Pembelajaran berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi (bahasa Inggris: differentiated instruction) adalah suatu pendekatan untuk pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru untuk semua siswa dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam, termasuk cara untuk: mendapatkan konten; mengolah, membangun, atau menalar gagasan; dan mengembangkan produk pembelajaran dan ukuran penilaian sehingga semua siswa di dalam suatu ruang kelas yang memiliki latar belakang kemampuan beragam bisa belajar dengan efektif.[1] Pembelajaran berdiferensiasi menekankan agar kesamaan karakteristik yang ada pada peserta didik diakui, namun pada saat yang sama perbedaan karakteristik yang dimiliki peserta didik diakui sebagai elemen juga menjadi perhatian penting dalam pembelajaran. [2] Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya, atau minat belajar dari masing-masing siswa.[3]

Empat area yang dapat dibuat berbeda.

Prinsip Pembelajaran Diferensiasi

sunting

Menurut Thomlinsoon dan MOOn ( 2010) terdaoat lima prisif yang harus diterapkan dalam pembelajaran diferensiasi. Pertama, lingkungan belajar yaitu tempat siswa berinteraksi dengan guru dan siswa lainnya. Lingkungan beajar dibuat nyaman sehingga tercipta komunikasi dan inetasksi yang positif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Prinsip kedua adalah kurikulum berkualitas. kurikulum berkualitas tercipta karena guru memahami tujuan pembelajaran serta memhami kemampuan peserta didik, sehingga dapat membantu mereka sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Ketiga adalah assesmen berkelanjutan, artinya asesmen dilakukan sebelum selama dan sesudah pembelajaran. Asesmen dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa bukan untuk memberikan skor, tetapi untuk perbaikan proses pembelajaran. asesment dilakukan dengan kegiatan asesmen diagnostik, pre tes atau brainstroming. Prinsif ke empat adalah pengajaran yang responsif, maknanya adalah guru segera melakukan tindak lanjut dari hasil asesment formatif yang dilakukan. Guru melakukan perubahan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan profil siswa. Prinsif kelima yaitu kepemimpinan dan rutinitas di kelas. Makna dari prinsif kelima yaitu guru bisa memimpin proses pembelajaran dengan baik, guru mampu mengelola kelas dengan tertib, para siswa mengikuti peraturan dan proses pembelajaran sesuia yang diharapkan. Mereka tahu hak serta melaksanakan tugas dan peran mereka dengan baik.[1]

Keragaman Peserta Didik

sunting

Pembelajaran diferensiasi memperhatikan dan mmementingkna keragaman peserta didik. Keragaman peserta didik yang berperan dalam pembelajaran diferensiasi ada tiga. Pertama kesiapan peserta didik yang dilihat dari kemampuan awal mereka baik pengetahuan dan keterampilan. Para guru harus paham bahwa kemmapuan peserta didik berbeda-beda sehingga bantuan yang diberikan kepada mereka harus disesuaiakn dengan kesiapan mereka. Kedua keberagaman minat, minat peserta didik dapat dijadikan bahan pelajaran sehingga mereka lebih semnaagat dalam melakukan pembelajaran. Ketiga keragaman profil belajar siswa, beberapa siswa mungkin lebih suka belajar sendiri, yang lain berkelompok. Gaya belajar siswa juga termasuk profil belajar siswa, apakah kinestetik, audio atau visual. Guru harus memahami dan menyesuaiakn proses pembelajaran di kelasnya sheingga semua siswa merasa terlayani dengan baik.

Elemen Diferensiasi

sunting

Guru Memiliki empat aspek yang bisa dikendalikan dalam melakukan pembelajaran diferensiasi. Pertama konten, yaitu materi yang akan dipelajari. Kedua proses pembelajaran yaitu kegiatan yang akan dilakukan untuk memahami konten. Ketiga produk atau karya yang dihasilkan dari proses pembelajaran yang diseuaikan dengan minat dan kemmapuan siswa. Keempat lingkungan belajar, yaitu tempat melaksanakan pembelajaran dibuat sesuai dengan kesukaan siswa, begitupun dalam pembelajaran kelompok atau mandiri.[2]

Lihat pula

sunting

Pranala luar

sunting

Catatan kaki dan referensi

sunting
  1. ^ Tomlinson 2001.
  2. ^ Tomlinson, Carol A.; Tomlinson, Carol A. (2017). How to differentiate instruction in academically diverse classrooms (edisi ke-3rd Edition). Alexandria, Virginia: ASCD. ISBN 978-1-4166-2330-4. 
  3. ^ Heacox 2002, hlm. 5.

Catatan kaki

Daftar pustaka