Paul Nobuo Tatsuguchi

dokter bedah dalam Angkatan Darat Kekaisaran Jepang

Paul Nobuo Tatsuguchi (辰口 信夫, Tatsuguchi Nobuo, 31 Agustus 1911 – 30 Mei 1943) atau kadang-kadang keliru disebut Nebu Tatsuguchi adalah seorang ahli bedah di Angkatan Darat Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II. Ia tewas dalam Pertempuran Attu di Pulau Attu, Alaska pada 30 Mei 1943.

Paul Nobuo Tatsuguchi
Tatsuguchi setelah diterima di Angkatan Darat Kekaisaran Jepang pada tahun 1941 dan penugasan pertamanya di Resimen Pertama Penjaga Istana di Tokyo.
Lahir(1911-08-31)31 Agustus 1911
Hiroshima, Jepang
Meninggal30 Mei 1943(1943-05-30) (umur 31)
Attu, Kepulauan Aleut
PengabdianJepang Kekaisaran Jepang
Dinas/cabang Angkatan Darat Kekaisaran Jepang
PangkatSersan mayor
Perang/pertempuranPerang Dunia II
Pertempuran Attu

Tatsuguchi adalah penganut Gereja Advent Hari Ketujuh yang taat. Ia belajar kedokteran dan memperoleh izin praktik sebagai dokter di Amerika Serikat. Namun ia kembali ke Jepang negeri asalnya untuk berpraktik sebagai dokter di Sanatorium Advent Tokyo, tempatnya menerima pelatihan medis tingkat lanjut. Pada 1941, ia diperintahkan untuk menghentikan praktik dokter dan masuk wajib militer Angkatan Darat Kekaisaran Jepang sebagai penjabat perwira medis. Pada akhir 1942 atau awal 1943, Tatsuguchi dikirim ke Pulau Attu yang telah diduduki tentara Jepang sejak Oktober 1942. Angkatan Darat Amerika Serikat mendarat di Pulau Attu pada 11 Mei 1943 dengan maksud merebutnya kembali dari tangan Jepang.

Selama berlangsungnya pertempuran, Tatsuguchi mencatat semua peristiwa pertempuran dalam buku hariannya, termasuk perjuangannya merawat korban luka di rumah sakit lapangan. Ia terbunuh pada hari terakhir pertempuran ketika sisa-sisa pasukan Jepang melakukan serangan bunuh diri sebagai perlawanan mereka yang terakhir terhadap pasukan Amerika Serikat.

Buku harian Tatsuguchi ditemukan oleh pasukan Amerika dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Seusai pertempuran, salinan terjemahan disebarluaskan dan dipublikasikan di Amerika Serikat. Publik Amerika dibuat tercengang oleh kisah Tatsuguchi, seorang Kristen sekaligus dokter didikan Amerika, namun berdinas sebagai tentara Jepang di Pulau Attu. Apalagi setelah dirinya pada hari-hari terakhir pertempuran berperan dalam membantu mempercepat kematian tentara Jepang yang terluka dan menjadi pasiennya di rumah sakit lapangan. Terjemahan dari ringkasan buku harian Tatsuguchi telah banyak dikutip dalam catatan sejarah Barat mengenai pertempuran tersebut, terutama lema terakhir yang berisi pesan perpisahan untuk keluarga.

Orang tua

Ayahnya yang bernama Suichi Tatsuguchi lahir dan dibesarkan di Hiroshima. Pada tahun 1895, ia berangkat ke Amerika Serikat dengan maksud "menjelajahi dunia baru."[1] Di Amerika Serikat, ia kuliah di Heraldsburg College yang nantinya disebut Union Pacific College di Angwin, California. Semasa kuliah, ia dibaptis di Gereja Advent Hari Ketujuh. Pada tahun 1907, setelah menyelesaikan program studi kedokteran gigi di College of Physicians and Surgeons di San Francisco, Suichi Tatsuguchi kembali ke Hiroshima untuk berdinas sebagai misionaris medis.[2]

Di Hiroshima, Tatsuguchi memiliki praktik dokter gigi yang sukses dan membantu pendirian Gereja Advent Hiroshima. Ia menikah dengan Sadako Shibata yang juga memiliki perhatian terhadap Amerika Serikat dan lancar berbahasa Inggris. Suichi dan Sadako memiliki tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ketiga anak laki-lakinya semua disekolahkan di Amerika Serikat.[3] Anak tengah, lahir pada 31 Agustus 1911, diberinya nama Barat, Paul dan nama Jepang Nobuo. Nama panggilannya di rumah adalah "Joseph".

