Pemberontakan Timor Leste 1911–1912
Pemberontakan Timor Leste 1911–1912 atau peristiwa pemberontakan kerajaan Manufahi (Bahasa Portugis: Revolta do Manufahi atau Guerra do Manufahi, bahasa Tetum: Funu Manufahi) adalah kejadian yang dilatarbelakangi oleh tanggapan kerajaan Manufahi terhadap pihak berwenang tindakan penjajahan Portugal yang tidak menyepakati kebijakan kekaisaran Portugal untuk mengumpulkan pajak pemungutan suara dan desakan sesegera-segeranya untuk melaksanakan kegiatan kerja paksa yang disebut sebagai corvée yang dimanfaatkan demi keuntungan kekaisaran Portugal dari raupan perdagangan hasil bumi dan pengerjaan tata letak bangunan prasarana yang lebih cenderung kekinian. Percekcokan yang merebak di seantero Timor Leste pada tahun 1911-1912 terjadi dengan tercetusnya rentetan tindakan perlawanan serentak dengan Dom Boaventura dan seorang liurai (pemegang pucuk pimpinan sebuah suku bangsa)[1] yang memegang pimpinan dari pihak kerajaan Manufahi. Pemberontakan terjadi beberapa kali, yaitu antara tahun 1894 hingga 1901 pada saat pertama kalinya, berlanjut lagi untuk kedua kalinya antara 1907 dan 1908. Tahun 1911 menjadi saat-saat terakhir perlawanan serentak yang dilancarkan kepada kekaisaran Portugal, di mana terbentuknya pasukan sekutu antar kerajaan di sepanjang daerah Timor Leste di bawah pimpinan Boaventura. Perlawanan serentak tersebut merupakan kejadian yang paling menggentingkan dan menggawat.
Saat bulan kedua tahun 1912, pihak pemberontak mulai menyusupi ibu kota jajahan kekaisaran Portugal di kota Dili. Mulailah mereka mencetus tindakan pembantaian dengan pembakaran sekaligus ke mana pun mereka bergerak, berhasil menjarah istana pemerintahan milik kekaisaran Portugal dan menendas kepala dari beberapa petugas dan prajurit Portugal. Pada bulan kedelapan tahun 1912, pihak kekaisaran Portugal mengerahkan para prajuritnya yang dibawanya dari Mozambik dan juga mengerahkan kapal meriam kiriman dari Makau agar dapat memaksakan penguatan tekanan terhadap perlawanan serentak oleh kerajaan Manufahi tersebut.[2][3][4]
Perlawanan serentak yang membumihanguskan keadaan di sepanjang kawasan Timor Leste ini menewaskan sebanyak 3.426 orang Timor dan mencederai 12.567 orang Timor. Dari pihak kekaisaran Portugal, 289 orang tewas dan 600 orang mengalami luka. Setelah tahun 1912, perikatan perdamaian kembali oleh Portugal di sepanjang kawasan Timor Leste mulai dilakukan dan telah dirampungkan.[2]
Acuan
sunting- ^ Liurai adalah salah satu istilah bahasa Tetum yang dialihbahasakan ke dalam bahasa Portugal menjadi rei (raja) dan régulo (raja kecil) dan dalam bahasa Belanda diistilahkan menjadi raj yang merupakan kata pinjaman dari bahasa Hindi).
- ^ a b Pinto & Jarinde 1997, hlm. 6.
- ^ Gunn 2011, hlm. 8.
- ^ Steenbrink 2007, hlm. 164.