Pajanan atau paparan (bahasa Inggris: exposure) adalah istilah dalam fotografi yang mengacu kepada banyaknya cahaya yang jatuh ke medium (film atau pengindra gambar) dalam proses pengambilan foto.

Foto dengan waktu pencahayaan 25 detik
Foto laut sebelum matahari terbit dengan waktu pencahayaan 30 detik. Perhatikan air yang buram.

Untuk membantu juru foto mendapatkan latar paling tepat untuk pajanan, digunakan pengukur cahaya. Pengukur cahaya, yang biasanya sudah ada di dalam kamera, akan mengukur intensitas cahaya yang masuk ke dalam kamera. Sehingga didapat pajanan normal.

Hal-hal yang mempengaruhi pajanan

sunting

Pajanan dipengaruhi oleh tujuh hal, yaitu:

  1. Jenis dan intensitas sumber cahaya
  2. Tanggapan benda terhadap cahaya
  3. Jarak kamera dengan benda
  4. Kecepatan rana.
  5. Bukaan.
  6. Ukuran ISO/ASA film yang digunakan.
  7. Penggunaan penapis tertentu.

Pengaruh tingkat pajanan

sunting

Tingkat pajanan akan memengaruhi tingkat keterangan foto secara keseluruhan.

Selain itu, tanggapan tiap benda di dalam satu karya fotografi akan berbeda, sehingga dengan pengolahan yang tepat juru foto bisa mengatur emphasis yang dihasilkan.

Pajanan tidak normal

sunting

Ada dua jenis pajanan tidak normal yang sering ditemui di dalam karya fotografi, yaitu over-exposure dan under-exposure.

Overexposure adalah keadaan foto yang dipajan lebih lama dari yang diinstruksikan lightmeter atau subjek yang ditangkap lebih terang dari sebenarnya. Sementara under exposure adalah keadaan sebaliknya.

Tidak ada ukuran benar atau salah untuk penentuan pajanan. Seluruhnya tergantung tingkat emphasis dan hasil foto yang diinginkan juru foto.

Nilai Pajanan

sunting

Seperti kita ketahui bahwa cahaya luar akan diteruskan oleh lensa menuju ke atas fokus datar. Dalam perjalanannya, cahaya tersebut melewati rintangan-rintangan optik sepanjang jajaran lensa dan sebagian darinya akan diredam (karena tidak mempunyai amplitudo/intensitas yang cukup signifikan), atau terpantul oleh permukaan tiap-tiap jajaran lensa hingga memengaruhi ketepatam warna pada hasil foto akhir, menimbulkan efek suar atau ghosting artifact/buram gerak; sebagai akibat dari sifat lensa yang meneruskan, membiaskan, meredam, memantulkan cahaya.

Ini berarti bahwa, walaupun lensa-lensa komersial telah ditera berdasarkan standar CCI (Colour Contribution Index) yang ditetapkan oleh IOS (International Organization for Standardization), penggunaan bahan gelas/kaca yang berbeda untuk tiap-tiap lensa beserta jenis salutan yang dipakai akan berpengaruh pada lebar spektrum dan intensitas cahaya yang sampai ke permukaan fokus datar.

Pada sekitar tahun 1950, konsep mengenai nilai pajanan dikembangkan di Jerman untuk menyederhanakan pengukuran cahaya yang jatuh ke atas fokus datar dengan menghilangkan parameter lensa untuk menakrifkan nilai pajanan yang mutlak menjadi relatif.

Nilai pajanan mutlak menurut standar fotometri ditakrifkan sebagai daya pendar (bukan intensitas) cahaya yang terjadi di atas fokus datar pada rentang waktu tertentu, di rumus: [1]

 

di mana:

  •   adalah nilai pajanan/luminous exposure (lux detik)
  •   adalah tingkat iluminasi pada fokus datar (lux)
  •   adalah rentang waktu iluminasi (detik)

Nilai pajanan relatif yang lebih sering dipakai dalam fotografi ditakrifkan dari parameter kamera yang berpengaruh terhadap tingkat iluminasi pada fokus datar, yaitu tingkapan dan kecepatan rana. Rumus yang digunakan adalah:

 

di mana:

  •   adalah nilai pajanan (stop)
  •   adalah nilai aperture (f-number)
  •   adalah nilai shutter speed/rentang waktu iluminasi (detik)

Nilai pajanan serupa menurut proposal standar sistem APEX (Additive system of Photographic Exposure) dari ASA (American Standards Association) adalah penyederhanaan perumusan logaritmik di atas menjadi aritmatik:

 

di mana: Av (nilai tingkapan) and Tv (nilai rentang waktu iluminasi) ditakrifkan:

   

dan

   

dengan

  • A adalah nilai aperture (f-number)
  • T adalah rentang waktu iluminasi/shutter speed (detik)
  • Ev adalah nilai pajanan (stop)
  • Av adalah nilai f-stop (stop)
  • Tv adalah nilai shutter-stop (stop)

Tabel kesetaraan nilai pajanan relatif adalah:

Table 1. Exposure times, in seconds,* for various exposure values and f-numbers
EV f-number
1.0 1.4 2.0 2.8 4.0 5.6 8.0 11 16 22 32 45 64
−6 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m 1024 m 2048 m 4096 m
−5 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m 1024 m 2048 m
−4 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m 1024 m
−3 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m 512 m
−2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m 256 m
−1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m 128 m
0 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m 64 m
1 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m 32 m
2 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m 16 m
3 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m 8 m
4 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m 4 m
5 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60 2 m
6 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30 60
7 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15 30
8 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8 15
9 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4 8
10 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2 4
11 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1 2
12 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2 1
13 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4 1/2
14 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8 1/4
15 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15 1/8
16 1/8000 1/4000 1/2000 1/1000 1/500 1/250 1/125 1/60 1/30 1/15

*Akhiran ‘m’ menunjukkan rentang iluminasi dalam menit.

Dengan demikian, sebagai contoh: nilai pajanan 3 stop pada ISO 100 tidak menunjukkan tingkat iluminasi yang sama dengan nilai pajanan 3 stop pada ISO 400. Korelasi antara nilai pajanan dengan ISO dirumuskan:

 

Sebagai contoh, nilai pajanan pada ISO 400 adalah 2 stop lebih besar daripada pada ISO 100:

 

atau nilai pajanan pada ISO 50 adalah 1 stop lebih kecil daripada ISO 100:

 

Nilai pajanan yang menunjukkan tingkat iluminasi, baik mutlak maupun relatif, tidak mewakili tingkat keterlihatan pada akhir foto, sehingga pada kamera biasanya dilengkapi dengan exposure meter indicator yang berfungsi sebagai panduan untuk menentukan mid-tone pada setiap latar ISO dari tiap-tiap area metering, misalnya: spot, matrix, dll.

Exposure bracketing

sunting
 
Kecepatan rana cepat, pajanan singkat
 
Kecepatan rana lambat, pajanan lama

Definisi f-stop sesuai rumus di atas adalah nilai logaritmik dari f-number namun sering kita jumpai penyebutan f-stop dengan penggunaan nilai f-number, yang lebih populer daripada penyebutan shutter stop dengan penggunaan nilai shutter speed. Penyebutan f-stop tersebut dimaksudkan untuk teknik exposure bracketing dengan f-number yang disebutkan dan nilai rana diragamkan pada area mid-tone untuk menghasilkan nilai pajanan relatif, misalnya -4ev, -2ev, 0ev, +2ev, +4ev. Penggunaan bracketing semacam ini populer pada fotografi HDR untuk menghindari ghosting artifact akibat perbedaan DOF (depth of field) dari beberapa nilai f-number.

Exposure bracketing juga dapat dilakukan dengan menaikkan shutter 1 stop dan menurunkan f-number 1 stop untuk mendapatkan nilai pajanan yang sama. Hasil foto untuk bracketing semacam ini dapat menimbulkan buram gerak akibat perbedaan penggunaan kecepatan rana, seperti yang tampak pada gambar di samping.

Pajanan sebagai tingkat keterlihatan

sunting

Tingkat iluminasi yang terjadi di atas fokus datar, walaupun bernilai sama, dapat menghasilkan foto dengan efek pencahayaan yang berbeda-beda menurut ISO rating yang digunakan. Dalam bahasa Inggris, pajanan semacam ini tidak disebut sebagai exposure, melainkan sebagai imposure atau dynamic range atau light value atau bright value atau level of exposure. Keadaan tingkat keterlihatan rendah disebut under-imposed, yang dapat terjadi karena over-exposed atau under-exposed.

Referensi

sunting
  1. ^ Geoffrey G. Attridge (2000). "Sensitometry". Dalam Ralph E. Jacobson, Sidney F. Ray, Geoffrey G. Attridge, and Norman R. Axford. The Manual of Photography: Photographic and Digital Imaging (edisi ke-9th). Oxford: Focal Press. hlm. 218–223. ISBN 0-240-51574-9. 

Lihat pula

sunting

Pajanan lama