Sekolah dan perkawinan

Paul Nobuo Tatsuguchi lulus dari sekolah menengah pertama di Hiroshima pada 16 Maret 1919. Pada 2 Maret 1923, ia lulus dari Travier English Academy. Paul berangkat ke California dan masuk Pacific Union College pada tahun 1929 dan lulus pada 22 Mei 1932. Setelah kedua orang tuanya meninggal secara tiba-tiba pada tahun 1932, Paul kembali ke Jepang untuk membantu menyelesaikan urusan keluarga. Dia kembali lagi ke California pada tahun 1933 dan diterima di College of Medical Evangelists di Universitas Loma Linda, dan menyelesaikan studinya pada Juni 1937. Paulus Tatsuguchi kemudian diterima magang setahun di Rumah Sakit White Memorial, Los Angeles. Semasa belajar di Amerika, teman-teman sekelas yang memanggilnya "Tatsy" atau Paul, mengingatnya sebagai seorang mahasiswa yang serius, ramah, tetapi tidak suka bersosialisasi. Teman sekelas bernama J. Mudry yang setahun di bawah angkatan Tatsuguchi di Universitas Loma Linda kemudian berkata, "Aku mengenalnya dengan baik. Saya selalu menganggap Tatsuguchi-- kami memanggilnya Paul--sebagai orang Amerika "[4]

 
Paul dan Taeko tidak lama setelah pernikahan mereka pada tahun 1938.

Pada 8 September 1938, Tatsuguchi lulus sebagai Doctor of Medicine dan dianugerahi lisensi dokter California. Pada tahun yang sama, ia diterima bekerja di Sanitarium Advent Tokyo, sebuah lembaga yang didirikan antara lain dengan bantuan ayahnya pada tahun 1928. Mengetahui dirinya akan bertugas mengobati pasien tuberkulosis di Tokyo, Tatsuguchi menghabiskan beberapa bulan berikutnya mengikuti studi kedokteran pascasarjana di California. Masih pada tahun 1938, Tatsuguchi menikahi teman masa kecilnya yang bernama Taeko Miyake. Orang tua Taeko bertugas sebagai misionaris Advent di Honolulu, Hawaii, sementara Taeko belajar di California. Paul dan Taeko kembali ke Jepang pada tahun 1939.[5]

Awal dinas militer

Di Tokyo, Tatsuguchi sadar akan meningkatnya ketegangan antara Jepang dan Amerika Serikat. Meskipun dia sangat setia kepada tanah air, bersama Taeko, Tatsuguchi sangat senang dengan Amerika Serikat. Mereka masih berharap untuk dapat kembali ke Amerika Serikat suatu hari nanti. Tatsuguchi berkonsentrasi pada pekerjaannya di sanitorium. Bersama Taeko, ia mendukung kegiatan Gereja Advent tempat mereka menjadi jemaat. Pada tahun 1940 lahir anak pertama mereka, seorang bayi perempuan yang diberi nama Joy Misako.[6]

Awal tahun berikutnya, Tatsuguchi diperintahkan oleh Angkatan Darat Kekaisaran Jepang untuk menghentikan praktik dokter dan melapor ke Resimen Pengawal Istana Pertama di Tokyo. Ia lalu dilantik dengan pangkat prajurit pada 10 Januari 1941. Pos tempatnya ditugaskan berada di Tokyo, sehingga Tatsuguchi kadang-kadang dapat mengunjungi Taeko dan Misako ketika sedang tidak bertugas. Mengenai kenangan bersama ayahnya, Misako berkata, "Hanya satu hal yang kuingat tentang ayahku, yakni saat bermain petak umpet dengannya."[7]

