Panembahan Anom Suriya Ning-Rat

sunting

Menurut buku Belanda :

Uti Mahmud/Gusti Mahmud bukan keturunan Sultan Muhammad Jamaluddin (Pangeran Ratu/Uti Arma).

Panembahan Anom Kasuma Ning-Rat (Uti Yaman) anak Panembahan Suriya Ning-Rat (Uti Mahmud) anak Pangeran Ratu Kasuma Ning-Rat anak Pangeran Adi Pati anak Sultan Muhammad Zainuddin.

Panembahan Anom = Panembahan Junior.

Panembahan Suriya Ning-Rat Uti Mahmud sebelumnya bergelar Pangeran Keraton, isterinya bergelar Ratu Keraton binti Sultan Ahmad Kamaluddin. Sultan Ahmad Kamaluddin ayah Sultan Muhammad Jamaluddin.

Kemungkinan yang terjadi di masa Sultan Muhammad Zainuddin wilayah kerajaan sudah dibagi dua:

  1. Kesultanan Kayong Matan, kepala negara disebut Sultan
  2. Kerajaan Simpang Matan, kepala negara disebut Pangeran Ratu setara dengan Panembahan. Karena Simpang Matan sebenarnya cabang dari wilayah asal Kesultanan Kayong Matan.

Hal sama telah berlaku di Kerajaan Kotawaringin, rajanya bergelar Pangeran Ratu, merupakan cabang dari Kesultanan Banjar.

Kemungkinan wilayah Kesultanan Kayong Matan sudah dirampas atas dukungan Belanda oleh Tengku Akil keturunan Sultan Siak, sehingga wilayah yang tersisa hanya berupa wilayah Panembahan2 di bawah tekanan Belanda. Wallahu a'lam.

NB: Saya juga mau tanya, apa betul Sultan Muhammad Zainuddin, anak putri Gelang binti Pangeran Adipati Antakasuma, raja Kotawaringin pertama?. Alamnirvana (bicara) 20:18, 11 Agustus 2010 (UTC)


TERIMA KASIH ATAS TANGGAPAN ANDA

Mohon maaf sebelumnya, kami tidak menjadikan buku Belanda sebagai referensi karena pada saat itu Penjajah adalah musuh, dan tentunya buku yang ditulis pasti merupakan kepentingan politik dan keuntungan bagi pihak Penjajah. Buku dari Belanda kami pakai hanya sebatas mencocokkan tanggal, bulan dan tahun terjadi peristiwa.

Kerajaan Simpang punya sejarah sendiri yang mana di dalam buku Sekilas Menapak Langkah Kerajaan Tanjungpura, tulisan Bapak Drs.H.Gusti Mhd. Mulia terdapat referensi dari tulisan/transkrip arab melayu mengenai sejarah kerajaan simpang dan kerajaan tanjungpura yang ditulis oleh Gusti Mahirat bin Gusti Tamjid bin Gusti Panji.

Tanjungpura,Simpang, kota Melano sudah disebut sejak jaman majapahit dalam kitab negara kartagama karangan Mpu Prapanca, walaupun masih bukan merupakan kerajaan.

Setelah Pusat Kerajaan Tanjungpura di pindah ke Sukadana kemudian Ke Matan maka Nama Kerjaan berubah menurut tempat perpindahan tersebut.

Pembagian wilayah kerajaan bukan pada masa Sultan Muhammad Zainuddin tapi pada masa Sultan Ahmad Kamaludin (pada masa itu masih Kerajaan Matan). Ini dikarenakan permohonan Pamannya Gusti Irawan kepada Sultan Ahmad Kamaluddin yang kemudian mendirikan Kerajaan Kayong di Mulia Kerta dengan gelar Sultan Mangkurat. Sedangkan Simpang walaupun sudah dibagi wilayah tapi masih menjadi satu wilayah Kerajaan Matan. Jadi ada tiga wilayah yaitu Wilayah Kerajaan Matan, Wilayah Kerajaan Simpang namun masih dibawah Kerajaan Matan dan wilayah Kerajaan Kayong. Jadi Simpang bukan cabang dari Kerajaan Kayong tapi termasuk wilayah Kerajaan Matan.

Ketika Sultan Muhammad Jamaluddin memindahkan Kota Kerajaan dari Matan ke Simpang tahun 1762, maka Kerajaan berubah nama dari Kerajaan Matan menjadi Kerajaan Simpang yang tentunya otomatis wilayah Kerajaan Matan menjadi wilayah Kerajaan Simpang juga. Sehingga pada waktu itu ada 2 Kerajaan Besar yaitu Kerajaan SImpang dan Kerajaan Kayong.

Kerajaan Kayong tidak dirampas oleh Tengku Akil atas dukungan Belanda, tapi masih merupakan kerajaan Kayong di muliakerta (ketapang) Kerajaan yang didirikan Tengku Akil atas dukungan Belanda berkedudukan di Sukadana yang notabene adalah wilayah Kerajaan Simpang. Ini Kerajaan yang menjadi boneka Belanda untuk mengawasi Kerajaan Simpang.

Demikian terima kasih

Uti atau Gusti

sunting

Apa beda antara Uti dan Gusti? Menurut saya gelar Gusti lebih tinggi dari gelar Uti!Alamnirvana (bicara) 14:55, 14 Juni 2011 (UTC)