Pengguna:미솔파/lah
Aksara Sunda ᮃᮾᮞᮛ ᮞᮥᮔ᮪ᮓ | |
---|---|
Jenis aksara | |
Bahasa | Cirebon, Sunda, Kawi |
Disiarkan | 16 Juni 1999[a]
|
Periode | abad ke-16 hingga akhir abad ke-18 |
Arah penulisan | Kiri ke kanan |
Aksara terkait | |
Silsilah | Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut:
Dari aksara Brahmi diturunkanlah:[b]
|
Aksara kerabat | Bali Batak Baybayin Bugis Incung Jawa Lampung Makassar Rejang Sunda |
ISO 15924 | |
ISO 15924 | Sund, 362 , Sunda |
Pengkodean Unicode | |
Nama Unicode | Sundanese |
| |
Aksara Sunda, juga dikenal sebagai Aksara Sunda Kuno, adalah salah satu aksara tradisional Indonesia yang berkembang di pulau Jawa. Aksara ini terutama digunakan untuk menulis bahasa Sunda, tetapi dalam perkembangannya juga digunakan untuk menulis beberapa bahasa lainnya seperti bahasa Jawa dan Arab.[1] Aksara Jawa merupakan turunan dari aksara Brahmi India melalui perantara aksara Kawi dan berkerabat dekat dengan aksara Bali. Aksara Jawa aktif digunakan sejak abad ke-16 hingga akhir abad ke-18 sebelum fungsinya berangsur-angsur tergantikan dengan huruf Latin dan Cacarakan. Aksara ini masih diajarkan di Jawa Barat sebagai bagian dari muatan lokal, tetapi dengan penerapan yang terbatas dalam kehidupan sehari-hari.
Bentuk
suntingAksara
suntingAksara merupakan huruf dasar yang merepresentasikan satu suku kata. Berikut adalah pengelompokannya.
Ngalagena
suntingAksara ngalagena (ᮃᮾᮞᮛᮝᮡᮑ᮪ᮏᮔ) adalah aksara konsonan dengan vokal inheren /a/. Sebagai salah satu aksara turunan Brahmi, aksara Sunda diperkirakan memiliki 33 aksara wyanjana untuk menuliskan 33 bunyi konsonan yang digunakan dalam bahasa Sanskerta dan Kawi. Namun hingga kini, baru ditemukan 22 aksara wyanjana. Jumlah aksara ini masih dapat bertambah mengingat masih banyak naskah Sunda yang belum dieksplorasi. Bentuk aksara yang telah ditemukan dapat dilihat sebagaimana berikut:
Tempat pelafalan | Nirsuara | Bersuara | Sengau | Semivokal | Sibilan | Celah | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Tidak Teraspirasi | Teraspirasi | Tidak Teraspirasi | Teraspirasi | |||||
Velar | ᮊ ka |
ᮌ ga |
ꦓ gha |
ᮍ ṅa[1] |
ᮠ ha | |||
Palatal | ᮎ ca |
ᮏ ja |
ᮑ ña2 |
ᮚ ya |
ꦯ
śa[6] |
|||
Retrofleks | ṭa[3][3a] |
ꦝ
ḍa[4] |
ᮛ ra |
|||||
Dental | ᮒ ta |
ᮓ da |
ᮔ na |
ᮜ la |
ᮞ sa |
|||
Labial | ᮕ pa |
ᮘ ba |
ᮙ ma |
ᮝ wa |
||||
Catatan
|
Dalam perkembangannya, bahasa Sunda modern tidak lagi menggunakan keseluruhan aksara wyanjana dalam deret Sanskerta-Kawi. Aksara Sunda modern hanya menggunakan 18 bunyi konsonan dan 18 aksara dasar yang kemudian disebut sebagai aksara ngalegena (ᮃᮾᮞᮍᮼᮌᮨᮔ).