Pada September 1941, Tatsuguchi memasuki sekolah medis Angkatan Darat Kekaisaran Jepang. Setelah lulus pada bulan Oktober, pangkatnya dinaikkan menjadi sersan mayor, dan kembali bergabung dengan Resimen Pengawal Istana Pertama pada Januari 1942. Sementara itu, pada Desember 1941, Jepang menyerang pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor dan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat dan sekutunya. Curiga terhadap Tatsuguchi yang memiliki latar belakang Amerika, Angkatan Darat Kekaisaran Jepang tidak pernah memberinya pangkat perwira, melainkan hanya sebagai bintara penjabat perwira medis.[8]

Selama beberapa bulan berikutnya, Tatsuguchi ditugaskan di Pasifik Selatan dalam mendukung unit-unit angkatan darat di Hindia Belanda. Selama berdinas, Tatsuguchi menulis buku harian, mencatat pengamatan tangan pertama mengenai dinas militer Jepang serta pikiran dan perasaannya tentang peristiwa yang melibatkan dirinya. Pada September 1942, setelah mengetahui bahwa ia akan dipindahkan ke daerah pertempuran di Rabaul, Britania Baru, ia mencatat dalam buku hariannya, "Saya merasa sangat senang dan saya bertekad untuk melakukan yang terbaik." Ia menambahkan kalau dirinya, "bertekad untuk menghancurkan kekuatan musuh hingga prajurit terakhir."[9]

Tatsuguchi tiba di Rabaul pada 4 Oktober 1942. Masa dinasnya di Rabaul mungkin sangat pendek. Istrinya mencatat bahwa ia sudah berada di Tokyo pada bulan yang sama sebelum ditugaskan kembali. Tatsuguchi tidak dapat memberitahu istrinya yang sedang mengandung anak kedua mereka, tempat tugasnya yang berikut. Namun Taeko memperhatikan suaminya sedang mempelajari peta wilayah Pasifik Utara. Tatsuguchi bahkan sempat memberi tahu istrinya kalau ia akan pergi ke suatu daerah yang membuatnya kemungkinan bertemu dengan beberapa mantan teman sekelasnya dari California.[10]

Beberapa minggu setelah Tatsuguchi berangkat ke tempat tugasnya yang baru, Taeko mendapat kiriman potongan rambut suaminya. Angkatan Darat Kekaisaran Jepang melakukan tradisi tersebut setiap kali tentaranya dikirim ke daerah pertempuran risiko tinggi. Tentara yang ditugaskan ke tempat itu kemungkinan tewas dan jenazahnya mungkin tidak dapat dipulangkan untuk menerima upacara pemakaman yang layak.[11]

Attu

Kedatangan

 
Tentara Jepang di Attu.

Pasukan Jepang sudah menduduki Attu dan Kiska di Kepulauan Aleut pada 7 Juni 1942. Jepang meninggalkan Attu pada bulan September 1942, tetapi kemudian memutuskan untuk kembali menduduki pulau itu. Sebuah resimen tentara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang dari Detasemen Laut Utara (北海, Hokkai), sebuah detasemen Pasukan Khusus Pendarat Angkatan Laut Kekaisaran Jepang bersama personel pendukung mulai tiba di Attu pada Oktober 1942. Total tentara Jepang di Pulau Attu akhirnya berkisar antara 2.500 dan 2.900 orang. Saat tepatnya Tatsuguchi tiba di Attu tidak jelas, karena ia dilarang menuliskan tanggal pada surat yang dikirimnya kepada Taeko, tetapi mungkin antara November 1942 dan Januari 1943. Ia ditugaskan di Rumah Sakit Pertahanan Laut Utara, Detasemen 5216 Utara.[12]

Akibat adanya blokade laut Amerika, korespondensi antara Attu dan Jepang menjadi jarang dan tidak teratur. Tatsuguchi menerima kiriman beberapa paket kecil dari Taeko berisi kue-kue kering, dan salep untuk kulitnya yang lecet oleh angin musim dingin yang kejam di Attu. Empat pucuk surat dan beberapa kartu pos dari Tatsuguchi diterima oleh Taeko. Larangan memberi tahu misi dan lokasi unitnya yang sebenarnya membuat Tatsuguchi hanya bisa menulis tentang cuaca, keindahan pemandangan pegunungan bersalju di sekitarnya, dan keberhasilannya memancing ikan. Ia sangat gembira mendengar berita dari Taeko bahwa putri kedua mereka, Laura Mutsuko, lahir pada bulan Februari 1943. Dalam surat-suratnya, Tatsuguchi mengingatkan Taeko untuk bermain musik klasik untuk anak-anak perempuan mereka. Sekitar waktu-waktu tersebut tidak ditemukan catatan pada buku harian Tatsuguchi, catatan pada buku hariannya baru dimulai pada bulan Mei 1943 setelah tentara Amerika mendarat di Attu untuk merebut kembali pulau itu.[13]

