Pasia, Ampek Angkek, Agam

nagari di Kabupaten Agam, Sumatera Barat
(Dialihkan dari Pasia, IV Angkek, Agam)


Pasia adalah nagari di kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Indonesia. Nagari ini merupakan lokasi bagi dua pondok pesantren yang cukup terkenal di Agam, yaitu Madrasah Tarbiyah Islamiyah Pasia dan Pondok Pesantren Modern Diniyyah Pasia.[butuh rujukan]

Pasia
MTI Diniyyah Pasia
Negara Indonesia
ProvinsiSumatera Barat
KabupatenAgam
KecamatanAmpek Angkek
Kodepos
26191
Kode Kemendagri13.06.07.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas- km²
Jumlah penduduk- jiwa
Peta
PetaKoordinat: 0°18′36.000″S 100°24′50.400″E / 0.31000000°S 100.41400000°E / -0.31000000; 100.41400000

Sejarah

sunting

Nagari Pasia terbentuk secara resmi pada tanggal 23 Agustus 1946. Penetapan terbentuknya Nagari Pasia sebagai nagari dituliskan dalam sepucuk surat Pemerintahan Kota Bukittinggi, tanggal 10 September 1946, No. S.B.I 3-2. Dalam surat tersebut dinyatakan bahwa Pasia ditetapkan sebagai nagari terhitung sejak rapat Eksekutif Pemerintah Kota Bukittinggi tanggal 23 Agustus 1946. Surat tersebut ditembuskan kepada Wali Nagari Batoe Tebal dan Wali Nagari Ampang Gadang. Setelah itu, Pasia yang ditetapkan sebagai nagari, tidak lagi berada di dalam wilayah Nagari Batoe Tebal dan Ampang Gadang.

Dalam masa 1946 sampai 1962, Nagari Pasia berjalan dengan pemerintahan tersendiri. Dimana pada tanggal 8 Desember 1962, Gubernur sebagai Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Barat menerbitkan Surat Keputusan mengukuhkan Nagari Pasia sebagai salah satu nagari di Sumatera Barat. Surat Keputusan tersebut sebelumnya sudah dicatatkan dalam Peperda Sumbar, 7 April 1962, No. Prp-Peperda/01/4/1962.

Pada 28 Mei 1963, dilakukan pelantikan Kepala Nagari Pasia yakni Djabir Chatib, langsung oleh Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Barat Kaharuddin Dt. Rangkayo Basa. Sejarah mencatat, satu-satunya Kepala Nagari yang dilantik oleh Gubernur adalah Kepala Nagari Pasia.[butuh rujukan]

Dari sisi sejarah masyarakatnya dan penamaan Pasia, menurut kisah yang disampaikan secara turun-temurun, nama Pasia berasal dari kondisi alamnya. Di mana orang yang mula-mula datang ke Pasia melihat banyaknya tumpukan pasia (bahasa Indonesia: pasir).[butuh rujukan] Kondisi adanya tumpukan pasir tersebut diperkirakan sebelumnya ada banjir besar dari gunung Marapi. Kapan tepatnya orang pertama datang ke Pasia tidak diketahui waktu dan tahunnya secara pasti. Dalam catatan buku tambo Kelarasan Ampek Angkek yang ditulis Sjafei St. Radjo Lelo, bertanggal Soerau Kamba 29 Mei 1922, masyarakat Pasia awalnya merupakan penyebaran penduduk dari Ampang Gadang dan Batu Taba. Penduduk Ampang Gadang dan Batu Taba yang ada di Pasia pada masa itu merupakan anak-kemenakan dari pasukuan yang berasal dari Balaigurah. Artinya, masyarakat Pasia pada masa itu, tidak langsung dari Balaigurah.

Pasukuan

sunting

Anak-kemenakan pasukuan-pasukuan yang datang ke Pasia lebih dikenal dengan sebutan limo ka ateh dari Ampang Gadang dan limo ka bawah dari Batu Taba.

Pasukuan limo ka ateh dari Ampang Gadang adalah: Koto, Guci, Tanjung, Sikumbang dan Jambak. Sementara pasukuan limo ka bawah dari Batu Taba adalah: Koto, Piliang, Guci, Tanjung dan Sikumbang. Sampai sekarang, keenam pasukuan tersebut ada di Nagari Pasia.

Geografi

sunting

Berikut adalah batas-batas nagari Pasia:

Utara Nagari Ampang Gadang
Timur Nagari Balai Gurah
Selatan Nagari Batutaba
Barat Kota Bukittinggi

Administrasi

sunting

Jorong

sunting

Nagari Pasia terdiri dari tiga jorong dengan uraian sebagai berikut:

  1. Jorong Pincuran Tujuah
  2. Jorong Cibuak Ameh
  3. Jorong Surau Langga

Pranala luar

sunting