Penamaan bintang
Persatuan Astronomi Internasional (IAU) adalah otoritas yang diakui secara internasional untuk memberikan penamaan pada benda-benda langit termasuk bintang. Banyak nama bintang yang dipakai saat ini diwarisi dari saat sebelum IAU berdiri. Namun, kebanyakan bintang tidak memiliki nama khusus dan hanya dikenali sebagai sebuah nomor dalam sebuah katalog bintang. Artikel ini secara singkat mensurvey beberapa metode yang digunakan dalam penyebutan nama bintang.
Nama diri
suntingBanyak bintang, khususnya bintang-bintang terang, memiliki nama yang berasal dari kebudayaan-kebudayaan kuno. Meskipun nama latin diberikan untuk semua rasi bintang, tetapi nama diri bintang-bintang dalam rasi-rasi tersebut kebanyakan berasal dari Bahasa Arab. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal:
- Kehidupan gurun dengan langit yang hampir selalu cerah di malam hari, membuat Bangsa Arab sangat familiar dengan bintang-bintang.[1]
- Pada Zaman Kegelapan Eropa, ketika bangsa Eropa menaruh sedikit perhatian pada ilmu pengetahuan khususnya astronomi, bangsa Arab telah mengadopsi manuskrip Claudius Ptolemaeus, Almagest, yang menyimpan banyak sekali catatan nama bintang dalam Bahasa Yunani dan latin.
Namun, terdapat beberapa masalah dalam penyebutan nama-nama ini:
- pengejaan sering kali tidak terstandardisasi (contoh: Almach atau Almaach atau Almak atau Alamak)
- Banyak bintang memiliki lebih dari satu nama yang hampir sama populernya (Mirfak atau Algenib atau Alcheb; Regor atau Suhail al Muhlif; Alkaid atau Benetnasch; Gemma atau Alphecca; Alpheratz atau Sirrah)
- Karena kekurangakuratan, katalog-katalog bintang tua tidak begitu jelas merujukkan satu nama pada satu bintang dalam sebuah rasi.
- Beberapa bintang dalam rasi yang berbeda bisa memiliki nama yang sama: Algenib di rasi Perseus dan Algenib di Pegasus; Gienah di Cygnus dan Gienah di Corvus, Alnair di Grus dan Alnair di Centaurus.
Umumnya, nama-nama tradisional tersebut hanya digunakan untuk bintang-bintang yang sangat terang, (Sirius, Arcturus, Vega, dsb.) dan untuk sejumlah kecil bintang yang kurang terang tetapi “menarik” (seperti misalnya Algol, Polaris, Mira, dsb.). Untuk bintang-bintang lainnya yang dapat dilihat menggunakan mata telanjang, penamaan Bayer lebih sering digunakan.
Huruf Bayer
suntingPada 1603, dalam teksnya yang berjudul Uranometria, Johann Bayer memperkenalkan sebuah sistem penamaan bintang dalam sebuah rasi menggunakan abjad Yunani (alpha, beta, gamma, dan seterusnya) sesuai dengan urutan terangnya. Sistem ini masih digunakan secara luas hingga sekarang. Sebagai contoh, Sirius memiliki nama lain dalam penyebutan Bayer: Alpha Canis Majoris, yaitu bintang paling terang dalam rasi Canis Major.
Nomor Flamsteed
suntingPenamaan bintang dengan penomoran Flamsteed di dalam sebuah rasi juga masih digunakan. Sistem ini diperkenalkan oleh John Flamsteed dalam teksnya yang berjudul Historia Coelestis Britannica (diterbitkan pada 1729 setelah kematiannya[2]). Sistem penamaan ini adalah dengan memberikan nomor yang runtut pada sebuah bintang sesuai dengan urutan asensio rektanya dalam sebuah rasi. Misalnya 61 Cygni memiliki asensio rekta lebih besar daripada 16 Cygni. Sistem penamaan ini familiar untuk bintang-bintang redup, tetapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang, sehingga kebanyakan bintang yang memiliki penamaan Flamsteed tidak memiliki nama diri dan nama Bayer.