Pertempuran Attu

Pada 11 Mei 1943, Divisi Infanteri ke-7 Amerika Serikat mulai mendarat di Attu untuk merebut kembali pulau itu dari tangan Jepang. Komandan tentara Jepang di Attu, Yasuyo Yamasaki menempatkan pasukannya yang kalah dalam jumlah, satu berbanding lima, di pegunungan. Dari posisi-posisi tersebut, mereka untuk sementara dapat menahan gerak maju pasukan Amerika ke pedalaman. Entri buku harian Tatsuguchi pada 12 Mei mencatat tentara Jepang mundur ke pegunungan setelah pendaratan Amerika. Menurutnya, "Evakuasi ke puncak. Serangan udara tiba berulang kali. Terdengar suara-suara keras, tembakan meriam dari kapal laut. Persiapan peralatan tempur."[14]

 
Pasukan Amerika mendaratkan perbekalan di Attu, Mei 12.

Pada tanggal 14 Mei, artileri Amerika Serikat menembakkan peluru-peluru asap fosfor untuk menandai posisi-posisi Jepang di pegunungan. Sebagian besar tentara Jepang, dan banyak tentara Amerika, percaya kalau tembakan-tembakan artileri tersebut adalah gas beracun Tatsuguchi menulis di buku hariannya kalau, "Terhadap musuh, tentara AS menggunakan gas tetapi tak ada kerugian diderita berkat angin yang kuat."[15]

Dalam buku hariannya, ia menulis kalau dirinya terpaksa memindahkan rumah sakit lapangan ke dalam gua untuk menghindari pengeboman Angkatan Laut dan Angkatan Udara Amerika Serikat. Tatsuguchi beberapa kali memindahkan rumah sakit berikut pasien-pasiennya setelah Jepang didesak mundur oleh pasukan Amerika. Catatan dalam buku harian tanggal 17 Mei 1943 menceritakan tentang upaya kerasnya memindahkan pasien:

Pada malam hari sekitar pukul 11.30 di bawah tabir kegelapan aku meninggalkan gua itu. Aku berjalan di jalan berlumpur dan mendaki bukit-bukit terjal di kawasan tidak terjamah manusia. Meski kami sudah berjalan dan berjalan entah berapa jauhnya, kami belum juga mencapai puncak. Kami terduduk setelah 30 hingga 40 langkah dan tertidur, lalu terbangun lagi, begitu selanjutnya berulang-ulang. Kami membawa beberapa pasien yang terluka dan mereka harus diusung dengan tandu. Kaki-kaki mereka terkena radang dingin. Meski sudah dilakukan segala upaya, pasien tidak bergerak sama sekali. Setelah berupaya keras hingga sembilan jam, semua pasien meninggal.[16]

Tatsuguchi menulis berulang-ulang dalam buku hariannya tentang serangan sengit terhadap posisi-posisi rekannya oleh pesawat dan artileri Amerika Serikat. Pada 21 Mei 1943, ia mencatat bahwa dirinya "hampir terkena berondongan tembakan ketika mengamputasi lengan pasien". Pada 23 Mei, "sebuah tembakan meriam angkatan laut telak mengenai tiang pilar tenda pasien, dan tenda roboh serta dua pasien tewas seketika. Tidak ada makanan selama dua hari."[17] Pada 26 Mei, Tatsuguchi mencatat bahwa "ada upacara pemberian Perintah Kekaisaran. Garis terakhir Umanose [posisi defensif Jepang] sudah tertembus. Tidak ada harapan bala bantuan. Kami akan mati demi Titah Kekaisaran".[18]