ha | na | ca | ra | ka | da | ta | sa | wa | la | pa | ja | ya | nya | ma | ga | ba | nga | |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Ngalegena | ᮠ |
ᮔ |
ᮎ |
ᮛ |
ᮊ |
ᮓ |
ᮒ |
ᮞ |
ᮝ |
ᮜ |
ᮕ |
ᮏ |
ᮚ |
ᮑ |
ᮙ |
ᮌ |
ᮘ |
ᮍ |
Swara
suntingAksara swara (ᮃᮾᮞᮛᮞᮧᮛ) adalah aksara yang digunakan untuk menulis suku kata yang tidak memiliki konsonan di awal, atau dalam kata lain suku kata yang hanya terdiri vokal. Aksara Sunda memiliki 7 aksara vokal yang diwarisi dari tradisi tulis Sanskerta. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:[2]
Velar | Palatal | Labial | Retrofleks | Dental | Velar-Palatal | Velar-Labial |
---|---|---|---|---|---|---|
ᮃ a |
ᮄ i |
ᮅ u |
ᮻ ṛ/re[1] |
ᮼ ḷ/le[2] |
ᮆ é[3] |
ᮇ o |
Catatan
|
Pangreureu ᮻ dan pangwilet ᮼ adalah konsonan silabis yang dalam bahasa Sanskerta-Kawi dianggap sebagai huruf vokal.[3][4] Ketika digunakan untuk bahasa selain Sanskerta, pelafalan kedua aksara ini sering kali bervariasi. Dalam perkembangan bahasa Sunda modern, hanya pangreureu dan pangwilet yang digunakan; pangreureu dilafalkan /rə/ (sebagaimana re dalam kata "remah") sementara pangwilet dilafalkan /lə/ (sebagaimana le dalam kata "lemah"). Kedua aksara ini wajib digunakan untuk mengganti tiap kombinasi ra+pamepet (ᮛᮨ → ᮻ) serta la+pamepet (ᮜᮨ → ᮼ) tanpa terkecuali.[5]
Diakritik
suntingDiakritik (rarangkén ᮛᮛᮀᮊᮦᮔ᮪) adalah tanda yang melekat pada aksara untuk mengubah vokal inheren aksara yang bersangkutan. Sebagaimana aksara, diakritik Sunda juga dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok tergantung dari fungsi dan penggunaannya.
Sora
suntingRarangkén sora (ᮛᮛᮀᮊᮦᮔ᮪ᮞᮧᮛ) adalah rarangkén yang digunakan untuk mengubah vokal inheren /a/ menjadi vokal lainnya, sebagaimana berikut:
-a | -i[1] | -u[1] | -é[2] | -e[3][3a] | -o[4] | konsonan ganda[5] | -ng | -r | -h | ∅[1] |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
- | ᮤ |
ᮥ |
ᮦ |
ᮨ |
ᮧ |
ᮺ |
ᮀ |
ᮁ |
ᮂ |
᮪ |
- | panghulu | panyuku | panéléng | pamepet | panolong | awagraha | panyecek | panglayar | pangwisad | pamaéh |
ka | ki | ku | ké | ke | ko | kka | kang | kar | kah | p |
ᮊ | ᮊᮤ | ᮊᮥ | ᮊᮦ | ᮊᮨ | ᮊᮧ | ᮊᮺ | ᮊᮀ | ᮊᮁ | ᮊᮂ | ᮕ᮪ |
Catatan
|
Pasangan
suntingVokal inheren dari tiap aksara dasar dapat dimatikan dengan penggunaan diakritik pamaéh. Akan tetapi, pamaéh normalnya tidak digunakan di tengah kata atau kalimat, sehingga untuk menuliskan suku kata tertutup di tengah kata dan kalimat, digunakanlah bentuk pasangan (ᮕᮞᮀᮍᮔ᮪). Berbeda dengan pamaéh, pasangan tidak hanya mematikan konsonan yang diiringinya tetapi juga menunjukkan konsonan selanjutnya. Sebagai contoh, aksara ka (ᮊ) yang diiringi bentuk pasangan dari ma (ᮬ) menjadi kma (ᮊᮬ). Bentuk pasangan setiap aksara ada di tabel berikut:
Contoh pemakaian pasangan dapat dilihat sebagaimana berikut:
komponen | penulisan | keterangan | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
a + (ka + (pamaéh + sa)) + ra → a + (ka + (pasangan sa)) + ra = a(ksa)ra | |||||||||||
tra + -e + (sa + (pamaéh + na)) → tra + -e + (sa + (pasangan na)) = tre(sna) |
Angka
