Putih (Dunhuang) | |
---|---|
Agama | |
Afiliasi | Buddhisme Mahayana |
Lokasi | |
Lokasi | Dunhuang, Provinsi Gansu, Tiongkok |
Negara | Tiongkok |
Arsitektur | |
Rampung | sekitar tahun 384 M |
Pagoda Kuda Putih atau Pagoda Baima (Hanzi sederhana: 白马寺; Hanzi tradisional: 白馬寺; Pinyin: Báimǎ Sì, Wade-Giles: Paima szu), di Dunhuang, Gansu, Tiongkok, adalah pagoda yang dibangun untuk memperingati Tianliu, kuda putih biarawan Buddhis Kumārajīva, yang membawa kitab suci Buddhis sepanjang perjalanan dari Kucha ke Dunhuang di Tiongkok sekitar tahun 384 M.[1]
Pagoda ini terletak sekitar 2 km barat daya pusat kota Dunhuang. Ia diperbaiki pada zaman Daoguang (1821-1851) dan lagi pada tahun 1992. Pagoda ini memiliki ketinggian 12 meter (39 kaki) dan diameter 7 meter (23 kaki) dan keseluruhan terdiri 9 tingkat. Eksteriornya dibangun dari batu bata mentah dan diisi rumput dan lumpur yang dicampur dengan kapur. Pondasinya berbentuk roda berjari-jari delapan, tingkat ke-11 memiliki empat sisi, sementara tingkat 2 sampai 4 memiliki sudut lipat, tingkat ke-5 dihiasi dengan teratai terbalik, tingkat ke-6 berbentuk mangkuk terbalik, tingkat ke-7 berbentuk roda, sedangkan tingkat ke-8 memiliki pelat heksagonal di bagian atas pagoda dengan lonceng angin besar yang tergantung di setiap sudut.[1] Di atasnya ada tiga bola logam yang ditutup oleh trisula. Masyarakat setempat mengatakan bahwa bunyi loncengnya merupakan gema dari ringkikan kuda itu.
Sejarah
suntingKumārajīva, seorang biarawan dan penerjemah yang dihormati, lahir di negara kota oasis Kucha, anak dari seorang putri Kucha dan Brahmin Kashmiri.[1] Kudanya menemukan jalan melalui pegunungan tinggi, melintasi sungai yang mengamuk, dan perairan bila dibutuhkan.
Menurut legenda, ketika Kumārajīva tiba di kota kuno Shazhou (Dunhuang), dia singgah selama beberapa hari di Kuil Puguang untuk mengajarkan kitab suci. Tepat sebelum dia pergi, Tianliu sakit dan meninggal tak lama setelahnya. Dia hancur oleh kematian temannya yang setia dan membangun pagoda sembilan tingkat yang unik ini yang berisi relik Buddha:[1]
"Kumārajīva sangat sedih. Dia mendirikan sebuah altar untuk kuda putih tersebut dan melakukan ritual Buddhis di atasnya selama sembilan hari. Di halaman Kuil Puguang dia membangun Pagoda Kuda Putih."[2]
Sutra Intan (bahasa Sanskerta: Vajracchdikāprajñāpāramitāsūtra), salah satu kitab suci yang dibawa Kumārajīva ke Tiongkok, pertama kali diterjemahkan olehnya ke dalam bahasa Tionghoa pada tahun 402.[3] Ia menjadi "versi sutra tersebut yang paling banyak dibaca, dilantunkan, dan disalin di Tiongkok, terlepas dari fakta bahwa terjemahan-terjemahan selanjutnya dibuat oleh beberapa orang lainnya, termasuk biarawan peziarah Xuanzang." Sebuah salinan cetak sutra ini, ditemukan di Gua Mogao dekat Dunhuang pada tahun 1910, berasal dari tahun 868 M, menjadikannya buku cetak tertua di dunia.[4] Kitab tersebut belum lama ini dipugar di Perpustakaan Britania, sebuah proses sulit yang memakan waktu tujuh tahun.[5][6]
Catatan kaki
suntingReferensi
sunting- Du and Wang (2005): Dunhuang & Silk Road. Compiled by: Du Doucheng and Wang Shuqing. Sea Sky Publishing House, Shenzen, China, p. 52.
- van Schaik (2011–12): "The Diamond Sutra: History and Transmission. Sam van Schaik. IDP News, No. 38, Winter 2011-12. ISSN 1354-5914, pp. 2-3.
- Wood and Barnard (2010): The Diamond Sutra: The Story of the World's Earliest Printed Book. Francis Wood and Mark Barnard. British Library. ISBN 978-0-7123-5090-7.
- Wood and Barnard (2011-12): "Restoration of the Diamond Sutra." Francis Wood and Mark Barnard. IDP News, No. 38, Winter 2011-12. ISSN 1354-5914, pp. 4–5.