Serangan terakhir dan kematian

Pada 28 Mei 1943, sekitar seribu tentara Jepang yang masih hidup, terkonsentrasi ke dalam suatu kantong kecil. Yamasaki yang tampaknya menyadari bahwa bantuan dari daratan Jepang tidak akan datang, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan putus asa demi menyelamatkan tentaranya dari kehancuran. Pada 29 Mei, Yamasaki melancarkan serangan kejutan ke posisi-posisi Amerika. Yamasaki berharap dapat menerobos garis depan musuh dan merebut baterai artileri Amerika yang kemudian akan diarahkannya ke sisa-sisa pasukan Amerika dan kapal-kapal mereka di lepas pantai.[19] Catatan terakhir di buku harian Tatsuguchi menulis tentang perintah Yamasaki, pengaturan korban luka di rumah sakit, dan pesan perpisahan untuk keluarganya:

Hari ini pukul 02.00 kami berkumpul di markas besar, staf rumah sakit lapangan juga ambil bagian. Serangan terakhir akan dilancarkan. Semua pasien di rumah sakit diperintahkan untuk bunuh diri. Aku baru berusia 33 tahun dan aku harus mati. Tidak ada penyesalan. [Bonsei] Banzai Kaisar. Aku berterima kasih jiwaku telah berada di tempat yang damai setelah diberkati dengan Enkis [dipercaya kemungkinan maksudnya Yesus atau Perintah Kaisar] pada pukul 08.00. Aku menghabisi semua pasienku dengan sebuah granat. Selamat tinggal Iaeke [Taeko], istriku tercinta yang mencintaiku hingga saat terakhir. Hingga kita dapat bertemu kembali, Tuhan memberkati Misaka [Misako] yang baru saja berusia empat tahun, akan tumbuh besar tanpa halangan. Aku minta maaf kepada Takiko [Mutusko] yang lahir Februari tahun ini karena pergi lebih dulu sebelum kau dapat melihat ayahmu. Akhirnya, selamat tinggal Mitsue, saudara laki-lakiku Hocan, Sukoshan, Masachan, Mitichan, selamat tinggal. Jumlah tentara yang ikut dalam serangan ini sedikit di atas seribu orang. [Kami] akan berusaha merebut posisi artileri musuh. Tampaknya musuh juga akan melancarkan serangan habis-habisan esok hari.[20]

 
Tentara Jepang yang tewas selama serangan akhir Yamasaki 30 Mei 1943.

Yamasaki melancarkan serangan pada pagi hari 30 Mei 1943. Meskipun serangan tersebut berhasil menembus garis musuh, pasukan garis belakang Amerika membalas serangan tersebut. Yamasaki tewas bersama sebagian besar pasukannya. Sebagian besar tentara Jepang yang tersisa kemudian bunuh diri dan hanya 27 orang yang ditawan.[21]

Ada dua versi yang beredar tentang cara kematian Tatsuguchi. Menurut sebuah versi, ia tidak berpartisipasi dalam serangan itu. Masih pada hari yang sama, 30 Mei 1943, dua tentara Amerika, Charles W. Laird dan John Hirn yang datang membersihkan sisa pasukan Jepang setelah serangan Yamasaki berhasil dipatahkan, mendekati gua tempat rumah sakit lapangan tempat Tatsuguchi berada. Tatsuguchi muncul dari dalam gua, melambaikan Alkitab ke arah tentara Amerika dan berteriak dalam bahasa Inggris, "Jangan tembak! Saya orang Kristen! " Laird mendengar dan mengerti perkataan Tatsuguchi, lalu tidak jadi menembak. Namun Hirn, menembak dan menewaskan Tatsuguchi. Hirn kemudian menyatakan bahwa dia tidak bisa mendengar apa yang dikatakan Tatsuguchi karena suaranya terbawa angin dan bisingnya pertempuran. Ia mengira Alkitab yang dipegang Tatsuguchi adalah sebuah senjata.[22]

Versi lainnya diceritakan sendiri oleh Charles Laird kepada Taeko dan Laura pada tahun 1984. Laird, mantan sersan Angkatan Darat yang bertugas di Attu, menyatakan bahwa dia sedang tidur di dalam tenda pada pagi hari 30 Mei, ketika pasukan Yamasaki menerobos garis depan Amerika. Seorang pria berlari ke tenda Laird, dan Laird menembak dan membunuhnya, namun ternyata pria yang ditembaknya itu orang Amerika. Lalu ia melihat delapan tentara Jepang mendekat dari arah kabut, ia menembak dan membunuh mereka juga. Salah seorang di antaranya adalah Tatsuguchi. Laird mengatakan bahwa dia menemukan buku harian Tatsuguchi dan sebuah buku alamat yang membuatnya terkejut karena ia melihat nama-nama dan alamat orang Amerika.[23]