suntingAksara Sunda memiliki lambang bilangannya sendiri yang berlaku selayaknya angka Arab, tetapi sebagian bentuknya memiliki rupa yang persis sama dengan beberapa aksara Sunda, semisal angka 1 ᮱ dengan aksara ngalagena ga ᮌ, atau angka 8 ᮸ dengan aksara ngalagena ca ᮎ. Bentuknya dapat dilihat sebagaimana berikut:[6][7]
0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
᮰ |
᮱ |
᮲ |
᮳ |
᮴ |
᮵ |
᮶ |
᮷ |
᮸ |
᮹ |
Tanda baca
suntingTeks tradisional Sunda ditulis tanpa spasi antarkata (scriptio continua) dan memiliki sejumlah tanda baca yang disebut bindu (ᮘᮤᮔ᮪ᮓᮥ). Bentuknya sebagaimana berikut:
surya | panglong | purnama | cakra | satanga | |||
---|---|---|---|---|---|---|---|
le | ka | da | ba | ||||
᳀ |
᳁ |
᳂ |
᳃ |
᳄ |
᳅ |
᳆ |
᳇ |
Bindu surya, bindu panglong, bindu ba satanga, dan bindu da satanga umumnya digunakan dalam naskah-naskah yang bersifat keagamaan. Bindu purnama dan bindu ka satanga umumnya digunakan dalam naskah-naskah yang bersejarah. Bindu purnama dan bindu cakra berfungsi layaknya koma (memisahkan kalimat) manakala bindu surya berfungsi layaknya titik (mengakhiri kalimat). Untuk bindu le satanga belum diketahui kegunaannya.[8]
Blok Unicode
suntingAksara Sunda resmi dimasukkan ke dalam Unicode sejak April 2008 dengan dirilisnya Unicode versi 5.1. Blok Unicode untuk aksara Sunda adalah U+1B80–U+1BBF dan blok Unicode untuk aksara Sunda tambahan adalah U+1CC0–U+1CCF.
Sundanese[1] Official Unicode Consortium code chart (PDF) | ||||||||||||||||
0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | A | B | C | D | E | F | |
U+1B8x | ᮀ | ᮁ | ᮂ | ᮃ | ᮄ | ᮅ | ᮆ | ᮇ | ᮈ | ᮉ | ᮊ | ᮋ | ᮌ | ᮍ | ᮎ | ᮏ |
U+1B9x | ᮐ | ᮑ | ᮒ | ᮓ | ᮔ | ᮕ | ᮖ | ᮗ | ᮘ | ᮙ | ᮚ | ᮛ | ᮜ | ᮝ | ᮞ | ᮟ |
U+1BAx | ᮠ | ᮡ | ᮢ | ᮣ | ᮤ | ᮥ | ᮦ | ᮧ | ᮨ | ᮩ | ᮪ | ᮫ | ᮬ | ᮭ | ᮮ | ᮯ |
U+1BBx | ᮰ | ᮱ | ᮲ | ᮳ | ᮴ | ᮵ | ᮶ | ᮷ | ᮸ | ᮹ | ᮺ | ᮻ | ᮼ | ᮽ | ᮾ | ᮿ |
Catatan
|
Sundanese Supplement[1][2] Official Unicode Consortium code chart (PDF) | ||||||||||||||||
0 | 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | A | B | C | D | E | F | |
U+1CCx | ᳀ | ᳁ | ᳂ | ᳃ | ᳄ | ᳅ | ᳆ | ᳇ | ||||||||
Catatan |
Catatan
suntingRujukan
sunting- ^ ソピアン 2020, hlm. 50.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamamardikawi
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamawoodard
- ^ Poerwadarminta 1930, hlm. 11.
- ^ Darusuprapta 2002, hlm. 20.
- ^ Everson 2008, hlm. 4.
- ^ Darusuprapta 2002, hlm. 44-45.
- ^ Everson, Michael (2009-09-05). "Proposal for encoding additional Sundanese characters for Old Sundanese in the UCS" (dalam bahasa Inggris).
Daftar pustaka
sunting- Baidillah, Idin; et al. (2008). Direktori Aksara Sunda Untuk Unicode (PDF). Bandung: Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.
- ソピアン, ラフマット (2020). "カブユタン・チブルイにおける写本で使われた古スンダ文字" [Aksara Sunda Kuna dalam Naskah Kabuyutan Ciburuy] (PDF). 言語・地域文化研究 (dalam bahasa Inggris). 東京外国語大学大学院 (dipublikasikan tanggal 30 Maret 2023). 26 (2020.1): 117–147.
- Gunawan, Aditia; Griffiths, Arlo (2021). "Inscriptions en vieux soundanais : renouveler l'approche philologique" [Naskah Sunda Kuno: Pembaharuan Pendekatan Filologis]. Archipel (dalam bahasa Inggris). Paris (dipublikasikan tanggal 30 Juni 2021). 101: 131–208. doi:10.4000/archipel.2365. ISBN 978-2-910513-85-6. ISSN 0044-8613.