Pedro Afonso, Pangeran Kekaisaran Brasil
Dom Pedro Afonso (19 Juli 1848 – 10 Januari 1850) adalah pangeran waris sekaligus waris tertentu takhta Kekaisaran Brasil. Ia lahir di Istana São Cristóvão, Rio de Janeiro, sebagai putra kedua sekaligus anak bungsu Kaisar Dom Pedro II dan Permaisuri Dona Teresa Cristina, dan dengan demikian terhitung sebagai ahli keluarga Bragança cabang Brasil. Pedro Afonso digadang-gadangkan menjadi pelestari monarki Kekaisaran Brasil yang terancam punah ketika kakaknya, Dom Afonso, wafat pada tahun 1847.
Pedro Afonso | |||||
---|---|---|---|---|---|
Pangeran Waris Kekaisaran Brasil | |||||
Kelahiran | Istana São Cristóvão, Rio de Janeiro, Kekaisaran Brasil | 19 Juli 1848||||
Kematian | 10 Januari 1850 (umur 17 bulan) Istana Santa Cruz, Rio de Janeiro, Kekaisaran Brasil | ||||
Pemakaman | Convento de Santo Antônio (Rumah Religius Santo Antonius), Rio de Janeiro, Brasil | ||||
| |||||
Wangsa | Bragança | ||||
Ayah | Dom Pedro II, Kaisar Brasil | ||||
Ibu | Dona Teresa Cristina, Putri Kerajaan Dua Sisilia | ||||
Agama | Kristen Katolik Roma |
Kematian Pedro Afonso akibat sakit demam saat berumur satu tahun membuat Dom Pedro II sangat terpukul. Kaisar dan permaisuri tidak lagi dikaruniai keturunan. Kakak Pedro Afonso, Dona Isabel, menjadi waris takhta berikutnya, tetapi Dom Pedro II tidak yakin kalau perempuan bakal diterima menjadi kepala monarki oleh kalangan elit pemerintahan. Ia menjauhkan Dona Isabel dari urusan-urusan kenegaraan dan tidak mempersiapkannya menjadi calon pemimpin di masa depan. Ketiadaan putra penerus membuat Dom Pedro II mafhum bahwa kedaulatan turun-temurun wangsa Bragança atas Brasil sudah ditakdirkan berakhir pada saat ia mangkat
Kelahiran dan kematian dini
suntingKelahiran
suntingPedro Afonso lahir pada pukul 08:00, tanggal 19 Juli 1848, di Istana São Cristóvão, Rio de Janeiro, Brasil.[1] Nama lengkapnya adalah Pedro Afonso Cristiano Leopoldo Eugênio Fernando Vicente Miguel Gabriel Rafael Gonzaga.[2] Di pihak keluarga ayahnya, ia adalah ahli keluarga ningrat Bragança cabang Brasil, sehingga berhak disapa "Dom" (bendoro) sejak lahir.[3] Ia adalah cucu mendiang Kaisar Brasil, Dom Pedro I, dan kemenakan Ratu Portugal yang sedang memerintah, Dona Maria II. Di pihak keluarga ibunya, ia adalah cucu mendiang Raja Dua Sisilia, Don Francesco I, dan kemenakan Raja Dua Sisilia yang sedang memerintah, Don Ferdinando II.[4]
Pada hari kelahiran Pedro Afonso, kaisar menerima ucapan selamat yang disampaikan secara resmi dalam acara resepsi formal. Menurut salah satu sumber semasa, acara itu "lebih meriah dan lebih ramai" daripada semua acara kenegaraan yang pernah digelar sejak kaisar dinyatakan cukup dewasa untuk memerintah sendiri pada tahun 1840.[5] Berita kelahiran seorang ahli waris laki-laki disambut rakyat Brasil dengan penuh sukacita. Kembang api dan letupan meriam membuat suasana gegap gempita. Lampu-lampu dipasang menerangi jalanan ibu kota berhari-hari lamanya sesudah pangeran lahir, dan perayaan meriah digelar di istana.[6] Kelahiran Pedro Afonso disambut gembira di mana-mana, karena ahli waris laki-laki dipandang sebagai faktor penentu kelanggengan monarki Kekaisaran Brasil, sekalipun undang-undang dasar negara itu membenarkan perempuan menjadi kepala negara.[7] Sastrawan Manuel de Araújo Porto Alegre menyifatkan kelahiran Pedro Afonso sebagai "kegemilangan" yang menjamin keberlanjutan suksesi.[8]