J. Mudry dan seorang lagi teman sekelas Tatsuguchi di Linda Loma yang bernama J.L. Whitaker bertugas sebagai perwira medis Divisi ke-7 Amerika Serikat selama berlangsungnya Pertempuran Attu. Whitaker berada di jalur serangan terakhir Yamasaki, tetapi selamat tanpa cedera. Whitaker dan Mudry terkejut setelah mengetahui kalau mantan teman sekelas mereka berada di pulau itu, dan tewas terbunuh.[23]

Buku harian

Setelah kematian Tatsuguchi, buku harian yang ditulisnya dalam bahasa Jepang bersama Alkitab dan buku alamat miliknya diserahkan ke bagian intelijen divisi. Di markas besar divisi, seorang tentara Amerika Nisei bernama Yasuo Sam Umetani membuat terjemahan awal buku harian tersebut.[24]

Berita tentang isi buku harian Tatsuguchi menyebar dari markas besar divisi ke tentara Amerika lainnya di Attu. Kabar bahwa seorang dokter Jepang didikan Amerika Serikat bergabung dengan pasukan Jepang di Attu serta catatan Tatsuguchi mengenai pertempuran tersebut menarik perhatian orang Amerika. Salinan tidak resmi terjemahan Umetani dan terjemahan-terjemahan lainnya di kemudian hari, beberapa di antaranya berisi teks yang berbeda dari terjemahan asli, menyebar dengan cepat di antara pasukan Amerika di Attu dan instalasi-instalasi militer di Kepulauan Aleut. Awak kapal sipil dari kapal angkut Amerika di kawasan itu, membawa pulang terjemahan buku harian yang mereka dapat ke daratan Amerika Serikat hingga mendapat perhatian masyarakat luas, termasuk kalangan pers.[25]

Simon Bolivar Buckner, Jr pimpinan Komando Pertahanan Alaska (Alaska Defense Command, disingkat ADC) juga mendapat kabar tentang buku harian tersebut, dan prihatin mengenai klaim Tatsuguchi bahwa Amerika Serikat telah menggunakan gas beracun dalam Pertempuran Attu. Buckner memerintahkan buku harian itu agar diserahkan ke markas besar dan semua salinan terjemahan disita. Dalam perjalanan menuju ke markas Buckner itu, buku harian Tatsuguchi menghilang tanpa bekas. Pada awal September 1943, seksi intelijen ADC melaporkan bahwa upaya untuk mengontrol distribusi salinan terjemahan buku harian itu telah gagal.[26]

Beberapa surat kabar Amerika menerbitkan bagian-bagian dari terjemahan buku harian Tatsuguchi. Sebagian di antaranya menyoroti soal catatan Tatsuguchi yang mengindikasikan bahwa sebagai seorang Kristen, ia mungkin terlibat dalam pembunuhan pasien-pasiennya yang terluka. Harian Chicago Tribune pada 9 September 1943 menerbitkan sebuah artikel berjudul "Jepang Membantai Pasiennya Sendiri di Attu, Terbongkar dari Buku Harian" (Japs Slew Own Patients on Attu, Diary Discloses). Sebaliknya, Loma Linda School of Medicine Alumni Journal membela Tatsuguchi sebagai dokter berhati lembut dan penuh perhatian yang terjebak dalam situasi di luar kendali, namun tindakannya tidak melanggar keyakinannya terhadap agama dan kedokteran. Sebagian besar catatan sejarah Barat tentang Pertempuran Attu menyebut soal Tatsuguchi dan kutipan dari terjemahan buku hariannya, terutama entri terakhir dari buku harian itu.[27]

Warisan keluarga

 
Monumen Perdamaian di Attu didirikan oleh Pemerintah Jepang.

