Panggil Aku King
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Desember 2022. |
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Panggil Aku King adalah judul buku kisah perjalanan hidup Liem Swie King, legenda bulu tangkis Indonesia yang pernah merajai berbagai turnamen internasional pada tahun 1970-an dan 1980-an. Buku "Panggil Aku King" ditulis oleh Robert Adhi Ksp, wartawan Harian Kompas dalam waktu tiga bulan, dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas (PBK).
Pengarang | Robert Adhi Ksp |
---|---|
Negara | Indonesia |
Bahasa | Indonesia |
Genre | Autobiografi, Memoar |
Penerbit | Kompas Gramedia |
Tanggal terbit | Juni 2009 |
ISBN | ISBN 9789797094128 Invalid ISBN |
Buku "Panggil Aku King" yang beredar pertengahan Juni 2009, langsung mengalami cetak ulang kedua, hanya dalam waktu dua minggu. Buku ini diluncurkan resmi pada Jumat 19 Juni 2009 di BII Plaza, Jalan MH Thamrin, Jakarta, digelar oleh Eka Tjipta Foundation.
Isi Buku
suntingBuku ini memuat sejumlah kisah Liem Swie King yang belum pernah dimuat di media massa dan pernah dimuat. Beberapa di antaranya adalah bagaimana King yang lahir di kota Kudus, kota kecil di pantai utara Jawa Tengah, pergi ke sekolah tanpa mengenakan alas kaki. Buku ini juga mengungkapkan kisah awal mula King memegang raket papan dan bagaimana King dilatih oleh pemilik klub PB Djarum, Robert Budi Hartono.
Buku ini mengisahkan perjuangan King muda, bagaimana dia harus naik rakit dari Demak ke Semarang karena jalur pantai utara Jawa Tengah terputus akibat dilanda banjir besar. Kisah ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan King waktu itu karena dia tidak ingin terlambat lagi masuk Pelatnas di Jakarta.
Salah satu cerita menarik dari buku ini adalah cerita King dalam final All England 1976 dari Rudy Hartono.
Dalam buku "Panggil Aku King" juga diungkapkan mengapa King sampai terlambat bangun saat SEA Games 1979 di Jakarta sampai akhirnya dia harus menerima hukuman skorsing dari PB PBSI.
King saat ini hidup bahagia bersama istri dan tiga anaknya. King menjadi sosok ayah ideal bagi ketiga anaknya, Alex, Stephanie, dan Michelle.
Buku ini sarat dengan pesan-pesan yang dapat memotivasi dan memberi inspirasi bagi anak-anak muda.