Pedro Afonso dibaptis pada tanggal 4 Oktober 1848. Upacara pembaptisan berlangsung tertutup di kapel kekaisaran, dan pesta rakyat digelar sesudahnya.[9] Wali baptis sang pangeran adalah paman ayahnya, Kaisar Ferdinand I (Kaisar Austria), dan ibu tiri ayahnya, Dona Amélia (permaisuri mendiang Kaisar Pedro I). Pedro de Araújo Lima, perdana menteri dan mantan pemangku takhta, bersama Mariana de Verna, perwara utama yang dianugerahi gelar kehormatan Condessa de Belmonte, tampil mewakili kedua wali baptis yang berhalangan hadir.[10] Rakyat dihibur pertunjukan kembang api, dan sebuah panggung musik yang mampu menampung lebih dari seratus orang musikus didirikan untuk memeriahkan pesta rakyat. Menurut sejarawan Hendrik Kraay, pembaptisan anak-anak kepala negara di Kekaisaran Brasil "menandaskan bahwa pangeran-pangeran dan putri-putri tersebut menjamin kelangsungan wangsa".[9] Sebagai satu-satunya anak laki-laki kaisar yang masih hidup, Pedro Afonso menempati peringkat pertama di antara orang-orang yang berpeluang mewarisi takhta, lebih tinggi dibanding kedua kakaknya perempuannya, Dona Isabel dan Dona Leopoldina. Selaku waris tertentu takhta Kekaisaran Brasil, ia menyandang gelar "Pangeran Waris Kekaisaran" sejak lahir.[11]
Kematian
suntingPada tahun 1847, 1848, dan 1849, Dom Pedro II sekeluarga melewatkan musim panas di Petrópolis. Kediaman musim panas keluarga istana Brasil dari generasi ke generasi adalah Pesanggrahan Santa Cruz, gedung berikut tanah yasan di daerah pedesaan yang sudah menjadi pusaka turun-temurun keluarga Bragança. Peralihan lokasi kediaman musim panas ke Petrópolis rupanya tidak disenangi orang-orang kalangan istana "yang anti terhadap segala macam perubahan pengancam kelanggengan istiadat dan beragam kepentingan yang sudah teradat".[12] Demi tradisi, kaisar akhirnya memutuskan untuk kembali melewatkan musim panas di Pesanggrahan Santa Cruz pada tahun 1850.[12] Justru saat tinggal di pesanggrahan inilah Pedro Afonso dan Dona Isabel terserang demam. Sang putri sembuh, tetapi sang pangeran wafat sesudah mengalami kejang pada pukul 04:20, tanggal 10 Januari.[13] Menurut sumber-sumber semasa, sebab kematian Dom Pedro Afonso mungkin saja radang otak atau kelainan bawaan.[14]
Dom Pedro II menyifatkan kematian putranya itu sebagai "pukulan paling mematikan yang pernah aku dapatkan, dan aku pasti tidak sanggup bertahan andaikata tidak ingat masih punya istri dan dua anak".[12] Lewat surat, Dom Pedro II mengungkapkan kepedihan hati kepada iparnya, Dom Fernando II, suami Ratu Portugal. "Saat sampai surat ini ke tanganmu, kehilangan yang aku derita tentunya sudah engkau ketahui ... sesudah menurunkan ujian yang sedemikian berat, kiranya Allah berbelaskasihan memberiku kelapangan hati untuk melipur lara," demikian tulisnya.[15] Dom Pedro II sudah pernah kehilangan seorang putra, yakni Dom Afonso, hampir tiga tahun sebelumnya. Ia menuangkan kegundahannya ke dalam sebuah soneta. "Dua kali sudah aku menanggung maut, karena ayah mati saat melihat putranya berpulang."[16] Selain lawatan-lawatan inspeksi singkat, kaisar enggan menyambangi Santa Cruz sesudah kematian Pedro Afonso.[17]
Upacara duka digelar secara besar-besaran dua hari sesudah sang pangeran wafat.[18] Jalanan dipadati rakyat jelata yang sungguh-sungguh meratapi kepergian pangeran mereka.[19] Upacara itu bahkan menarik perhatian para wisatawan yang rela merogoh kocek demi dapat menyaksikan arak-arakan pengantar jenazah dari sebuah hotel di pusat kota Rio de Janeiro.[20] Jasad Pedro Afonso disemayamkan untuk terakhir kalinya di mausoleum Convento de Santo Antônio (Rumah Religius Santo Antonius), Rio de Janeiro.[21]
Warisan Sejarah