Pemerintah Jepang memberi tahu Taeko tentang kematian suaminya pada bulan Agustus 1943. Taeko dan dua putrinya selamat hingga perang berakhir, hidup dari uang pensiun janda dan bantuan dari kerabat. Taeko berharap suaminya masih hidup dan akan kembali. Tidak lama setelah perang berakhir, BP Hoffman, salah seorang mantan instruktur Tatsuguchi di universitas sekaligus sahabat Taeko, berkunjung ke Osaka tempat tinggal keluarga Tatsuguchi. Hoffman menyampaikan bahwa agen Biro Investigasi Federal mendatanginya selama perang karena nama Hoffman tertulis dalam buku alamat Tatsuguchi yang ditemukan di Attu. Kisah kematian Tatsuguchi diceritakan agen FBI kepada Hoffman yang kemudian menyampaikan berita itu kepada Taeko. Taeko menerima kenyataan suaminya tidak akan kembali.[23]

Seusai perang, Taeko bekerja untuk pemerintah pendudukan Amerika sebagai sekretaris dan guru. Pada tahun 1954, ia bersama dua orang putrinya meninggalkan Jepang untuk tinggal bersama orang tua Taeko di Hawaii. Ketiganya lalu menjadi warga negara Amerika Serikat melalui naturalisasi. Joy dan Laura keduanya kuliah di Pacific Union College dan menjadi perawat. Joy kemudian menikah dengan seorang pria Jepang. Keduanya lalu menetap di Jepang. Laura menikah dengan orang Amerika dan pindah ke kawasan Los Angeles untuk kemudian disusul oleh Taeko yang memilih tinggal bersama mereka. Pada tahun 2005, Taeko mengatakan kepada Kantor Berita Kyodo tentang suaminya, "Dia seorang dokter Kristen yang setia dan seorang pria yang mengabdikan dirinya untuk Tuhan dan masyarakat."[28]

Pada Mei 1993, Laura pergi ke Attu dan berbicara pada acara peringatan ulang tahun ke-50 Pertempuran Attu. Dalam pidatonya pada acara tersebut, Laura menyatakan "Betapa ironisnya, ayahku tewas dalam pertempuran melawan Amerika Serikat yang dicintainya sewaktu setia mengabdi untuk Jepang tanah airnya... Seperti ayahku, aku juga memiliki cinta yang besar untuk Jepang dan Amerika."[29]

Referensi

  1. ^ Hays, hal 32.
  2. ^ Hays, hal 32-33.
  3. ^ Tominaga, McDaniel, Hays, hal 33.
  4. ^ Tominaga, McDaniel, Hays, hal 33 & 141.
  5. ^ Tominaga, McDaniel, Beauchamp, Hays, hal 33 & 141.
  6. ^ McDaniel, Hays, hal 33.
  7. ^ Tominaga, Hays, hal 34 & 141.
  8. ^ Beauchamp, Hays, p. 34 & 141.
  9. ^ Beauchamp.
  10. ^ Tominaga, Beauchamp, Hays, p. 35.
  11. ^ Beauchamp, Hays, p. 35.
  12. ^ Tominaga, McDaniel, Beauchamp, Hays, p. 11, 19, 35–36.
  13. ^ Tominaga, McDaniel, Hays, p. 36.
  14. ^ Hays, p. 135.
  15. ^ Garfield, hal 298, Hays, hal 36 & 136.
  16. ^ Hays, p. 36 & 137.
  17. ^ Hays, hal 138-139.
  18. ^ Garfield, hal 324, Cloe, hal 289, Hays, hal 140.
  19. ^ Garfield, hal 327-328, Cloe, hal 289-290, McDaniel, Hays, hal 36-37.
  20. ^ Tidak semua salinan dari terjemahan buku harian Tatsuguchi berisi kalimat berikut, "Aku menghabisi semua pasienku dengan sebuah granat" (I took care of all patients with a grenade." Garfield, p. 328, Cloe, p. 290, McDaniel, Hays, p. 140–141.
  21. ^ McDaniel, Hays, p. 22–23.
  22. ^ McDaniel, Hays, p. 31 & 156.
  23. ^ a b c Tominaga
  24. ^ Tominaga, Hays, p. 29 & 31.
  25. ^ Tominaga, McDaniel, Hays, p. 31–32.
  26. ^ McDaniel, Hays, p. 37–38.
  27. ^ Garfield, p. 328, Cloe, p. 290, Tominaga
  28. ^ Cloe, p. 335, McDaniel, Tominaga
  29. ^ McDaniel

Bacaan lanjutan

Buku

Situs web

Pranala luar