sunting"Dengan dukacita mendalam, wajib saya sampaikan kepada anda sekalian, kabar kemangkatan Pangeran Waris Kekaisaran Dom Pedro Afonso, pada tanggal 10 Januari tahun ini. Untuk kedua kalinya kita kehilangan waris utama mahkota," ungkap Honório Hermeto Carneiro Leão, politikus terkemuka Brasil yang saat itu menjabat sebagai Presiden Provinsi (gubernur) Pernambuco, merangkum pandangan umum di kalangan pemerintahan Brasil tentang suksesi kepala negara Kekaisaran dalam pidatonya di hadapan Dewan Pemerintah Provinsi. "Sepatutnya kita terhibur, mengingat Sri Paduka Kaisar beserta Yang Mulia Permaisuri jelas-jelas sehat walafiat. Usia baginda berdua masih prima, masih penuh gairah hidup, dan rumah tangga beliau berdua masih berpeluang dikaruniai banyak keturunan maupun seorang putra pewaris mahkota, yang kita perlukan demi mengukuhkan pranata-pranata kita yang belum lama terbentuk dan meneduhkan semangat zaman yang terus bergelora," tambahnya.[22]
Tidak seorang pun yang menyangka bahwa pasangan Dom Pedro II dan Dona Teresa Cristina tidak lagi dikaruniai anak. Sebabnya tidak diketahui, tetapi para sarjana menduga bahwa mungkin saja pasangan tersebut tidak lagi berseketiduran.[23] Kaisar benar-benar terpukul karena kematian Pedro Afonso dan tidak kunjung mengikhlaskannya. Menurut sejarawan Roderick J. Barman, kematian Pedro Afonso "benar-benar mempengaruhi Dom Pedro II, baik secara emosional maupun secara intelektual".[15] Kaisar mencurahkan perasaannya ke dalam bait soneta berikut ini:[15][24]
Namun siapa mampu membilang, sarwa derita jiwa merana
seorang ayah yang kehilangan, oleh tebasan pedang Tuhannya
kuntum kusuma hari depannya, anak yang sungguh dicintainya.
Bagi kaisar, kematian putra-putranya tampak seolah pertanda berakhirnya sistem kekaisaran. Putra bungsunya adalah tumpuan masa depannya sekaligus masa depan kekaisaran. Sekalipun ada Putri Isabel yang dibenarkan undang-undang untuk menjadi ahli warisnya, kaisar tidak yakin bahwa seorang wanita mampu memimpin pemerintahan di dalam iklim sosial masa itu yang dinominasi kaum pria. Ia tidak melakukan apa-apa untuk mempersiapkan Isabel menjadi penerusnya, dan tidak pula berusaha menumbuhkan sikap menerima kepemimpinan seorang wanita di kalangan politikus.[25] Ketiadaan ahli waris laki-laki membuatnya kehilangan motivasi untuk mempromosikan jabatan kaisar sebagai kedudukan yang akan diwarisi keturunannya. Lambat laun ia memandang sistem kekaisaran sebagai sesuatu yang berkaitan erat dengan dirinya, sehingga tidak bakal bertahan sesudah ia wafat.[26]
Gelar, sapaan resmi, dan penghargaan
suntingGelar dan sapaan resmi
sunting- 19 Juli 1848 – 9 Januari 1850: Sua Alteza Imperial, Príncipe Imperial (Yang Mulia Pangeran Waris Kekaisaran)
Sapaan resmi dan gelar lengkap Pedro Afonso adalah "Sua Alteza Imperial Dom Pedro, Príncipe Imperial do Brasil" (Yang Mulia Dom Pedro, Pangeran Waris Kekaisaran Brasil).[27]
Penghargaan
suntingPedro Afonso, Pangeran Waris Kekaisaran Brasil, dianugerahi penghargaan-penghargaan berikut ini:
- Lencana Panglima Besar Tarekat Kesatria Kristus[28]
- Lencana Panglima Besar Tarekat Kesatria Santo Benediktus Avis[28]
- Lencana Panglima Besar Tarekat Kesatria Santo Yakobus Syamsir[28]
- Lencana Salib Agung Tarekat Kesatria Pedro I[29]
- Lencana Salib Agung dan Lencana Panglima Besar Kehormatan Tarekat Kesatria Mawar[29]
Silsilah
suntingSilsilah Pedro Afonso, Pangeran Waris Kekaisaran Brasil[30] |
---|
Rujukan
sunting- ^ Moreira de Azevedo 1866, hlm. 307.
- ^ Laemmert 1849, hlm. 29.
- ^ Barman 1999, hlm. 424.
- ^ Calmon 1975, hlm. 210.
- ^ Kraay 2013, hlm. 129.
- ^ Kraay 2013, hlm. 129–130.
- ^ Barman 1999, hlm. 127.
- ^ Silva 1848, hlm. 397.
- ^ a b Kraay 2013, hlm. 130.
- ^ Baca:
- Macedo 1978, hlm. 71;
- Moreira de Azevedo 1866, hlm. 307;
- Schiavo 1953, hlm. 212.
- ^ Calmon 1975, hlm. 635.
- ^ a b c Barman 2002, hlm. 25.
- ^ Baca:
- Barman 2002, hlm. 25;
- Moreira de Azevedo 1866, hlm. 307;
- Schiavo 1953, hlm. 135.
- ^ Calmon 1975, hlm. 376.
- ^ a b c Barman 1999, hlm. 129.
- ^ Williams 1966, hlm. 90.
- ^ Schwarcz 2004, hlm. 171.
- ^ Schiavo 1953, hlm. 135.
- ^ Schiavo 1953, hlm. 135–136.
- ^ Kraay 2013, hlm. 199.
- ^ Baca:
- Arquivo Nacional 1957, hlm. 53;
- Moreira de Azevedo 1866, hlm. 307;
- Schiavo 1953, hlm. 135.
- ^ Gouvêa 2009, hlm. 164.
- ^ Barman 2002, hlm. 27.
- ^ Calmon 1975, hlm. 378.
- ^ Barman 1999, hlm. 129–130.
- ^ Barman 1999, hlm. 130.
- ^ Rodrigues 1863, hlm. 95.
- ^ a b c Laemmert 1849, hlm. 26.
- ^ a b Laemmert 1849, hlm. 24.
- ^ Barman 1999, hlm. 8.
Sumber rujukan
sunting- Arquivo Nacional (1957). Publicações do Arquivo Nacional (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: Arquivo Nacional. OCLC 647994230.
- Barman, Roderick J. (1999). Citizen Emperor: Pedro II and the Making of Brazil, 1825–1891. Stanford, CA: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-3510-0.
- Barman, Roderick J. (2002). Princess Isabel of Brazil: Gender and Power in the Nineteenth Century. Wilmington, DE: Scholarly Resources. ISBN 978-0-8420-2846-2.
- Calmon, Pedro (1975). História de D. Pedro II (dalam bahasa Portugis). 5. Rio de Janeiro: J. Olympio. OCLC 3630030.
- Gouvêa, Fernando da Cruz (2009). O Marquês do Paraná: o traço todo do conciliador (dalam bahasa Portugis). Recife: Editora Universitária da UFPE. ISBN 978-85-7315-553-2.
- Kraay, Hendrik (2013). Days of National Festivity in Rio de Janeiro, Brazil, 1823–1889. Stanford, CA: Stanford University Press. ISBN 978-0-8047-8610-2.
- Laemmert, Eduardo (1849). Almanak Administrativo, Mercantil e Industrial (Almanaque Laemmert) (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: Eduardo e Henrique Laemmert & C.
- Macedo, Roberto (1978). "Efemérides Cariocas". Revista do Instituto Histórico e Geográfico Brasileiro (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: Imprensa Nacional. 321: 53–221.
- Moreira de Azevedo, Manuel Duarte (1866). "Os túmulos de um claustro". Revista do Instituto Histórico e Geográfico Brasileiro (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: B. L. Garnier. 29.
- Rodrigues, José Carlos (1863). Constituição Política do Império do Brasil (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: Typographia Universal de Laemmert. OCLC 10034341.
- Schiavo, José (1953). "A família Imperial do Brasil". Anuário do Museu Imperial (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: Ministério da Educação e Saúde. XIV: 111–247.
- Schwarcz, Lilia Moritz (2004). The emperor's beard: Dom Pedro II and the tropical monarchy of Brazil. New York: Hill and Wang. ISBN 978-0-8090-4219-7.
- Silva, João Ignacío da (1848). "Presidencia do Illm. Sr. Manuel de Araujo Porto-Alegre". Revista Trimensal de Historia e Geographia (dalam bahasa Portugis). Rio de Janeiro: Instituto Historico e Geographico Brasileiro. 10 (2): 393–7. OCLC 7339351.
- Williams, Mary Wilhelmine (1966). Dom Pedro: The Magnanimous, Second Emperor of Brazil . New York: Octagon Books. OCLC 1366941.
Pranala luar
sunting- Media tentang Pedro, Pangeran Waris Kekaisaran Brasil di Wikimedia Commons
Pedro Afonso, Pangeran Kekaisaran Brasil Cabang kadet Wangsa Avis Lahir: 19 Juli 1848 Meninggal: 9 Januari 1850
| ||
Brasil | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Putri Isabel |
Pangeran Waris Kekaisaran Brasil 19 Juli 1848 – 9 Januari 1850 |
Diteruskan oleh: Putri Isabel |